6

3.3K 165 11
                                    

Ceisya menatap takjub gedung pencakar langit di depannya, gedung yang mulai hari ini akan menjadi tempat bekerjanya sekaligus tempat untuk memulai mimpinya. Di sepanjang langkahnya tadi, dia bahkan tidak berhenti tersenyum. Apalagi saat mengingat jika dia bisa benar-benar bekerja di kantor pusat. Kantor tempat orang-orang penting-yang memiliki masa depan cerah. Dia akan memekik tidak jelas dan menepuk pipinya berkali-kali. Semua layaknya mimpi baginya.

Dia bahkan tidak bisa tidur sepanjang malam ini, rasanya tidak sabar untuk segera memulai bekerja di kantor barunya. Daru pagi tadi bahkan beberapa kali menanyai keadaannya-yang beberapa kali tersenyum tanpa sadar. Tampak lebih bahagia dari biasanya. Suaminya itu, memang belum ia beri tahu jika hari ini Ceisya akan mulai bekerja di kantor pusat. Rencananya, sore nanti dia akan meminta di jemput pria itu. Dan Taraaaa.... kejutan. Dia yakin, Daru pasti bangga dan senang melihat dia bisa bekerja di kantor sebesar di depannya.

"Nona Ceisya, anda mengerti, kan?"

Ceisya mengerjab, meringis pelan saat pikirannya malah melayang ke mana-mana.

"Saya peringatkan sekali lagi. Jangan membuat kesalahan di hari pertama anda bekerja di sini jika tidak ingin kehilangan pekerjaan. Anda mengerti?!"

Ceisya mengangguk dan bergumam patuh, setelahnya dia hanya mengekori wanita paruh baya di depannya. Yang dia ketahui bernama Rani. HRD yang sedari tadi berkali-kali mewantinya untuk tidak melakukan kesalahan di hari pertamanya bekerja-yang menurut wanita paruh baya itu, atasan mereka tidak menolerir kesalahan sekecil apa pun. Dan atasan mereka itu tidak akan segan-segan memecat karyawannya jika mereka membuat kesalahan. Semua itu bahkan membuat Ceisya berdebar hingga satu pertanyaan terlintas di kepalanya.

Apa separah itu?

Ceisya bahkan tidak berharap jika dia akan melewati hari pertamanya bekerja di kantor pusat dengan perasaan was-was.

"Asma,"

Ceiysa menatap wanita cantik di depannya yang begitu di sebut namanya langsung berdiri tegap dan tersenyum.

"Dia adalah Ceisya. Rekan kerja baru kita." Ceiysa menundukkan sedikit kepalanya begitu wanita bernama Asma menoleh ke arahnya. Dan setelahnya, wanita itu kembali menoleh ke arah Rani yang meminta wanita itu untuk memberi tahu beberapa hal yang bisa mereka lakukan dan yang tidak boleh.

Semua itu, membuat Ceisya sedikit bingung. Namun dia tidak akan menolak jika wanita bernama Asma akan memberikan sedikit ilmu dan pesan padanya bagaimana mereka cara bekerja di perusahaan sebesar ini. Setidaknya, bekerja di tempat berbeda mungkin memiliki pereturan yang berbeda pula.

"Jadi kamu sebelum di tugaskan di sini kamu bekerja di perusahaan cabang?" Tanya Asma begitu Rani meninggalkan mereka.

Ceisya mengangguk dan bergumam membenarkan.

"Dengar, jangan kira bekerja di perusahaan sebesar ini lebih baik dari pada bekerja di perusahaan cabang. Kamu tahukan, jika kita tidak boleh melakukan kesalahan? Apa lagi ini adalah hari pertama mu bekerja di sini. Aku akan memperingatkan mu dengan beberapa hal."

"Apa separah itu bekerja di sini?"

"Seharusnya tidak jika kamu tidak berurusan dengan para petinggi perusahaan. Terutama pak Sakala."

"Sakala?"

Asma mengangguk. "Dia adalah cucu satu-satunya tuan Edwin." Ujarnya. Menoleh ke arah Ceisya yang hanya diam. "Jangan bilang kamu tidak tahu?"

Ceisya meringis dan menggeleng. Karna terlalu senang, dia sama sekali tidak mencari tahu. Dulu, di tempatnya bekerja dia memang sering mendengar nama tuan Edwin di sebut-sebut. Dia bahkan sering bertemu dengan pria tua itu berkali-kali. Namun tidak tahu jika pria tua itu memiliki cucu.

"Dengar," Bisik Asma. Yang membuat Ceisya mendekatkan wajahnya karna wanita itu terlihat melirik sekeliling. "Pak Sakala adalah bos yang perfeksionis. Dan jangan sekali-kali kamu berani menatap matanya jika dia muncul di hadapannya. Kecuali dia menegur kita dan bertanya."

