Part 1

1.3K 57 3
                                    

Ellensya POV

Aku sedikit lega setelah menceritakan semuanya kepada ayah. Dari awal ayah setia memdengarkan ceritaku. Aku yakin ayah memiliki pekerjaan yang lebih penting dari pada harus mendengarkan ceritaku.

Aku dan ayah memang sangat dekat. Aku selalu terbuka dengan ayah dan tak pernah ada rahasia diantara kami.

Sesekali ayah mencoba menghiburku dengan candaannya. Dan beliau berhasil membuatku tertawa. Aku bisa melihat senyum yang merekah diwajahnya yang tidak lagi muda.

"Begitulah yah. Aku tidak tau harus berbuat apalagi."

Ayah mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Sayang lupakanlah pria brengsek seperti dia. Ayah yakin masih banyak pria yang mengantri di belakangmu."

Aku tertawa renyah saat ayah mengatakan hal seperti itu. Selain menjadi ayah ternyata beliau juga sanggup menjadi seorang ibu yang mengerti anaknya. Dihidup ini aku memang hanya mempunyai seorang ayah.

Pintu tiba-tiba saja terbuka saat kami sedang tertawa bersama. Aku melihat tante Luna sudah berdiri didepan pintu dengan membawa kertas-kertas.

"Maaf pak. Saya ingin mengingatkan bahwa meeting akan dimulai 1 jam lagi." Wanita bertubuh tinggi ini mengucapkannya dengan sopan.

"Ya saya tau itu. Batalkan meetingnya. Kamu urus jadwal berikutnya."

Aku memiringkan kepalaku tidak mengerti. Ayah membatalkan meetingnya begitu saja.

"Tapi pak--"

"Apa kamu tidak lihat saya sedang ada tamu yang paling berharga untuk hidup saya?"

Aku langsung menatap ayahku dengan binggung. Mungkin ayah tidak ingin meninggalkanku sendiri. Aku jadi merasa bersalah karna telah menghambat pekerjaannya.

Tante Luna pamit dan segera keluar dari ruangan ayahku. Aku mengenalnya. Dia adalah sekertaris ayah. Aku juga dekat dengannya. Dia orang yang baik selalu bekerja cepat dan tepat waktu kata ayahku.

"Ayah itu sangat penting lebih baik ayah menghadiri meeting tersebut."

"Kau lebih penting. Mana mungkin ayah akan akan meninggalkan mu." Tangan ayah membelai rambutku yang bewarna kecoklatan.

"Aku sudah baikan kok yah."

"Sepertinya ayah lapar. Apa kau juga lapar?"

Ayah tau saja perutku sudah demo meminta makan. Aku tersenyum kegirangan sudah membayangkan apa saja yang akan ku makan nanti.

Aku pun mengangguk mengiyakan ajakan ayah. Aku dan ayah pun langsung bangkit dan berjalan keluar kantor. Aku bergelayut manja dilengan ayah yang masih kokoh.

Kami memasuki mobil ayah yang mewah. Ayah meraih handphonenya dan mengutak ngatik. Tuh kan sudah kuduga! Ayah membatalkan meetingny itu akan menimbulkan sedikit masalah.

"Ada apa yah?"

"Ayah mengundang teman ayah untuk ikut bergabung makan bersama kita. Tak apa kan sayang?"

Aku menggangguk yang berarti tidak masalah dengan ucapan ayah. Aku kira ayah memiliki masalah dikantornya. Ayah pasti bisa mengatasi semua masalah yang menimpa dirinya.

Ayahku memang terkenal pengusaha yang berhasil menginspirasi banyak orang. Memang dulu perusahaan ayah berada diambang kehancuran, tapi ayah berhasil mengatasi semuanya. Sekarang ayah menjadi orang terpandang yang dihormati. Ayah memang orang yang hebat.

"Memangnya dia siapa ayah?"

"Teman ayah. Dia masih muda tapi sudah berhasil membangun perusahaan yang cukup besar."

MR. ITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang