Part 11

530 45 5
                                    

sorry banget kalo part ini benar-benar gaje :'(

smoga masih ada yang minta baca. huhuhuhu..

***

Ellensya POV

Dellen menarik keras tanganku dan menyuruhku duduk di kursi penumpang sebelahnya. Dellen membawa mobil dengan cepat. Untunglah jalanan tidak macet mungkin karna ini adalah jam kerja. Jantungku berdegup kencang. Jujur saja aku takut Dellen menubruk sesuatu. Amit-amit deh kalo sampe kecelakaan. Mobil Dellen sudah terhenti dibahu jalan.

Aku mulai lega karna mobil yang dikendarainya sudah berhenti. Jantungku pun mulai berdetak degan normal. Aku melirik kearah Dellen wajahnya merah seperti sedang manahan amarah.

Aku memberanikan menyentuh wajahnya dengan telunjukku. Ternyata reaksinya langsung mencengkram pergelangan tanganku.

"Ada apa denganmu?" Ucapnya dingin sambil menatap lurus kedepan.

"Aku tidak apa-apa om. Mungkin kau salah lia...."

"BOHONG!!!" Bentaknya membuat tubuhku tergejolak kaget. Aku langsung menunduk lemas. Bingung harus berbuat apa
Jujur aku takut pada sikapnya yang sekarang.

Dellen langsung menarik wajahku mendekat hingga bibir kami saling bertemu. Dellen langsung melupat bibirku dengan penuh emosi. Sesekali ia menggigit bibirku membuat mulutku terbuka dan lidahnya langsung menerobos masuk dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku. Aku terlalu terbuai dengan aksinya membuatku hanya bisa diam dan pasrah menikmati bibirnya yang manis.

Ada yang aneh?! YA MEMANG ANEH!!!

Aku langsung mendorong tubuh besar milik Dellen. Membuatnya terpental kebelakang. Dellen hanya meringgis kesakitan karna kepalanya terbentur oleh kaca mobil.

Aku kembali menarik wajahnya dan menatapnya lekat-lekat. Hmm.. benar-benar aneh. Aku langsung menepuk-nepuk pipinya berkali-kali.

"Apa yang lakukan? Saki.."

Aku langsung menempelkan jari telunjukku di bibirnya yang menggoda. "Sstttt!!!" Aku kembali menatapnya. Dellen mangangkat sebelah alisnya.

"Kau aneh Dellen! Ada yang aneh!" Dellen mengekerutkan keningnya. "Kenapa bentolmu tidak ada. Apa kau..... Awww!" Sial! Dellen menggigit telunjukku yang tertempel dimulutnya tadi.

"Ya. Aku mencintaimu nona."

Perutku terasa geli. Ada sesuatu yang terasa berdesir di dalam tubuhku. Lidahku sangat kelu susah sekali untuk berucap. Mataku tak bisa lepas dari pandangannya. Jujur saja aku sangat senang sekaligus terkejut dengan pengakuannya kali ini.

Kini giliran Dellen yang memegang kedua pipiku. "Dengar Ellen!" Sorot matanya yang lembut berubah menjadi tajam. "Banyak yang harus aku jujurkan padamu." Aku hanya memiringkan kepalaku tidak mengerti dengan ucapannya.

"Tenang saja aku akan mengatakannya setelah ayahmu berangkat ke Jerman." Aku langsung tersedak mendengar ucapannya.

Dellen langsung menyuruhku mengambil minuman yang ada di dasbor mobil. Untunglah ada air mineral. Aku langsung meneguknya sampai hampir habis. Dellen mamajukan kembali mobilnya.

"Tadi kau bilang apa?"

"Apa? Kau tidak tau ayahmu akan ke Jerman nanti malam?" Tentu saja aku tidak mengetahuinya. Akhir-akhir ini komunikasi kami kurang baik. Ayah jadi suka pulang larut malam sedangkan aku sudah tidur. Sedangkan paginya saat aku terbangun bi Inah selalu bilang ayah sudah pergi ke kantor. Mungkin ayah sedang menghadapi masalaj di kantor.

Aku hanya mnggeleng lesu sambil memainkan jemariku yang ramping.

"Kau juga belum menjelaskan soal tadi?" Tanyanya sambil tetap fokus menyetir.

Aku menarik nafasku panjang lalu mulai menjelaskan apa yang sudah terjadi di kampus tadi. Awalnya aku memang niat ke toilet dan tak sengaja melihat Nico dan Kyllen sedang berdebat setelah itu aku malah ditahan oleh Nico. Lalu kedua wanita yang mirip ular malah menampar dan mengancamku seenaknya. Menyebalkan bukan?. Aku bahkan tidak tau harus berbuat apa setelah itu. Aku kembali ke kantin dan kedua temanku panik dengan kondisiku. Makannya Nico membawaku ke ruang kesehatan. Dia mengobatiku. Entah kenapa wajahnya malah mendekat ke arahku. Lalu Dellen datang mendobrak. Padahal dia tidak perlu mendobraknya. Pintu kan tidak di kunci. Haha.

Dellen kembali memparkirkan mobilnya di pinggir jalan. Lalu meraih pipiku dengan tangannya.

"Sebenarnya wanita itu memakai jurus apa sampai pipimu bisa seperti ini?" Aku hanya tertawa mendengar pertanyaannya yang konyol. Memamg ia pipir wanita ular ini adalah salah satu ninja dari konoha dari film naruto apa.

"Apakah sakit?" Tanyanya kembali sambil mengusap lembut pipiku yangvterluka.

"Tidak apa-apa kok tadi memang terasa ngilu tapi sekarang sudah tidak apa-apa."

Dellen hanya menatapku dengan lembut ada sorot kesedihan di matanya. Apa dia sedih karna aku sudah menjadi korban kekerasan? Hehe.

Aku memegang lengan Dellen yang penuh otot. "Ayo ke rumahku. Aku ingin bertemu dengan ayah."

Tanpa menjawab ucapanku. Dellen langsung melajukan mobilnya. Untunglah ia mengemudi tidak seperti tadi. Membuat jantungku berdetak berkali-kali lebih cepat.

Tidak lama mobil mewah milik Dellen tiba di depan gerbangku yang menjulang tinggi. Dellen menekan salah satu tombol diremote kecil dan gerbang rumahku terbuka dengan sendirinya.

"Ayah!!!" Aku langsung berhamburan kepelukan ayah saat beliau akan menghampiro kami di pintu utama. "Kenapa ayah tidak bilang akan pergi ke Jerman?" Suara ku mulai serak karna menahan tangis yang akan keluar.

"Maafkan ayah sayang. Ayah lupa memberitahu mu." Aku hanya mengerucutkan bibirku dihadapan ayah.

"Ayah berapa lama di Jerman?" Ayah mutar bola matanya terlihat swdang berpikir. Ih si ayah buat aku penasaran saja.

Ayah mencubit kedua pipinya yang chubi. "Kuranh lebih 2 minggu. Ayah akan segera pulang jika memang pekerjaan ayah audah beres. Jaga dirimu baik-baik ya." Aku mengeratkan pelukan di badan ayah yang sedikit lebih gendut dan mulai menangis.

"Hiks..hiks.. kalo tidak ada ayah, siapa yang menjagaku?" Air mataku sudah membasahi kedua pipiku.

"Lalu untuk apa ada Dellen di sini sayang?" Ucap ayah santai.

Aku langsung mendongkak ke arah Dellen. Om mesum itu hanya tersenyum tanpa dosa kearahku.

"Dellen akan tinggal di rumah ini selama ayah tidak ada untuk menjagamu."

Oh God! Aku tidak bisa membayangkan harus hidup dengan om Dellen selama 2 minggu dalam satu atap.

Ayah dan Dellen sudah mendahuluiku duduk di ruang keluarga. Aku ingin ke dapur dulu. Rasanya memikirkan kejadian hari ini membuatku haus ditambah barusan aku menangis karna akan kehilangan ayah selama 2 minggu.

Aku mengambil gelas dan mengisinya dengan air kulkas agar memberikan rasa sejuk. Tiba-tiba saja seseorang memelukku dari belakang. Kedua tangannya melilit perutku.

"Ngapain sih Dellen? Jaga sikap dong ada ayah! Lagian kau tidak bisa berbuat seperti ini!" Aku berusah keluar dari pelukan. Namun itu adalah hal yang percuma.

"Ayahmu sudah pergi ke kantor Ellen." What? Jujur saja aku sedikit aneh dengan sifatnya. Dia memang benar-berbeda. Ayah juga kenapa jadi suka pergi memdadak seperti sedang menghindariku. Ah ayah!

"Ingatlah aku akan tinggal bersama mu selama 2 minggu." Bisiknya yang membuatku merinding.

tbc

aku tunggu vomment dari pada readers yang baik hati..

see ya! ^^

MR. ITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang