shadow 23

30 2 23
                                    

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠✧⁠*⁠。

*****

  Marella terbangun,mengusap pelan mata dan menatap atap kamar itu. Sebuah ruangan yang tidak asing namun terasa begitu aneh sekarang. Gadis itu membalikan tubuhnya,namun tidak menemukan sosok pria yang harusnya berada sisinya.

" udah bangun?" sapa meli

Mendengar sapaan ibu Liam,gadis itu cukup terkejut. Pikiran gadis itu membawanya kemana-mana. namun dari senyuman hangat meli,sepertinya tidak ada yang harus ditakuti.
"kok gue udah pake baju?" Begitu batin marela ketika selimutnya dibuka pelan oleh meli.

" Sarapan yuk,udah ditungguin Liam"

" Liam?"

" Iya,kok kaget gitu?"

" Eh enggak mamel hehehe"

" Yaudah ayo"

" rella nyuci muka dulu bentar"

" Okey mamel duluan yah"

Setelah memastikan meli keluar,gadis itu menarik nafas panjangnya. berpikir tentang apa yang terjadi tadi malam. Sebuah momen yang terjadi begitu saja. Marella berdiri di hadapan kaca dan memperhatikan dirinya sendiri

" Gapapa rel,mamel gabakal tau" ucapnya pada diri sendiri

Sesaat setelah itu ia keluar dari kamar itu dengan senyuman terbaiknya. Ini baru saja pukul 06:00 pagi namun Liam sudah lengkap memakai seragam. Awalnya gadis itu tidak ragu melangkah,namun ketika melihat seorang gadis yang tidak asing marela menghentikan langkah kakinya.

Ini bukan pertama kalinya ia terkejut,namun kali ini berbeda. Kini marela tersenyum,sambil menarik panjang nafasnya. Kejutan sempurna untuk malam yang singkat.

" Sini rell, samping mamel" ujar meli

" Marela langsung balik aja mamel,takut telat ke sekolah" tolak marela yang mengurungkan niatnya untuk sarapan bersama

" Kok gitu? mamel udah masak loh"

gadis yang bodoh dalam menolak. Marela hanya mengangguk sambil mengedarkan pandangan tak percaya. Liam menyantap sarapannya tanpa peduli,kini Merlin di sisinya. Gadis dengan wajah teduh,berambut hitam panjang. Wajahnya panjang,mata sipit dengan bola mata hitam cerah. Mungkin tipe gadis yang disukai Liam sekarang begitu.

" Marella,kenal sama Merlin kan?" tanya meli membuka percakapan

" Kenal mamel, kakak kelas marela"

Merlin tersenyum kecut menanggapi jawaban singkat marela. Kali ini Liam menyenggol pelan pundak Merlin

" Dia kesayangan nyokap,ga usah nyari masalah" bisik Liam pelan

Meli menyadari semuanya,namun orang dewasa tidak perlu ikut campur terlalu jauh dalam hubungan anak muda.

Ke empat orang itu menyarap makanan mereka masing-masing. Meli hanya fokus mengajak marela berbicara dan sesekali bercanda bahwa dirinya telah memilih gaun pengantin yang cocok untuk Liam dan marela.

shadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang