CHAPTER FOURTEEN

6.2K 324 27
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Memeluk milikku, bisa menghilangkan nyawa yang telah tuhan ciptakan
-who

***

Cuaca yang cukup terang memaksa Fauzan memicingkan matanya. Di tangan kanannya memegang sekantong plastik hitam berisikan sampah. Dengan langkah gontai ia berjalan keluar dari rumah menuju ke depan gerbang.

Rambut berantakkan, Fauzan harus melewatkan acara mandinya karena sampah yang sudah menumpuk sejak ia ke Pattaya kemarin. Sedikit menguap, pintu gerbang dibuka. Fauzan sedikit tersentak saat melihat sekantong plastik tergantung di pintu gerbang rumahnya.

Fauzan memutar mata malas. Tahu siapa pengirimnya, Fauzan tidak mengambil. Ia berjalan ke tempat tong sampah yang hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya. Sedikit mengusap tangannya, Fauzan memutuskan untuk masuk setelah selesai membuang sampah.

Baru masuk, dari ekor matanya, ia melihat sesosok wanita berpakaian merah berlari dengan sebuah handuk kecil dipundaknya. Senyum merekah saat melihat sang tetangga yang hanya tinggal di hujung perumahan kini berjogging. Itu Siska.

"Tante!"teriaknya dari kejauhan. Yang diteriakkan menoleh. Senyum tipis tercetak di bibir merahnya sebelum berlari ke kecil ke arah Fauzan.

"Eh Fauzan. Udah balik? Cepet amet. Bukannya seminggu ya?"tanya Siska saat berdiri tepat di hadapan Fauzan. Dengan sedikit tercungap-cungap, ia menantikan jawaban dari Fauzan.

"Iya...katanya gitu. Cuman ada masalah dikit, jadi pulangnya juga ya awal."respon Fauzan sedikit tertutup. Tidak mungkin membicarakan hal yang tidak penting padanya. Fauzan mengaruk kepalanya sejenak.

"Oh gitu..."-Siska mengangguk. "Eh, Fauzan."

"Hm iya?"

Siska mendekatkan tubuhnya sedikit dari sebelumnya ke arah Fauzan. "Kamu tau soal tetangga baru yang baru aja pindah?"

Alis Fauzan bertaut. "Tetangga baru?"

Siska mengangguk tiga kali sebelum kembali angkat bicara. "Katanya seumuran kamu. Pindahan dari Phuket denger-denger."

"Phuket?"

"Itukan tempat sebelum kamu ke sini ya Zan?"

Berbicara soal Phuket. Yap. Itu tempat kelahiran asal Fauzan. Tempat terakhir menemui papanya. Fauzan menghela nafas pendek sebelum mengangguk tanda iya pada pertanyaan Siska.

"Kenapa tante malah bisik-bisik gini? Bukannya seneng ya punya tetangga baru?"tanya Fauzan heran. Tidak biasanya wanita di hadapannya ini berbicara dengan nada ini.

"Bukan gitu...cuman aneh aja."

"Aneh gimana?"

Siska mengibas tangannya tanda Fauzan harus mendekat. "Dia pindahnya cuman sendirian."

ꜱᴛᴀʟᴋᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang