Bab 56

30 6 0
                                    

Beri Penghargaan Kepada Penerjemah dengan klik tanda ⭐ Sebelum Membaca! Terimakasih.

Sore hari berikutnya.

Kastil Kerajaan Hukum, yang mempertahankan harga dirinya sendirian, tampak sangat kecil dari hari ke hari.

Persediaan makanan hampir habis.

Kondisi para penjaga gerbang yang terkena langsung situasi tersebut juga kurang baik.

“…Mmm…Ugh!”

Leher ksatria itu, yang tertidur beberapa saat, terpelintir dalam sekejap.

“Aaakh!”

Berkibar, berdebar.

Sekawanan burung gagak, dikejutkan oleh jeritan sang ksatria, membelah udara kastil.

Cassis sedang menunggu di depan gerbang besi kastil dengan wajah tanpa ekspresi.

Dingㅡdingㅡ

“Pe....Penyusup!”

“Seorang penyusup telah muncul! Semuanya, berkumpul di tempat kita!”

Bel darurat yang terlambat.

Para ksatria akhirnya bergegas ke depannya, yang berdiri seperti gunung besar.

Melawan situasi yang serius.

“…”

Wajah Cassis mati rasa sampai bosan.

Dia segera membuka surat di sakunya.

Surat yang dicap dengan pola singa itu adalah pesan dari Istana kekaisaran Kekaisaran Rolls.

[Berdasarkan Pasal 12 Hukum Hukuman Mati Kekaisaran Rolls, ditetapkan bahwa ini adalah keadaan darurat di bawah wewenang Kaisar Alec dari Goldmoon. Serahkan komisi hukuman mati negara pemberontak kepada Cassis Vallois dari empat keluarga terbesar.]

Teriakan menggelegar dari para ksatria semakin dekat.

“Itu penyusup!”

“Tangkap penyusup itu!”

Ketika pintu besi terbuka, para ksatria keluar.

Cassis yang sudah lama membaca surat itu, memasuki kerumunan dengan wajah tanpa ekspresi.

***

Aaaaakh.

Uaaaagh.

Sekelompok ksatria seperti kerbau yang bersemangat bergegas ke bidang penglihatannya.

Namun Cassis tahu.

Di atas para ksatria berlari seolah - olah bergegas di tanah.

Bahwa ratu sedang mengawasi mereka saat dia menutup tirai jendela.

Bugh.

“Aaaagh!”

Cassis dengan ringan memotong para ksatria itu bahkan tanpa melihat mereka.

Mata ungu keruhnya tertuju pada jendela lantai dua dengan tirai tertutup.

Sungguh tidak biasa.

'Dia pasti sadar kalau dialah yang terjebak dalam perangkap tikus.'

Namun entah kenapa, ratu memandang rendah dirinya dengan tatapan arogan.

Bugh.

Apakah kepribadian itu sendiri bodoh?

Itu adalah tindakan yang tidak bisa dilakukan kecuali ada cadangan.

“Ugh, aaagh!”

Setelah itu, pembantaian umum pun terjadi.

Bocil Pengen Kabur Dari Papa Ganteng Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang