~CHAPTER SIX~

9.1K 525 43
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A special gift for the only one I love - Sin

***

"Apa?!! Bukan pembunuhan? Pak, sayatan dengan ukiran nama Sin udah cukup membuktikan kalo buk Farinda dan Pak Josep mati karna dibunuh pak."tegas Fauzan

Kini ia berada di Pos polisi untuk menuntut keadilan kematian Farinda dan Josep. Namun hatinya dibuat cukup sakit karna polisi yang berada di hadapannya ini seakan tidak memperdulikan rayuannya.

Dia bahkan menganggap enteng dengan kematian dua manusia yang tidak bersalah. Fauzan mengeratkan gengaman tangannya. Rahannya mengeras. Ia tidak pernah semarah ini.

"Dek. Mungkin keduanya yang melakukannya sendiri. Lagian semua u-"

"Pak! Ngapain mereka mau nyanyat diri mereka sendiri coba!"potong Fauzan

Polisi di hadapannya masih lagi memandangnya dengan tatapan tidak perduli. Sang polisi menyandarkan tubuhnya di penyandar kursi lalu meminum secangkir air di tepi mejanya.

"Kalau begitu, kamu tau siapa yang bunuh mereka?"

"Itu..."baru ingin mengatakannya, Fauzan baru teringat kalau ia tidak mengetahui nama dan siapa sebenarnya Sin ini. Kalau hanya mengatakan kata Sin, pasti polisi di hadapannya ini akan meminta nama penuh sang pelaku. Fauzan dibuat pusing buat saat ini

"Siapa? Kamu tau motif pembunuhannya? Kenapa dia lakuin itu semua?"

Tak kunjung mendapatkan jawaban dari Fauzan, sang polisi bangkit dari duduknya untuk meregangkan tubuhnya.

"Kalo kamu gak ada bukti-"tangan sang polisi menunjuk ke arah pintu dimana jalan keluar. "Kamu bisa pergi. Kami tidak mahu mendengar omong kosong anak gak cukup umur kayak kamu."katanya sembari tersenyum

Mulut Fauzan membulat sempurna. "Pak! Anak gak cukup umur kayak saya juga tau ini pembunuhan bukannya bunuh diri. Kenapa bapak gak percaya sama kata saya sih!"

"Pengawai, ada anak tantrum disini. Bawa dia sebelum keadaan makin kecoh."arah sang polisi pada pengawai lain di belakangnya

Sesuai arahan, tubuh Fauzan diheret keluar dari pos polisi. Meronta-ronta, ia bahkan berteriak minta dilepaskan oleh dua pria bertubuh besar dengan setelan seragam polisi yang tak mengubris katanya. Sesampainya di luar, Fauzan dilempar begitu saja sehingga keluar dari pos polisi. Ia mengetuk pintu yang kini ditutup oleh orang di dalamnya sembari berteriak minta dibukakan. Walaupun berusaha mengatakan semua buktinya pada polisi tadi, satu ucapan pun tidak sang polisi dengarkan. Fauzan mendengus kesal. Ia menjambak rambutnya kasar.

ꜱᴛᴀʟᴋᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang