Ceisya kira semua akan mudah setelah ia keluar dari rumah itu. Ia bisa menikmati rasa patah hatinya dan tidak akan mengingat atau bahkan berhubungan dengan pria itu lagi. Namun nyatanya ia salah. Hidupnya berantakan.
Semakin berantakan saat ia bahkan kesulitan mencari tempat tinggal dan transportasi untuk bekerja. Bahkan setelah dua minggu ini tinggal di sebuah kontrakan kecil super jauh dari tempat kerjanya. Ceisya harus rela jam istirahatnya berantakan. Selain dia yang harus bangun lebih pagi agar tidak terlambat pergi bekerja. Akhir-akhir ini pun tubuhnya terasa lebih manja. Lebih sensitif dan lebih perasa.
Namun dia tahu jika tidak akan ada tempat untuk berbagi dan mengeluhkan segala masalahnya. Karna setelah ia keluar dan pergi dari rumah itu, ia memutuskan untuk menjauh dari semua hal yang membuatnya mengingatkannya pada Daru, Sakala atau pernikahannya.
Bahkan ia pun menjauh dari semua keluarganya. Setidaknya, sampai ia memiliki keberanian untuk mengatakan semuanya, atau lebih parahnya lagi. Ia memiliki keberanian untuk mempertegas statusnya.
Bercerai setelah dua minggu menikah bukanlah kabar yang bisa ia berikan pada kedua orang tuanya dengan mudah. Satu bulan pernikahan menyandang status janda juga tidak mungkin bisa ia utarakan dengan gamblang. Karna bagaimana pun juga, ia memiliki kedua orang tua yang memiliki keluarga besar. Hidup di sekitar orang yang masih peduli dengan kehidupan orang lain. Yang mungkin bisa saja membuat banyak masalah pada kedua orang tuanya. Itu tidak mudah.
Setidaknya, Ceisya tidak ingin menambah daftar kesalahan, kebodohan atau bahkan ketololannya. Sudah cukup ia membuat hidupnya sendiri sulit, ia tak berniat menarik siapa pun lagi untuk ikut merasakan kesulitannya. Termasuk kedua orangtuanya.
Ceisya melirik kembali penampilannya di depan cermin. Bisa ia lihat jika pipinya kini sedikit lebih tirus, padahal ia yakin jika nafsu makannya baik-baik saja. Bahkan di tengah patah hatinya, sakit, kecewanya. Ia tidak bisa mengabaikan perutnya yang sering kali terasa lapar.
Anehnya lagi, tidurnya pun semakin nyenyak akhir-akhir ini. Seperti, ia tidak begitu sempat untuk meratapi Daru dan segala yang ia alami saat ini. Padahal ia ingat betul bagaimana dulu saat mereka bersama, Ceisya sering kali tak nafsu makan saat mereka bertengkar atau memiliki masalah. Tapi, apa ini? Kenapa ia aneh sekali?
Apa karna ia terlalu kecewa pada pria itu sampai tak begitu peduli dengan rasa patah hatinya? Atau,... karna ia terlalu sakit hati sampai hatinya sudah kebas dan tak peduli?
"Ceisya,"
"Ya?"
Ceisya segera menoleh begitu Asma memanggil namanya. "Aku perhatikan akhir-akhir ini kamu sering melamun, kenapa? Apa ada masalah?" Tanya Asma dengan wajah penasaran. Menatap Ceisya yang kini kembali menghadap cermin di depannya.
"Benarkah?"
"Beruntung akhir-akhir ini kita tidak banyak tamu. Bahkan pak Sakala yang biasanya sering mondar-mandir pun tidak terlihat belakangan."
Ah, membahas Sakala. Ceisya kembali mengingat pria itu lagi. Benar, sudah dua minggu sejak ia keluar dari rumah itu, pria itu bahkan tidak muncul.
Entah sebuah kabar baik atau sebaliknya, namun Ceisya cukup bersyukur karna tidak harus berhadapan atau melihat pria itu belakangan ini. Setidaknya, ia harus mulai membiasakan diri jika sewaktu-waktu mereka akan sering bertemu. Mempersiapkan diri dan mental jika ternyata pria itu adalah atasanya mulai sekarang. Yang bisa saja sewaktu-waktu pria itu dalam keadaan mood yang tidak bagus, dia akan menjadikan Ceisya salah satu sasaran empuknya.
Di pecat dalam kondisi seperti sekarang ini, Ceisya rasa hidupnya akan semakin berantakan jika sampai itu terjadi. Haruskah ia mulai mencari lowongan kerja mulai sekarang? Tapi, mencari kerja di zaman sekarang juga tidak mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pengganti (SELESAI)
RomanceBagaimana jadinya jika pria yang menikah dengan Ceisya bukanlah kekasihnya, melainkan saudara kembar pria itu yang tak pernah ia ketahui keberadaannya? Mereka sama, namun jelas lambat-laun Ceisya tahu jika mereka berbeda. Hingga segalanya terungkap...