"BENERAN SEGARA NGOMONG GITU?" Pekik Riani sambil memegang kedua bahu orang di sampingnya.
Terhitung sudah dua hari Lea dan Segara tidak saling berbicara. Bahkan untuk saling memandang saja tidak meskipun mereka satu rumah. Terlebih lagi untuk Segara. Dia benar-benar menjauh, waktu makan saja cowok itu lebih memilih untuk makan di kamarnya dari pada satu meja dengan Lea.
Kini Lea dan Acha sedang berada di rumah Riani, mereka sedang berkumpul untuk menonton drama korea. Namun, sejak awal hingga akhir Lea hanya terdiam lesu, sangat berbeda dengan kedua temannya yang sangat antusias dalam menonton. Sampai pada akhirnya Riani yang menyadari temannya begitu tidak bersemangat memutuskan untuk bertanya, dan Lea menceritakan semuanya secara jujur.
Lea mengangguk dengan sedikit memundurkan wajahnya.
"Parah banget sih tuh orang, udah deh mendingan lo gak usah deket-deket sama si anak dajjal!" ujar Acha memberikan saran.
Lea menepis kedua tangan Riani. "Atau mungkin aku ya yang terlalu berlebihan?"
"LO ITU BEGO APA GIMANA SIH! LO CUMA DIMANFAATIN SAMA SEGARA LEA," bentak Riani. Cewek itu benar-benar marah. "Sumpah ya gue kira Segara udah berubah semenjak masuk Alaska ternyata sama aja,"
tambah cewek itu."Kalian tahu kalo Garaa dulu seorang perundung?" tanya Lea dengan polos.
Acha menghela nafasnya sejenak. "Ya tau lah Leaaa, semua anak SMA Angkasa juga udah tau. Nih gue kasih tau ya Segara tuh semenjak tobat jadi perundung, dia itu baik banget suka lindungin anak-anak lain dari Niko, Natan, dan Dikta. Makanya banyak yang suka sama dia, tapi ada juga yang masih benci sama dia."
Lea mengangguk mengerti. Penjelasan Acha sama seperti yang Segara jelaskan saat itu.
"Tapi gue juga masih heran kenapa Segara bisa sejahat itu ya sama lo?" tanya Acha heran.
"Gue gak mau tau, tuh cowok perlu dikasih pelajaran!" ujar Riani. Membuat Acha dan Lea saling lirik.
"Emang lo berani Ri?" tanya Acha ragu.
Riani tidak langsung menjawab. Mulutnya tertahan untuk berkata-kata. "Enggak sih." Riani menggaruk kepala belakangnya yang tidak terasa gatal.
Acha memukul kelapa Riani kesal. "Ngomong doang gede!"
Setelah berfikir cukup lama, Riani menemukan sebuah ide. Cewek itu menjentikkan jarinya. "Gue ada ide."
Kemudian cewek itu merogoh saku dan mengambil ponselnya.
Lea menoleh ke cewek itu. "Ih nggak usah apaan sih! Itu kayanya dia lagi kecapean makanya emosi." Lea mencoba merebut ponsel Riani.
Riani berdecak dan menepis tangan cewek itu. "Udah biarin biar kapok!"
..........
"HUUUUUAAAAAAAAMMM." Ren menguap.
Cowok itu semalaman begadang untuk bermain game. Dia melipat kedua tangannya di atas meja sebagai bantalan kepalanya. Beruntung hari ini jam pertama kosong jadinya dia bisa tidur dikelas.
"HUUUUAAA-" uapan Ren terhenti saat Surya mengusap wajahnya.
"ANJING! APAAN SIH LO," bentak Ren lalu memukul lengan temannya itu.
"Lo pagi-pagi udah tidur, kaya gue dong kerjain tugas," ujar Surya dengan sombongnya memperlihatkan betapa rajinnya dia hari ini.
Drian mengerutkan dahinya heran. Cowok itu merasa ada sebuah kebohongan yang tercium di perkataan surya tersebut. "Perasaan gak ada tugas hari ini."
Surya menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. "Emang gak ada, ini tugas minggu kemarin hehe."
"SI ANJING!" Ren menampol kepala belakang Surya. Cowok itu kembali menyandarkan kepalanya pada meja, namun matanya bukan tertutup justru kini tertuju pada sang ketua kelas yang kini tengah belajar dengan seriusnya, ditambah cahaya matahari yang menembus kaca jendela menerangi buku yang dibacanya membuat Acha seperti bidadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGARA(END)
Teen FictionJika kamu ingin bahagia, jangan biarkan masa lalu mengusikmu. Kamu boleh melihat ke belakang, namun jangan membawanya kembali. ........ Arsegara Wirayudha, cowok tujuh belas tahun terkenal sebagai kapten basket SMA Angkasa sekaligus ketua dari club...