~CHAPTER NINETEEN~

5.3K 348 48
                                    

Jawabannya itu elo-Saga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jawabannya itu elo
-Saga

•☆•

"Fauzan! Bantu cepat!"seru Gabriel tiba-tiba.

Dahinya berkerut. Masih belum sepenuhnya sadar bercampur bingung dengan kejadian yang tiba-tiba berlaku, Fauzan masih duduk. Diam dan memproses.

Dua laki-laki di hadapannya masih bergelut. Gabriel menahan kedua tangan Saga dari belakang sementara yang ditahan memberontak tidak terima.

BRAK!

Dobrakkan pintu secara tiba-tiba mengalihkan atensi Fauzan dari Gabriel dan Saga, pada pintu yang terbuka luas ulah orang lain.

Beberapa pria berseragam polisi meluru masuk, memborgol tangan Saga. Menahan tubuh pria itu dari terus memberontak dengan memojokkannya pada meja belajar milik tuan rumah.

"Bawa dia!"titah pria berseragam polisi.

"Baik!"

Tubuhnya diheret keluar. Tidak sehingga Fauzan, selaku pemilik rumah mulai membuka suara.

"Apa-apaan ini? Kenapa dia ditahan?"tanyanya bingung. "Dan dia, kenapa dia disini? Bukannya dia dipenjara?"tanyanya lagi, tidak melirik Gabriel.

"Saga Wentian, ditahan atas tuduhan pemerkosaan, pelanggaran privasi awam dan pembunuhan. Dan dia,"- sang polisi menunjuk pada Gabriel. "Salah satu alibi untuk kasus ini."

Kenyataan yang tidak masuk akal. Fauzan mengerjap. Matanya bertemu tatap pada Saga, meminta penjelasan dari hal yang tidak masuk akal ini. Menggerakkan tubuhnya mendekat, tubuhnya bergetar, matanya berair, hatinya sakit.

"Lo gak...lakuin ini kan?"

Saga bungkam. Menatap sendu mata sang temannya. "Maafin gue."lirihnya pelan.

"Bangsat! Gue pikir lo teman gue! Sialan! Gue benaran pikir lo teman gue! Kenapa lo giniin gue! Kenapa! KENAPA!"

Saga menunduk. Mengalihkan matanya menatap lantai putih, dingin di bawahnya. Semuanya seakan bisu. Saga sudah mati rasa, matanya tersimpan keputusasaan. Sehingga tubuhnya yang dipukul kuat oleh Fauzan juga tidak berasa.

"JAWAB GUE! SIALAN JAWAB GUE!"sergah Fauzan semakin keras.

"Fauzan! Sabar!"tenang Gabriel. Menarik tubuh Fauzan dari sang pelaku.

"Bawa dia!"titah kembali berseru.

Saga kini sepenuhnya dibawa keluar. Meninggalkan seribu penyesalan pada Fauzan. Karna mempercayainya.

.
.
.

Keheningan.

Itulah yang dirasai oleh Gabriel saat ini. Menemani seorang Fauzan yang hanya diam di ruang tengah miliknya.

Kenyataan tentang Saga terbukti benar dengan adanya bukti.

Flashback on....

Gabriel memandang lurus ke luar jendela. Merenung hubungannya dan Fauzan yang mulai merenggang. Masalah yang tidak terselesaikan dari kedua pihak, hingga menganggu kehidupan sehariannya, termasuk hal tidur.

ꜱᴛᴀʟᴋᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang