Bab 26

67 12 0
                                    

Beri Penghargaan Kepada Penerjemah dengan klik tanda ⭐ Sebelum Membaca! Terimakasih.

"...Uh!"

Maka Sian diseret oleh para ksatria dan dijebloskan ke sel isolasi.

“Beraninya kamu berdiri di depan Putri, meskipun kamu adalah seorang budak.”

Sepatu kulitnya yang kasar menginjak-injak si pirang, menekan pipinya ke lantai kayu.

Jelas sekali bahwa awalnya, para ksatria tidak menyukai Sian.

Satu-satunya alasan mereka menahan diri adalah karena sang putri muda.

Semenit kemudian.

Saat para ksatria menghilang.

Sian yang tadinya terbaring mati, perlahan mengangkat bagian atas tubuhnya.

Rasanya seperti dia telah dipukuli dengan senjata tumpul.

'Sang Tuan pasti mengatakannya. Vallois selalu seganas ini.'

Itu adalah ucapan yang dia dengar setiap hari sejak dia dijual sebagai budak seharga 5.000 emas.

Vallois adalah orang jahat.

Vallois kasar.

Oleh karena itu, Vallois harus tersingkir.

Setelah diinjak sekali, dia menyadari bahwa tempat ini adalah Vallois.

Dia meraba-raba dan memeriksa sudut bibirnya dengan jarinya, ada darah.

“…”

Dibandingkan dengan latihannya yang biasa, luka-luka ini bahkan tidak layak diributkan.

Dia menggosok lukanya dengan punggung tangannya dengan tenang dan melemparkan dirinya ke tempat tidur.

Pertama, dia butuh istirahat.

"…Uhuk."

Kemudian dia menyalahkan dirinya sendiri atas kesalahan yang dia perbuat tanpa disadari ketika mereka sedang makan sambil mengerutkan kening.

Kenapa, dia bertanya-tanya?

Dia yakin dia akan berpikir itu aneh.

"Hmm."

Seorang budak yang bahkan tidak tahu cara makan steak tahu bahan makanan penutup para bangsawan.

Itu bukan tindakan yang direncanakan, dan dia tidak pernah diberi perintah seperti itu.

Itu hanya impulsif.

"Mengapa aku melakukan itu?"

Dia tidak pernah membuat keputusan dan bertindak sendiri.

Bahkan ketika dia adalah 'Peter', terlahir sebagai pangeran berdarah campuran Kerajaan Hukum.

Bahkan sekarang, setelah dia dijual seharga 5.000 emas, dia hidup sebagai 'Sian'.

Diperlakukan sebagai serangga di kerajaan karena menjadi anak haram adalah semua perasaan yang dia tahu.

Karena itu, ia lebih memilih membuang emosinya.

Itu adalah kehidupan yang nyaman jika dia diam-diam melakukan apa yang diperintahkan.

"Tapi kenapa?"

Dia merenungkan untuk waktu yang lama atas pertanyaan yang belum terjawab.

Sian perlahan mengangkat bagian atas tubuhnya.

[Sekarang roti chowcowlate tidak ada pemiliknya. Ambil dan makanlah. Hmph.]

Bocil Pengen Kabur Dari Papa Ganteng Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang