Pukul lima sore, Sakala sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Namun keningnya mengernyit saat tak mendapati wanita yang akhir-akhir ini menyambutnya pulang. Berdiri di depan pintu dengan senyum lebarnya, juga wajah yang tampak begitu bahagia karena kepulangannya.
Meski bingung dan cukup heran, Sakala tetap turun dari mobilnya. Melangkah santai ke arah rumah yang hari ini terlihat begitu sepi. Tidak ada tawa yang terdengar, juga obrolan yang terdengar begitu seru-yang sayup-sayup, sering Sakala dengar. Yang tanpa sadar, sering ia nikmati. Bagaimana tempat tinggalnya-yang selama ini terasa dingin, kini terasa lebih hangat. Membuat Sakala merasa jika ia kini memiliki rumah, tempat pulang dan ada seseorang yang tengah menunggunya di sana.
Itu juga lah alasan Sakala sering pulang lebih awal akhir-akhir ini. Karena dia mulai suka dengan suara tawa wanita yang tinggal satu atap dengannya. Dia mulai terbiasa dengan segala permintaan aneh wanita itu. Juga segala ekspresi wajah wanita itu yang kadang membuat Sakala merasa tergelitik.
Meski kadang, dia mulai kesulitan menahan diri. Kesulitan mengendalikan dirinya setiap kali wanita itu berhasil menarik fokusnya.
Apalagi saat jari-jarinya menyentuh kulit halus itu, Sakala tidak bisa berpikir jernih. Segala pertahanan yang ia miliki selama ini seakan hancur hanya dengan sentuhan sederhana itu.
Kadang dia bahkan tidak percaya jika wanita seperti Ceisya, yang begitu sederhana. Memiliki efek yang luar biasa bagi tubuhnya, juga pertahanan dirinya.
"O-oh,.. Pak Sakala, anda sudah pulang?" Teguran Bu Karmila hanya Sakala jawab dengan anggukan kepala. Sedang ekor matanya mulai melirik ke sembarang arah, terlihat mencari-cari sesuatu. Sampai,..
"Di mana istri ku?" Pertanyaan itu tidak bisa ia tahan lebih lama. Bersamaan dengan tangannya yang terulur, menyerahkan tas kerjanya pada wanita yang sudah bekerja di keluarganya cukup lama.
"Bu Ceisya tadi pamit pergi sebentar. Beliau-"
"Pergi?!" Suara Sakala meninggi, terdengar memenuhi seisi ruangan.
Bu Karmila mengangguk kaku. Antara terkejut dan takut. Membuat Sakala langsung tersadar dan segara merubah raut wajah juga nada suaranya.
"Pergi ke mana dia?"
"Beliau hanya ingin berkeliling taman kompleks, sekaligus berjalan-jalan sore."
Sakala segera memutar tubuhnya, berbalik dan melangkah menjauh. Meninggalkan Bu Karmila yang kini hanya diam di tempatnya. Terus memperhatikan punggung majikannya yang terus melangkah menjauh.
Sakala baru saja memundurkan mobilnya, hendak memutar setirnya, tapi saat matanya melirik kaca spion. Gerakan tangan dan kakinya terhenti.
Apalagi saat menemukan seorang wanita berdress putih dengan bunga-bunga kecil berwarna hitam. Berjalan santai ke arah rumahnya. Ada dua kantong plastik di kedua tangan wanita itu. Yang Sakala yakini adalah hasil dari pemburuan wanita itu.
Seharusnya, Sakala bersikap biasa saja, tidak sepanik ini. Disaat dia tahu jika wanita yang akhir-akhir ini menempelinya, hanya ingin berjalan-jalan di sekitar.
Tapi, saat mendengar, tahu dan tidak melihat keberadaan wanita itu. Ada rasa cemas dan takut.
Jadi, keluar dari mobil cepat. Sakala melangkah cepat ke arah wanita yang saat menemukan keberadaannya. Senyumnya langsung mengembang. Kedua matanya tampak berbinar menatapnya. Sampai segala rasa panik, khawatir dan cemasnya sirna. Terganti dengan sesuatu yang hangat. Membuat langkahnya seketika terhenti tiba-tiba. Dia diam di tempatnya dan membiarkan wanita yang kini membawa dua kantong plastik itu melangkah ke arahnya.
"Sayang, kamu udah pulang?"
Sakala kesulitan mengeluarkan suaranya. Jadi dia hanya bisa berdehem menjawab pertanyaan itu. Sampai Ceisya berdiri di depannya, mendongak dan menatapnya. Sakala masih kesulitan mengendalikan segala perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pengganti (SELESAI)
RomanceBagaimana jadinya jika pria yang menikah dengan Ceisya bukanlah kekasihnya, melainkan saudara kembar pria itu yang tak pernah ia ketahui keberadaannya? Mereka sama, namun jelas lambat-laun Ceisya tahu jika mereka berbeda. Hingga segalanya terungkap...