Part 21

12 1 0
                                    

Kepungan awak media menyambut Veer yang baru menginjakkan kaki di luar pintu kantor polisi. Ya. Karena insiden penganiyaan yang dia lakukan kepada Vikram, dia harus mendekam di penjara beberapa hari. Vikram sempat mencabut laporannya, tetapi pria itu justru ingin tetap ditahan. Tidak ada yang bisa Vikram perbuat saat Veer sudah bertekad bulat. Dia membiarkan saja pria itu berada di tahanan sampai ...

“Tidak ada yang bisa menyelamatkan senyummu. Dia akan pergi. Apa kau tidak akan mencegahnya, Rajveer Hirani?”

Ucapan Vikram tempo hari mengiringi langkahnya yang disambut percikan sorot kamera awak media dan berbagai pertanyaan seputar kasus yang membelitnya.

“Keluarlah dari tempat yang kotor ini. Setidaknya, ucapkan selamat tinggal untuk yang terakhir kali pada perempuan itu.”

Masih terekam jelas di ingatannya, usai mengatakan itu, Vikram yang berada di luar jeruji besi langsung pergi membawa gertakan yang menggetarkan tekadnya untuk bertahan di tahanan.

“Apa benar, Veer, Anda berkelahi dengan Tuan Vikram Anand karena masalah perempuan?”

“Siapa perempuan itu Veer? Dan apa yang sebenarnya terjadi?”

“Setelah ini, apa Anda masih akan bekerjasama dengan Tuan Vikram Anand? Secara, sekarang ini hubungan kalian sedang memanas,” tukas seorang wartawan.

“Ya, benar.” Wartawan lain ikut bersahutan mengiyakan.

Karan, Dev dan Satya yang sengaja datang menjemput Veer meminta pada para awak media untuk memberi jalan. Tetapi, mereka kewalahan karena kalah jumlah.

“Rajveer Hirani, tolong beri kami jawaban, sebenarnya, siapa perempuan yang menjadi penyebab perkelahian Anda dengan Tuan Vikram Anand?” Lalu sebuah pernyataan yang menohok terdengar.

“Sudah pasti perempuan itu adalah perempuan yang tidak tahu diri dan murahan. Dia mungkin hanya ingin memanfaatkan kepopuleran Anda Tuan,” celetuk seorang wartawan yang sejak tadi berusaha menahan langkahnya.

Karan, Dev dan Satya saling bertukar sorot mata saat mengetahui Veer memutar badan. Mereka tentu tahu gelagat tak suka yang Veer tunjukkan atas pernyataan salah seorang wartawan itu.

“Iya, benar.”

“Bisa-bisanya dia menghancurkan hubungan baik antara Rajveer dan Tuan Ranjit yang baik hati itu,” balas sesorang di barisan belakang.

Jari jemarinya mengepal kuat-kuat. Dia maju selangkah, tanpa membuang-buang waktu, Veer melayangkan pukulan hingga mengenai rahang wartawan itu. Tidak tanggung-tanggung, pukulan berkali-kali dia layangkan dibarengi umpatan kasar.

“Berani kau menghina kekasihku!” bentak Veer. Dia tidak jera memukuli pria yang telah tersungkur di tanah, tak peduli jeritan wartawan perempuan memenuhi suasana, tak peduli sorot kamera menyorot kelakuan brutalnya, tak peduli nama baiknya kembali tercoreng, tak peduli seberapa keras Karan mencoba menghentikannya, Veer tidak bisa menerima hinaan yang dikatakan wartawan itu, bahkan, dia akan melawan dunia untuk perempuan yang sangat dia cinta.

“Veer, hentikan, Veer!” pekik Karan.

Veer pemberontak dari cengkeraman Karan dan Dev. Dia kembali menarik kerah kemeja biru wartawan yang tengah dibantu Satya untuk berdiri. Tatapan sarkas Veer berikan. “Satu hinaan lagi keluar dari mulutmu, akan kupastikan, kau tidak akan pernah bersuara lagi.”

Ancaman Veer justru dibalas cekikian tawa. Wartawan itu menyeka darah yang meleleh di sudut bibir. Dia meludah ke kiri, memberi tatapan sengit. “Anda mengancam saya di saat hidup Anda sendiri hancur? Menyedihkan sekali.” Ejeknya.

Sembilan [END] (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang