Makan malam berjalan lancar, sama sekali tidak ada drama dan semacamnya. Ceisya bahkan tidak lagi mual atau pun muntah. Dia makan dengan tenang.
Bukan hanya itu, saat dia harus minum susu khusus ibu hamil pun. Dia bisa meminumnya dengan mudah. Semua itu bisa Ceisya lakukan asal berada di samping Sakala.
Dan entah pria itu paham atau tidak, tapi pria itu diam saja ketika Ceisya memintanya untuk tidak jauh-jauh. Dengan alasan, jika Ceisya lelah dan sakit. Pria itu bisa dengan mudah memijatnya.
Namun saat malam tiba, saat Ceisya ingin tidur. Dia sama sekali tidak bisa terlelap. Dia selalu bergerak gelisah di atas ranjang.
Bergerak tidak nyaman dan sulit memejamkan matanya. Bayang-bayang wajah Sakala memenuhi kepalanya. Juga aroma tubuh pria itu yang mendadak terus mengusik pikirannya. Sepertinya, dia mendadak menginginkan tidur dalam pelukan pria itu. Mencium aroma harum dadanya dan merasakan usapan lembut di punggungnya.
Beranjak duduk, Ceisya melirik jam dinding. Pukul sembilan malam. Jam yang belum terlalu malam tapi keadaan rumah sudah sangat sepi.
Apa semua orang sudah terlelap dan tidur semua? Mungkin kalau Bu Karmila iya. Tapi Sakala? Ceisya tidak tahu. Karena saat Ceisya pamit masuk ke dalam kamarnya tadi, pria itu masih bertahanduduk di kursi pantry. Duduk diam di sana dengan kedua tangan terlipat di dada. Sama sekali tidak bergerak sampai Ceisya masuk ke dalam kamar.
Dan sekarang, mendadak dia ingin di peluk pria itu. Tidur dalam pelukannya dan lebih parahnya, mencium aroma tubuh pria itu.
Uhhh, apa ini yang di sebut ngidam?
Jika iya, apa yang harus Ceisya lakukan? Mengabaikan ngidamnya, itu tidak mungkin karena akan berakibat pada anaknya nanti.
Lalu akan tidak memungkin lagi jika dia turun ke bawah dan mencari Sakala, kan?
Apa yang harus dia katakan pada pria itu? Memintanya untuk tidur dengannya karena keinginan bayi mereka? Konyol, Ceisya pasti sudah benar-benar gila jika sampai melakukan itu.
Tapi, keinginan untuk memeluk pria itu dan mengendus dadanya sangat kuat. Membuat Ceisya berkali-kali menelan ludah susah payah, seperti keinginan itu begitu kuat dan sulit untuk ditahan.
Bangkit dari atas ranjang, Ceisya melangkah ke arah sofa yang berada di kamar itu. Duduk di sana dengan kedua mata menatap sekeliling. Seperti, mungkin dia harus mengalihkan perhatian dan pikirannya.
Tapi apa yang bisa dia lakukan saat ini. Di kamar ini bahkan tidak ada apa-apa.
Sedang asik memperhatikan kamar yang ia tempati itu, pandangan Ceisya jatuh pada ranjang yang begitu empuk itu. Ranjang yang mendadak membuat ingatan Ceisya berputar ke-kejadian beberapa waktu lalu. Di mana dia dan Sakala menghabiskan malam-malam yang panas itu. Tanpa sadar, Ceisya menelan ludah kaku.
Kedua matanya mengerjab saat pikirannya malah semakin liar, semakin ke mana-mana dan bayangan itu kian nyata.
Sakala bahkan berkali-kali menyebutnya 'nikmat' dan seksi. Semua itu semakin membuat Ceisya meremas ujung gaun tidurnya.
Rasa ingin memeluk Sakala semakin kuat dan hebat.
"Ya, Tuhan, apa yang aku pikirkan." Erang Ceisya. Segera bangkit dan beranjak dari duduknya. Melangkah tergesa ke arah pintu keluar.
Mungkin dia butuh keluar kamar dan menjernihkan otaknya agar tak berpikir mesum. Dan, sejak kapan otak Ceisya isinya hal-hal tak sesonoh sih? Apa ini bawaan bayi?
Jika iya, haruskah dia menegur anaknya itu karena membuatnya menjadi wanita yang berpikiran mesum?
Ceisya mengintip dari lantai atas ke lantai bawah. Yang ternyata seluruh ruangan di sana telah berubah redup. Lampu ruangan yang tadi terang benderang kini telah berubah redup, tak seterang tadi saat Sakala masih duduk di sana. Yang artinya, mungkin semua orang sudah tidur semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pengganti (SELESAI)
Lãng mạnBagaimana jadinya jika pria yang menikah dengan Ceisya bukanlah kekasihnya, melainkan saudara kembar pria itu yang tak pernah ia ketahui keberadaannya? Mereka sama, namun jelas lambat-laun Ceisya tahu jika mereka berbeda. Hingga segalanya terungkap...