"Hanya itu?"

Asma menggeleng. "Usahakan kamu selalu terlihat rapi dan cantik."

Kalau itu Ceisya tahu, bukankah semua resepsionis harus cantik dan rapi?

"Maksudku, rambutmu." Ujar Asma. "Kamu harus selalu mengikatnya rapi. Apa pun yang terjadi, jangan pernah merurai rambutmu selagi kamu ingin tetap bekerja di sini. Karna aku bisa pastikan semua itu akan sedikit menarik perhatian pak Sakala. Dan jika rambutmu tidak terlihat rapi di depannya, dia bisa saja memecatmu."

Ceisya melebarkan matanya. "Separah itu?"

"Dia sih tidak pernah menegur karyawan secara langsung. Tapi bisa di pastikan setelah kepergiannya hrd akan segera menghubungimu. Maka setelah itu tamatlah riwayatmu."

Ceisya menelan ludah susah payah. Apa pria semacam itu benar-benar ada? Terbuat dari apa hati pria itu sampai bersikap berlebihan seperti itu? Apa dia tidak memikirkan nasib orang-orang yang dia pecat sesuka hatinya itu? Apa dia tidak tahu sesulit apa mencari pekerjan di zaman serba canggih begini?

Tanpa sadar Ceisya menghela nafas lega. Beruntungnya dia bertemu dengan Daru. Pria baik hati dan lembut-yang selalu mendengarkan dan mencintainya. Mengingat Daru, senyum Ceisya kembali terbit. Apalagi jika mengingat hubungan mereka akhir-akhir ini. Ceisya bahkan tidak percaya jika hubungannya dengan Daru bisa kembali hangat seperti dulu. Seperti saat mereka pertama kali pacaran. Meski pria itu banyak melupakan ingatan tentang kenangan mereka dulu. Namun pria terlihat berusaha keras untuk membuatnya nyaman dan aman. Yah, walau kadang Ceisya yang harus mengatakan dan memintanya secara langsung. Agar pria itu lebih hangat dan peka, namun Ceisya cukup senang saat Daru menurutinya. Semua itu bahkan lebih dari cukup baginya.

Dan sekarang, mendadak Ceisya merindukan suaminya itu. Sedang apa pria itu di tempat kerjanya? Apa dia sedang sibuk bekerja dan mengalami kesulitan seperti kebanyakan orang saat bekerja menjadi bawahan? Merasa tertekan sama seperti yang Ceisya rasakan saat ini?

Ini bahkan baru hari pertamanya bekerja, namun Ceisya sudah merasa sedikit tertekan karna banyaknya tuntutan yang ia terima. Belum lagi penjelasan hrd tadi, yang seakan-akan mengatakan jika Ceisya tidak menuruti kata-kata wanita itu, dia akan benar-benar berakhir pagi ini.

Menghela nafas panjang dan berat, Ceisya tidak tahu apa dia harus menyesal atau sebaliknya berada di sini. Tapi yang jelas, dia akan berusaha semampunya. Dan berharap pagi ini dia tidak akan membuat kesalahan apa pun.

Ceisya segera menoleh begitu merasa Asma bangkit dari duduknya, memberi isyarat padanya untuk melakukan hal serupa. Menoleh ke arah pandang wanita di sampingnya, gerakan tubuh Ceisya yang hendak bangkit berubah melambat begitu melihat siapa yang turun dari sebuah mobil mewah di balik dinding kaca itu.

Dia berdiri memunggungi Ceisya. Namun dia merasa tidak asing dengan tubuh itu. Meski dia membelakanginya, namun Ceisya bisa dengan jelas melihat bagaimana postur tubuh dan-kedua matanya melebar begitu pria itu melewati pintu kaca. Dan tubuhnya terasa kaku saat kedua mata mereka bertemu.

Ceisya bahkan merasa seluruh sendinya berubah kaku. Tubuhnya menggigil hebat dengan nafas yang terasa mencekik lehernya. Wajah itu, tatapan mata itu. Jelas dia mengenalinya. Tapi,... bagaimana bisa?

"Ceisya." teguran di sampingnya, juga senggolan dari Asma membuat Ceisya memutar kepalanya kaku. Dan seakan tersadar, dengan gerakan lambat dan kaku. Dia menundukkan wajah dan pandangannya. Namun jelas jika bibirnya sama sekali tidak bisa tertarik ke atas seperti  halnya yang dilakukan oleh Asma. Begitu pun dengan raut wajahnya, karna kini, Ceisya bahkan harus mengepalkan tanganya. Menahan diri untuk tidak kembali menatap wajah itu, dan memastikan jika mungkin penglihatannya salah.

Suami Pengganti (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang