CHAPTER FIFTEEN

5.9K 360 21
                                    

You never can find me, even thourgh i'm always watching you from afar up close

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You never can find me, even thourgh i'm always watching you from afar up close...love.
-yours, sin

****

LAGI!!!!!

Kesakitan itu kembali. Rasa itu lagi dan lagi datang. Sumpah, Fauzan ingin menangis rasanya. Nyeri pada pangkal paha, tubuh yang lengket, sakit yang teramat pada bahagian intimnya dan tubuh yang telanjang. Fauzan tidak tahu mengapa ini terjadi lagi.

Apa sang penguntit bisa menemukan cara lain untuk membuatnya tertidur dengan bantuan obat tidur? Tapi bagaimana?

Huffff......

Menghela nafas panjang, dengan penuh hati-hati ia bangkit dari kasurnya.

Sisssstttt

Meringis saat tubuhnya mulai bertapak di atas lantai. Dengan langkah pincang ia berjalan menuju kamar mandi.

Membuka baju untuk terus ke acara mandi, Fauzan dibuat kaget saat melihat kondisi tubuhnya yang penuh tanda merah, alias bekas cupang. Dari leher sehingga dada, tanda yang cukup banyak dan sulit untuk dihilangkan pastinya.

Tidak ambil pusing, Fauzan mulai membasahkan tubuhnya dengan guyuran airshower. Melepas semua geramnya dengan mengosok kuat tubuhnya dengan sabun dan meratapi semua kesengsaraan hidup yang kembali datang.

Untuk kesekian kalinya....

.
.
.

Tangan kanannya meng-klik, mouse komputer untuk menayangkan kejadian kemarin. Berkat CCTV, kejadian kemarin bisa dengan jelas Fauzan lihat walaupun dihadang dengan gelapnya suasana kamar.

Tubuhnya yang ditindih, dicium, bahkan dilecehkan secara paksa dalam kondisi tidur membuat Fauzan benar-benar muak. Lihat bagaimana sang penguntit dengan bahagianya menyetubuhi dirinya, membuat Fauzan mengenggam mouse komputer miliknya kuat.

Pria ini, atau si penguntit sialan ini harus segera ia temukan.  Menghukum dengan cara yang seharusnya demi keselamatan dirinya dan orang sekeliling. Itulah tujuannya saat ini.

.
.
.

"Agak mendadak sih, tapi kemarin gw di ganggu lagi sama dia."luah Fauzan pada Saga.

Setelah mendapat gangguan untuk kesekian kalinya, Fauzan memutuskan untuk meminta bantuan secara langsung dari Saga. Memberikannya pesan dan boom! Mereka kini duduk santai di restoran pilihan Fauzan.

"Dia ngapain?"tanya Saga sebelum menyicip secangkir kopi.

Berdeham. Fauzan menetralkan posisi duduknya. Menatap ragu-ragu sang lawan bicara, agak memalukan jika mengatakan perihal 'masalah' nya yang bersangkut tentang masalah virgin-nya.

"Gw....di....."kalimat Fauzan seakan meminta untuk tidak disambung lagi. Kata dengan degungan itu masih berlangsung hampir beberapa saat.

"Gak usah. Gw ngerti."potong Saga. Baginya masa adalah suatu kepentingan, dengan itu kata yang tak kunjung ada habisnya segera ia potong. Melihat ekspresi dan nada bicara Fauzan, Saga tahu betul apa yang dihadapi teman lamanya itu.

ꜱᴛᴀʟᴋᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang