29

2.8K 188 9
                                    

Ceisya menatap hasil karyanya dengan wajah puas, siap memberikan kejutan untuk Sakala malam ini.

Jadi, setelah memastikan semuanya tampak sempurna. Dia pun segera keluar dari kamar. Siap mencari keberadaan seseorang yang sejak mereka selesai makan malam, langsung pergi meninggalkannya. Pria itu sibuk terkurung di ruang kerjanya setelah dia menerima telepon entah dari siapa.

Menuruni anak tangga dengan tidak sabaran, langkah Ceisya terhenti begitu sayup-sayup dia mendengar suara seseorang. Suara seseorang yang terdengar tidak asing di indra pendengarannya.

Mencari sumber suara, Ceisya melangkah hati-hati hingga ia tiba di ruang tamu. Di mana ada beberapa orang berdiri di sana. Tampak memasang wajah tegang bercampur marah. Suasana di sana bahkan terlihat mencekam. Namun, Ceisya sama sekali tidak bisa melihat wajah seseorang yang berdiri memunggunginya. Seseorang yang dia yakini adalah Sakala. Suaminya.

"Jadi kamu kembali ke rumah ini lagi, Sakala?! Itu jugakah alasanmu mengabaikan semua perintah kakek? Huh? Jawab!"

"Ini sudah larut malam, kek. Lebih baik kakek pulang. Kita bicarakan masalah ini besok."

"SAKALA!"

Ceisya sedikit berjengkit saat teriakan penuh geram dan amarah itu menggema di seluruh ruangan. Membuat langkahnya seketika mundur ke belakang. Bersamaan itu, kedua mata itu menemukan keberadaannya.

"Apa karena wanita itu kau berani bersikap layaknya pembangkang seperti sekarang ini?"

Saat tubuh itu berbalik, menoleh dan menatap ke arahnya. Ceisya tidak tahu harus melakukan apa selain meremas ujung gaun tidurnya bagian samping.

Kedua mata itu menatapnya, lurus. Hanya beberapa detik sebelum pria itu kembali menghadap ke depan. Semua itu tanpa sadar membuat Ceisya menelan ludah susah payah.

Sakala menghembuskan nafas kasar dari mulutnya sebelum berbalik dan melangkah ke arah wanita yang berdiri kaku di belakangnya. Yang bisa dengan jelas ia lihat jika wanita itu tampak ketakutan.

"Masuklah, Ceis. Ini sudah malam. Aku akan menyusul nanti." Ucap Sakala saat dia berada di depan wanita yang kini menatapnya dengan wajah yang terlihat sedikit pucat.

"Tapi,.. Sakala.. A-aku..."

"Untuk kali ini, tolong dengarkan aku, Ceisya." Suara itu berbisik lirih, membuat Ceisya menggigit bibir bawahnya dan kian merasa tidak nyaman. Ada sesuatu yang mendadak menusuk-nusuk dadanya. Menekannya hingga menimbulkan debar yang menakutkan. Dia seperti merasa ketakutan tanpa sebab. Apalagi saat menatap wajah itu.

Ceisya lebih suka Sakala dengan tampang lempengnya. Bukan tatapan yang saat ini pria itu layangkan, dan juga ekspresi yang dia tunjukkan.

"Bukankah aku menyuruhmu menceraikannya, Sakala?!"

"Pergilah, Ceis."

Ceisya hanya bisa mengangguk kaku. Tidak lagi mendebat atau bahkan keras kepala.

"Saya memberikan pilihan anda banyak hal. Tapi dengan berlagak sok baik anda menolaknya. Dan berjanji pergi tanpa uang sepeserpun. Tapi apa ini?!" Langkah Ceisya terhenti. Kakinya layaknya tertancap paku hingga sulit bergerak lagi.

"Anda muncul di sini dan dengan tidak tahu diri kembali menggoda cucu saya? Tidakkah perbuatan anda itu terlalu rendah, nona Ceisya?!"

"Kakek!" Tegur Sakala berbalik. Menatap wajah pria tua yang kini seakan tak terpengaruh dengan tatapan marahnya. Yang ada pria tua yang selalu ia panggil kakek itu balik menatapnya.

"Kakek menyuruhmu menceraikan wanita miskin itu, Sakala. Bukan malah mempeliharanya!"

"Sakala." Tegur Ceisya, menahan lengan  Sakala saat pria itu hendak melangkah ke arah tuan Edwin. Bisa dia lihat bagaimana memerahnya wajah lelaki itu. Yang dia yakini jika pria itu saat ini pasti sedang menahan amarah.

Suami Pengganti (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang