Setelah aksi penyerangan yang hebat, Segara dan Gilang kini dilarikan ke rumah sakit. Kedua sahabat itu mengalami luka yang sangat parah. Sehingga harus dilakukan operasi demi keselamatan mereka. Berkat bukti video yang Ganendra berikan kepada pihak polisi, Derlangga beserta anak-anak buahnya berhasil di tangkap, sementara Laskar masih menjadi buronan.
Para anak Alaska kini tengah menunggu kabar dari Anita yang baru saja di panggil ke ruang dokter. Sedangkan anak basket dari sekolah lain kini tengah mengobati luka-luka mereka sendiri. Suasana ruang tunggu sangat hening, orang-orang sibuk bergulat dengan pikiran masing-masing.
Sementara Lea? cewek itu baik-baik saja hanya mengalami sedikit luka ringan. Dia kini tengah menangis tersendu dipelukan Bella. Lea masih syok, kejadian buruk berlangsung dengan begitu cepat.
Ganendra meneguk ludahnya saat melihat kedua telapak tangannya berlumuran darah. Untuk pertama kalinya dia benar-benar takut. Cowok itu lalu melihat sekeliling, teman-temannya hanya diam dengan tatapan yang kosong.
"Lea, lo kalo masih sakit pulang aja!" kata Bella memberikan saran. "Orang tua lo bentar lagi juga bakal dateng."
Lea menggeleng lesu.
"Mereka bakal baik-baik aja kan? kita bakal kembali lagi kaya dulu kan?" Lea melihat orang-orang disekitarnya dengan mata yang penuh harapan.
Hening. Semua orang membisu.
Ren melangkahkan kakinya dan berlutut. Perlahan tangannya terangkat menggenggam tangan Lea, memberikan kekuatan. "Segara sama Gilang kuat! kita pasti bakal kaya dulu lagi dan main basket sama-sama."
Entah mengapa Lea semakin sedih saat mendengar kalimat itu. Tingkah Ren saat ini mengingatkannya dengan Gilang dan Segara.
"LASKAR BANGSAT!!!" Drian menendang tempat sampah di sampingnya hingga terpental. Meluapkan semua kemarahannya.
"DRI UDAH!" Surya menarik bahu Drian mencegah cowok itu untuk tidak bertindak lebih brutal. "Tenang!"
"Tenang? Gimana bisa gue tenang saat temen gue lagi berjuang hidup atau mati!" bentak Drian melotot. "Kalau sampe mereka kenapa-kenapa, gue sendiri yang bakal bunuh Laskar!"
"BERISIK!" bentak Ganendra membuat kedua orang itu langsung diam. Cowok itu lalu menoleh kepada Samudra. "Udah coba hubungin orang tua Gilang?"
"Mereka lagi dalam perjalanan kesini." Jawab Sam.
Detik selanjutnya terdengar suara langkah kaki yang begitu cepat menghampiri para anak Alaska.
"Gimana udah ada kabar?" tanya Alvares dengan panik sekaligus khawatir.
"Belum." Sam menggeleng lesu.
Mendengar itu membuat Alvares mengacak-acak rambutnya kacau. Sejak tadi dia terus terpikirkan dengan kondisi kedua temannya.
Tidak berselang lama, Anita terlihat keluar dari ruang dokter dengan air mata yang mengalir deras membasah pipinya. Wanita itu bahkan ambruk seolah kehilangan seluruh jiwanya.
Lea langsung berlari menghampiri Anita dengan cemas. Bersamaan dengan anak Alaska yang lainnya.
"Kenapa tante? Garaa sama Gilang baik-baik aja kan?" tanya Lea cemas sambil memegang kedua bahu Anita.
"Mereka berdua nggak kenapa-kenapa kan?" Bella menatap dengan penuh harapan.
Anita menggeleng dengan terluka. Air matanya terus mengalir deras hingga jatuh ke lantai. "Segara masih koma karena pendarahan."
"Kalo Gilang?" tanya Ganendra cepat.
Wanita itu membekap mulutnya yang bergetar hebat. Seketika suaranya seperti akan hilang. "G-Gilang…….ud..ah… nggak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGARA(END)
Dla nastolatkówJika kamu ingin bahagia, jangan biarkan masa lalu mengusikmu. Kamu boleh melihat ke belakang, namun jangan membawanya kembali. ........ Arsegara Wirayudha, cowok tujuh belas tahun terkenal sebagai kapten basket SMA Angkasa sekaligus ketua dari club...