Gilang kini menatap benci pada orang-orang tengah berdiri di depannya. Saat ini dia tidak bisa bergerak, kedua tangannya diikat pada kursi kayu di pinggir lapangan. Mulutnya dibungkam menggunakan lakban.
"Bangun juga lo." Laskar yang melihat Gilang sudah sadar, berjalan mendekati cowok itu dan berlutut. Cowok itu membuka lakban di mulut Gilang dengan kasar. "Gue kira lo udah mati."
Gilang mencoba menggerakkan tubuhnya namun, percuma ikatan tersebut begitu kuat. "Lepasin gue bangsat!"
Laskar menarik rambut Gilang. "Berisik!" kemudian mengarahkan wajah cowok itu ke kanan. "Mending kaya cewek itu diem anteng!"
"LEA?!" Gilang dapat dengan jelas melihat Lea yang terikat persis seperti dirinya di kursi yang lain. cewek itu masih tidak sadarkan diri. "Lepasin dia!"
Bugh
Laskar menghantam perut Gilang menggunakan lututnya. Membuat cowok itu mengerang kesakitan. "Berisik!"
"Pak sekarang bagaimana?" tanya Laskar kepada Derlangga. Pemilik sekaligus kepala sekolah SMA Andromeda.
Derlangga menatap Gilang dengan dingin. "Kita hilangkan saksi matanya!" pria dengan kumis dan brewok putih itu kemudian membalikkan tubuhnya. "Bunuh mereka!"
Mendengar perkataan Derlangga, membuat Gilang semakin geram. Sungguh dia ingin menghajar wajah pria itu hingga berdarah. Gilang lalu menarik ujung bibirnya dan terkekeh. "Ternyata masih ada orang sampah kaya anda?"
"NGOMONG APA LO BARUSAN?" bentak Laskar langsung mencengkram kerah Gilang kuat-kuat.
Derlangga berbalik, berjalan menuju Gilang. Pria itu lalu melepaskan tangan Laskar dari kerah Gilang. "Kamu anak ingusan nggak akan ngerti."
"Tapi seenggaknya saya tidak memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Orang-orang munafik seperti kalian nggak ada bedanya sama sampah!" maki Gilang menekan kata terakhirnya.
Derlangga lalu mengangkat tangannya dan menepuk-nepuk pipi Gilang. "Saya suka pemikiran kamu. Persis sewaktu saya masih SMA dulu."
"Apa anda sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan orang-orang diluar sana, yang berlatih keras hingga muntah darah buat menangin pertandingan ini?!" Gilang menggelengkan kepalanya tanpa melepaskan tatapan bencinya. "Anda bahkan tidak pantas di sebut sebagai kepala sekolah!"
Argggh
Marah. Derlangga mencengram rahang Gilang kuat-kuat hingga cowok itu kesakitan. Pria itu terus menekan tangannya sampai membuat Gilang hampir kehabisan napas. Derlangga sama sekali tidak peduli dengan yang Namanya perjuangan dan kerja keras. Setelah merasa puas, dia lalu melepaskan cengkeramannya.
Seketika, Gilang langsung terbatuk-batuk. Tenggorokannya terasa begitu perih. Perilaku orang di depannya sudah seperti monster.
Tak selesai, Derlangga mendongakkan kepala Gilang dengan menarik rambutnya. "Di dunia ini kemenangan adalah segalanya. Yang menang akan di puja dan yang kalah akan dibuang."
"Dengan ini SMA Andromeda akan untung besar. Para murid akan berdatangan, nama sekolah juga akan bagus dimata Masyarakat, dan" Derlangga menjeda. "Menjadi nomer satu."
"Mmm!Mmm!"
Secara bersamaan semua mata langsung tertuju ke sumber suara terbungkam itu. Lea baru saja sadar dari pingsannya.
Melihat cewek itu sadar membuat Laskar menaikkan satu alisnya dan berjalan mendekati Lea. "Oh, kamu udah bangun?" sindirnya dengan nada yang sok baik.
Lea hanya mampu menggelengkan kepalanya takut, saat Laskar mendekatkan wajahnya. Kalau bukan tangannya terikat pasti dia sudah menampar wajah cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGARA(END)
أدب المراهقينJika kamu ingin bahagia, jangan biarkan masa lalu mengusikmu. Kamu boleh melihat ke belakang, namun jangan membawanya kembali. ........ Arsegara Wirayudha, cowok tujuh belas tahun terkenal sebagai kapten basket SMA Angkasa sekaligus ketua dari club...