~CHAPTER TWENTY~

5.4K 365 61
                                    

Lo!-Fauzan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lo!
-Fauzan.

•☆•


Fauzan memandang lekat rumah besar milik temannya. Tiada mobil, bermaksud nyonya besar, alias Masha masih belum pulang. Tiadanya motor bermaksud, Gabriel juga ikutan tiada.

Lama merenung, entah muncul dari mana pemikiran ingin mencari tahu sendiri, apa makna dari kata-kata Saga padanya. Fauzan menghela nafas panjang, mengecek keadaan sekitaran yang sunyi tanpa kelibat siapapun di sana, Fauzan mendekat ke arah pintu gerbang, memanjat masuk ke dalam rumah besar itu.

Fauzan menapakkan kakinya ke atas aspal seusai memanjat. Kembali memutarkan kepalanya ke belakang dan mendapati keadaan masih aman, langkahnya digerakkan, masuk semakin dalam ke persekitaran rumah milik temannya.

Fauzan mendekat ke arah pintu. Memutar knop pintu sehingga menciptakan bunyi clik!  Bunyi  yang secara tidak langsung menandakan pintu di hadapannya tidak tertutup.

Perasaan aneh kini memenuhi dirinya. Entah kenapa, pintu yang ditinggalkan tanpa ditutup, membuatnya merasa diundang tanpa ucapan.

Menghilangkan perasaan itu, Fauzan membuka lebih lebar pintu besar itu. Memperlihatkan lebih jelas isi rumah. Gelap. Kata yang bisa mengambarkan kondisi rumah itu saat ini.

Fauzan melangkahkan kakinya masuk lebih dalam. Menerokai isi rumah yang sememang gelap dengan bantuan flashlight dari ponsel miliknya.

Foto keluarga bersaiz besar terpampang jelas di tembok rumah. Menampilkan senyum bahagia milik keluarga Fernandez. Bersama Tuan dan Nyonya Fernandez beserta anak tunggal mereka, Gabriel Fernandez.

BRAK!

Suara bersumberkan dari lantai atas menghentikan gerakkan Fauzan. Telinganya dipasang, mengamati persekitaran rumah.

Merasa penasaran, langkah yang seawalnya ingin melangkah masuk ke dapur, beralih naik ke atas tangga.

Satu....

Dua....

Tiga....

Dan seterusnya, Fauzan terus melangkahkan kakinya, naik ke lantai dua.

Menghentikan kakinya saat menapakkan kedua kakinya tiba di lantai dua. Fauzan melanjutkan ekspedisinya melihat-lihat isi rumah, tepatnya di lantai dua rumah itu.

Masih dengan pencahayaan minim, tangannya membuka satu persatu knop pintu yang nyatanya berkunci. Langkahnya kini dilanjutkan menuju sebuah pintu, yang belum disentuhnya.

 Langkahnya kini dilanjutkan menuju sebuah pintu, yang belum disentuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ꜱᴛᴀʟᴋᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang