"Jadi pertandingan pertama kita lawan SMA Permata?" tanya Samudra setelah melihat selembaran yang baru saja ditempelkan Segara di dinding lapangan basket.
Hari ini tepat jam tujuh pagi. Para anak-anak basket yang terpilih akan melakukan latihan tambahan setiap pagi. Latihan ini sudah mendapatkan izin dari pihak sekolah. Dimulai pada jam masuk sekolah hingga jam istirahat.
Drian menghela nafas sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Iya. Lagi-lagi lawan yang cukup kuat."
"Maka dari itu kita harus latihan," tegas Pak Dean. "Sekarang kalian baris! kita pemanasan terlebih dahulu!"
Perintah dari sang pelatih langsung dilaksanakan oleh anak-anak basket yang lainnya. Kemudian Pak Dean mengeluarkan sebuah kertas yang cukup besar dari tasnya dan menempelkannya di dinding. Kertas itu bertuliskan.
Semua anak basket langsung melotot sekaligus menganga melihat porsi latihan mereka. Bagi mereka ini bukan latihan melainkan penyiksaan.Berbeda halnya dengan Segara dan Ren. Wajah kedua remaja itu sangat serius dan bersemangat seperti haus akan kemenangan.
"Bagaimana tidak beratkan? masih muda jangan malas-malasan!" kata Pak Dean sambil bersedekap.
"Gue mau pulang," kata Surya dalam hati.
"Kenapa harus ada lompat katak, anjir!" Gilang menghela nafas pasrah.
"Baiklah sebelum memulai latihan dimulai mari kita berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing, Berdoa dimulai."
Setelah berdoa para anak-anak basket kini memulai latihannya. Meskipun berat tapi mereka tetap berusaha dengan keras. Mereka semua masih ingin balas dendam untuk kekalahannya di tahun lalu.
Meskipun keringat terus menetes, itu menjadi bukti kerja keras mereka.
Sementara di dalam kelas 11 IPA 2. Lea kini tengah menatap menembus kaca jendela. Pandangannya terkunci pada Segara yang tengah melakukan lompat katak. Cewek itu menarik ujung bibirnya, membuat senyum yang manis. Entah mengapa ketika melihat cowok itu latihan terasa lebih keren dari biasanya.
"Gurunya di depan!" Riani memutar kepala Lea.
Lea berdecak kesal. "Iya-iya. Lihat dikit doang enggak boleh."
"Lo udah tiga puluh lima menit empat puluh tiga detik, lihat ke lapangan basket, kardus," ucap Riani. "Udah enggak usah dilihat terus! Cowok lo sedang berjuang buat juara itu bagus. Dari pada tawuran enggak jelas."
"Tumben kamu pinter." Lea tertawa kecil.
Dugh
Riani menginjak kaki Lea kuat-kuat hingga membuat cewek itu diam wajahnya sampai memerah. "Ngomong apa lo tadi?"
Lea bergedik ngeri dan langsung menggelengkan kepalanya. "E-enggak, Kamu pinter."
"Jadi cewek itu kaya Acha dong! terus lihat ke depan enggak kaya lo," ledek Riani.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGARA(END)
Teen FictionJika kamu ingin bahagia, jangan biarkan masa lalu mengusikmu. Kamu boleh melihat ke belakang, namun jangan membawanya kembali. ........ Arsegara Wirayudha, cowok tujuh belas tahun terkenal sebagai kapten basket SMA Angkasa sekaligus ketua dari club...