Setelah berinteraksi dengan para penyanyi lain yang menjadi juri tetap ajang bernyanyi -Star Singer, Veer menyendiri beberapa saat ditemani hembusan angin di balkon lantai 9. Kegiatan audisi masih berlangsung lima belas lagi, di sana, dia membuka lebar-lebar telinga, menutup rapat-rapat kelopak mata, menangkap seberkas maksud suara hujan yang kian deras.
"Jangan menjadi hujan, kau hanya akan jatuh berkali-kali untuk menemui lautnya ...."
Hanya hujan yang menemaninya. Namun kenapa, suara seseorang tampak nyata berdengung di dalam pikirannya? Cepat-cepat Veer membuka mata, merasakan jantungnya yang berdenyut cukup keras, sampai-sampai dirinya bisa mendengar sangat jelas detak jantungnya.
"Siapa? Siapa dirimu? Mengapa kau menyuguhkan kerinduan tanpa arah? Siapa dirimu di balik ingatanku yang hilang? Siapa?"
Veer dijemput Karan yang sedari tadi mencari keberadaannya.
"Waktunya bekerja Tuan Muda Rajveer Hirani. Hujan masih panjang, kau bisa menemuinya nanti. Ayo!"
Keduanya meninggalkan balkon lantai 9 menuju studio tempat audisi Star Singer. Berbagai persiapan dan briefing dilakukan sebelum siaran langsung dimulai. Veer telah duduk di kursi juri. Sebagai juri bintang tamu, dia bersikap seprofesional mungkin. Dia menunjukkan senyum sapa begitu hangat di depan kamera, seolah tidak ada beban yang menumpuk di kepala.
Satu persatu peserta audisi menampilkan kebolehan mereka. Sedari pagi, dari seluruh total peserta yang mengikuti audisi, baru tujuh peserta yang lolos. Tetapi, sejauh ini, belum ada satu pun peserta yang bisa mencuri perhatian Veer. Ya, Veer akui, para peserta yang sudah lolos memiliki kualitas bernyanyi yang cukup bagus. Tetap saja, dia menginginkan sesuatu yang lebih dari sekadar bernyanyi.
Veer mengecek layar I-pad yang menampilkan data-data para peserta audisi Star Singer.
"Hania," ucap Darshan Reval Mahendra yang duduk di sebelahnya. "Sepertinya, dia salah satu penggemarmu."
Veer tertawa kecil. "Aku tidak habis pikir, bisa-bisanya dia menulis motivasinya ikut audisi ini hanya ingin bertemu denganku."
"Kenapa kau tertawa? Bukankah itu artinya, kau sangat berarti baginya? Mungkin juga bagi para penggemarmu di luar sana."
Veer mengangguk kecil pada Darshan. "Ya, aku harap dia lolos dan akan sering mendengar komentarku yang pedas."
Mendengar itu, Darshan terkekeh. "Kita lihat bagaimana penampilannya."
Nama Hania disebut. Tiga penyanyi ternama yang menempati kursi juri menunggu-nunggu sosok Hania yang akan menjadi peserta terakhir sebelum break.
Perlahan, sosok Hania muncul dari belakang panggung. Gadis berusia 19 tahun itu bukannya tersenyum justru menangis sejadi-jadinya.
"Hei, kenapa kau menangis?" tanya Rasmika -salah satu juri Star Singer.
Hania yang menggantung gitar biru mencoba menghentikan desakan tangis haru. "Sa-saya ... saya tidak percaya bisa bertemu Kak Veer."
Darshan memajukan sedikit dagu pada Veer. Isyarat itu lekas diangguki oleh Veer. Kemudian, Veer turun dari kursinya, berjalan menghampiri Hania, lalu memeluknya.
"Aku di sini. Jangan menangis lagi, selain bertemu denganku, di sini kau juga harus menunjukkan suaramu."
Hania menguatkan diri, apalagi dia mendapatkan pelukan semangat dari idola yang telah dia damba-dambakan hadirnya. Hania mengusap air mata di kedua pipi.
"Tunjukkan suaramu," ucap Veer lalu kembali ke kursinya.
"Baiklah, Hania. Hari ini kau ingin membawakan lagu apa?" tanya Darshan begitu ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembilan [END] (SEGERA TERBIT)
Romance[Juara 1 Event Writing Warathon Boungenville Publisher] Beberapa part dihapus untuk kepentingan penerbitan. ❥➳♥❥ Ada banyak bilik-bilik kisah cinta abadi yang akan selalu menempatkan dua perkara dalam satu cerita. Pertemuan dan perpisahan. Pertemuan...