~CHAPTER FOUR~

10.4K 567 44
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sin...who are you?- Fauzan

***

CEKLEK...

Seusai saja Fauzan membuka pintu berwarna coklat kehitaman itu, ia dibuat kaget dengan suara musik yang dipasangkan cukup keras hingga memaksanya untuk berteriak kesakitan, sembari menutup telinganya menggunakan kedua belah telapak tangannya.

Hal itu, berhasil menarik perhatian hampir semua seisi pengguna bar untuk menatap ke arahnya. Merasa lebih membaik, Fauzan dengan perlahan-lahan menjauhkan telapak tangannya yang menutup kedua telinganya. Dengan gerakan perlahan ia mendongak, kini ia dibuat kaget ketika mendapati semua pasang mata kini menatapnya seakan ingin memakannya hidup-hidup.

Melihat itu, Fauzan hanya mampu melemparkan senyum dan menundukkan tubuhnya seraya menyatukan kedua telapak tangannya tanda waii. Hal itu berhasil mengalihkan pandang semua pasang mata dari menatapnya. Fauzan menghela nafas lega.

Sedikit masuk, ia meliarkan matanya melihat semua pengguna bar pada saat itu. Mereka semua tampak menakutkan dengan hanya melihat pakaiannya saja. Seluruh tubuh mereka dipenuhi dengan tatoo dengan pelbagai bentuk ditambah lagi perhiasaan yang diletakkan di leher, jari, tangan, bahkan hidung. Fauzan mengidik ngeri. Andai saja ia berani berbuat macam-macam, bisa saja mamanya menangis melihatnya anak satu-satunya ini sudah tidak bernyawa karna dipukul oleh orang-orang aneh ini.

Tempat ini cukup bisa dibilang kecil, jadi tidak sulit untuk mencari keberadaan pria ber-outfit serba hitam incarannya ini. Tapi, sejak tadi ia berkeliling tidak jelas, matanya tidak melihat sosok pria incarannya. Sudah tidak terhitung berapa kalinya ia tidak sengaja bertabrakkan dengan orang aneh di sini. Tidak mahu nyawanya hilang sebelum lulus, Fauzan memilih untuk duduk di meja pantry sembari mencari pria ber-outfit hitam, tapi menggunakan matanya saja. Demi keselamatannya.

"Minum?"

Fauzan membalikkan tubuhnya melihat ke arah laki-laki jangkung yang ia yakin sebagai barista tempat ini.

"Aaa...air putih aja."

Sang barista seketika itu mengernyit hairan. "Benar?"

Fauzan mengangguk. Mendapat kepastian dari Fauzan, sang barista berjalan ke tempat dimana ia melakukan pesanan dalam keadaan menggaruk kepalanya bingung dengan Fauzan. Aneh, kenapa? Tidak pernah ada yang datang ke sini hanya untuk memesan air putih. Sang barista curiga kalau-kalau anak polos ini adalah anak kiriman polisi untuk menyelidiki bar ini.

Mata Fauzan tidak berhenti meliar. Sosok ini harus ia temukan secepat mungkin agar teror hidupnya berakhir. Walaupun ia tidak yakin, apa benar dia lah penguntit cariannya ini, tapi setidaknya hatinya cukup tenang jika mendengar secara langsung dari mulut pria itu.

ꜱᴛᴀʟᴋᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang