Part 15

539 31 3
                                    

WARNING!!!!
[ceritanya gaje]

Enjoy!

***

Lennio POV

"Nic, aku.. emm" Ellen menggigit bibir bawahnya mencoba berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Nico yang aku sangat benci.

Nico kembali menggapai pundak Ellen dengan sialan sangat lembut. Mata Nico mencoba untuk mengunci pandangan Ellen, namu Ellen hanya menatap ke bawah, entah apa yang di lihat seperti mengkerutkan dahinya. "Aku berjanji tidak akan melukaimu Ellen, aku tidak akan pernah membuatmu menangis. Aku akan selalu membahagiakan mu apapun itu caranya. Kau harus mempercayai aku Ellen. aku ingin kau jadi milikku. Milikku seutuhnya." Nico mencoba mengguncang pundak Ellen secara halus. "Ellen apa yang kau lihat? Kenapa kau selalu melihat ke bawah?"

Ellen langsung mendongkak dengan wajahnya sialannya lucu yang sangat aku sukai dari dirinya. "Emm.. aku.."

"Apa sejak tadi kau tidak mendengarkan aku Ellen?" Tanyanya tak percaya. Nico membuang nafas beratnya. Sangat terlihat di wajahnya ada kekecewaan terhadap sikap Ellen. Tapi aku malah menyukainya.

Nico melepaskan tangannya dari pundak Ellen. "Mungkin kau lelah, baiklah aku akan membelikan mu minum. Tunggu di sini." Nico pergi dengan membawa sebuah kekecewaan yang mendalam. Dan aku sangat yakin akan hal itu.

Aku tidak mau Ellen pergi bersamanya lagi. Aku harus menghampiri gadis itu. Aku tidak mau lagi melihat gadisku pergi dengan lelaki lain selain diriku. Tidak akan pernah ku biarkan hal itu terjadi lagi.

***

Ellen POV

"Nic, aku.. emm" entahlah aku harus menjawab apa. Aku tidak memiliki perasaan apapun terhadap dirinya. Aku hanya bisa menganggapnya tidak lebih dari sahabat. Aku juga menyayanginya namun hanya sebatas sahabat.

Nico terus melihatku dengan tatapan yang tak bisa ku mengerti. Ugh! Aku benci tatapan seperti ini. Tatapan yang seperti sedang menelanjangiku. Apa sih yang kau pikir. Aku mencoba menundukan kepalaku. Aku mengkerutkan dahiku melihat sepatuku yang sudah sangat kotor dengan lumpur. Ugh! Sejak kapan aku melewati lumpur. Oh God! Ini adalah sepatu kesayanganku. Ayah membelikannya saat ia berkunjung ke Aussy. Warnanya yang cerah sudah terganti dengan warna kotor lumpur yang entah dari mana.

Nico membuyarkan lamunanku saat ia mengguncang tubuhku. Aku langsung menatapnya tanpa dosa. Terlihat jelas di matanya ada goresan kekecewaan yang sudah pasti adalah akibat ulahku.

"Apa sejak tadi kau tidak mendengarkan aku Ellen?" Tanyanya tak percaya. Terlihat rahangnya yang mengeras dan beberapa kali membuang nafas beratnya. Apa dia marah pada ku? Apa dia benar-benar marah padaku? Apa dia....

Tangannya terlepas dari pundaku. Nico kembali menatapku dengan tatapan yang berbeda dari tadi. Tatapan yang lebih menunjukan kekecewaan. Tapi entah kenapa aku merasa tidak bersalah. "Mungkin kau lelah, baiklah aku akan membelikan mu minum. Tunggu di sini."

Nico berjalan dengan lunglai. Aku bernafas lega saat dia pergi menjauh. Aku benar-benar bingung akan menjawab apa atas pertanyaannya tadi. Untuk beberapa saat aku bisa mengambil nafas lega.

Otakku kembali mengingat sebuah adegan yang benar-benar aku benci. Kyllen memegang tangan Lennio. Mengapa Lennio diam saja tidak bereaksi sama sekali. Seperti menghentakan tangannya agar terlepas dari genggaman Kyllen. Ugh! Dasar Lennio bodoh! Benar-benar manusia bodoh.

Mataku kembali memanas setiap mengingat kejadian itu. Sialnya otakku selalu berulang-ulang kali memutar adegan tersebut seperti kaset rusak. Hatiku semakin perih saat aku mencoba untuk mengambil nafas. Dadaku tersa sesak di tambah dengan degup jantung yang bertambah semakin cepat.

MR. ITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang