~CHAPTER EIGHTTEEN~

5.2K 345 15
                                    

Gabriel?-Fauzan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gabriel?
-Fauzan

❔️...❔️


"Gak."final Saga tegas. Bangkit dari duduknya lalu mengutip kembali pakaian yang sempat terlepas tadi dari atas lantai tanpa menoleh sedikit pun pada Fauzan.

Fauzan hanya diam di tempat. Pikirannya kini berkecamuk tentang rasa sakit dan putus asa, membuat ia tanpa sadar melakukan hal yang gila.

Saga yang selesai mengenakan kembali pakaiannya, berdiri menghadap Fauzan. Memandang temannya yang masih menunduk lesu dengan tatapan prihatin.

Saga, "Gue tau pikiran lo sekarang benar-benar berantakkan. Karna itu, gue gamau ambil kesempatan tentang rasa sakit lo itu. "Saga menghela nafas panjang. "Gapapa, tenangin aja pikiran lo. Gw setia di samping lo, kalo lo perlu."

Tidak mendapatkan apa-apa reaksi dari Fauzan, Saga memilih untuk kembali ke rumahnya. Mengangkat kaki mulai berjalan, Saga menoleh sekilas pada Fauzan yang masih menunduk sebelum benar-benar keluar.

Suara pintu yang kedengaran ditutup, menggerakkan tubuh Fauzan dari terus menunduk. Memandang pintu kecoklatan itu lama sebelum menghempas tubuhnya kembali ke atas sofa.

Menumpu lengannya untuk menutup mata, Fauzan berusaha untuk terlelap. Berharap agar semua mimpi ngeri ini segera berakhir, untuk menjalani kehidupan yang lebih baik kebesokkan harinya.

.
.
.

TING TONG!

TING TONG!

TING TONG!

Suara bel rumah sudah beberapa kali kedengaran. Ditekan dengan tergesa-gesa menandakan betapa paniknya sang penekan.

Namun pemilik rumah tampaknya tidak mahu beranjak bangun. Masih tertidur nyenyak dengan tubuh polosnya. Seakan dunia bisu tidak berbicara.

Namun, suara dentingan bel ditambah suara panggilan yang terdengar samar-samar memaksa Fauzan untuk bangun. Merubah posisi tidur menjadi duduk, tangannya mengucek mata disaat tubuhnya dipaksa berdiri.

TING TONG!

TING TONG!

"Fauzan! Fauzan! "

Suara seseorang memanggil semakin terdengar nyaring disaat pintu berkembar dibukanya. Fauzan memicingkan matanya. Menahan terangnya matahari demi mencari tahu siapa penganggu tidur nyenyaknya.

Semakin mendekat, sosok penganggu acara tidurnya semakin kelihatan. Fauzan menghentikan langkahnya sejenak sebelum kembali memajukan kembali langkahnya.

Ternyata itu, Masha. Maminya Gabriel.

Raut wajah penuh kekhawatiran dan ketakutan terpancar jelas di wajah Masha.

ꜱᴛᴀʟᴋᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang