akhir2 ini author lagi mentok. maklumin ya karna baru pengalaman pertama. hehe. maaf skali lg ceritanya makin freak.
kalo kalian punya ide, boleh deh minta usulnya. hehe.happy reading ^^
***
Author POV
Seorang wanita cantik menatap kolam renang mewahnya dari atas balkon sambil memegang gelas berisikan wine. Dilihatnya perkerja yang sedang memotong rumput yang sudah memanjang.
"Sayang." Muncullah wanita paruh baya mengenakan dress mewah mengelus rambut panjang anaknya. "Masuklah. Disini udaranya dingin."
Di tepislah tangan ibu ya lalu gadis cantik itu menoleh pada ibunya dengan tatapan nanar. "Aku tidak mau berbuat seperti itu lagi bu."
Tatapan wanita paruh paya itu berubah menjadi tajam. Berjalan menjauh dari anaknya. "Kamu tidak tau betapa tersiksanya ibu saat itu!!!" Bentaknya.
---
Ellensya POV
Aku hanya memandangi pria yang dulunya alergi terhadapku sekarang dia berubah menjadi pria mesum. Huh. Dengan santai pria itu menyeruput teh hangatnya sambil menonton acara tv di pagi hari.
'Lihat aku Dellen! Lihat! Aku sedang memandangi dengan sebal.' Semoga saja telepatiku sampai kepadanya.
Dellen langsung menatapku bingung. Aku yang duduk diseberangny mencoba menghalangi rasa gugup setelah ia menatapku.
Kenap sih diriku? Tadi aku yang berharap Dellen melihatku. Sekarang aku malah gerogi di pandanginya.
"Eehhhmm.." aku memcoba membenarkan suaraku. "Om, kau bilang akan jujur padaku. Apa itu?"
Dellen mengangkat sebelah alisnya lalu melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Seberapa besar kau ingin tahu?"
Hadeuh! Manusia ini bikin kesal aja hobbynya. Langsung aku melempar bantal kecil yang tadi jadi sandaran punggunku ke arah wajahnya. Dia langsung menangkapnya. Sial!
"Ih om bikin kesal saja! Cepat saja katakan." Aku melirik jam tanganku yang menunjukan pukul 8.30. "Atau aku pergi ke kampus saja bertemu dengan Nico?!" Amcamku. Rahang Dellen langsung mengeras. Haha. Kena deh!
Dellen hanya diam menatapku dingin. Mulai deh ini orang. Aku langsung bengkit dari dudukku sambil menghentakkan kaki lalu berjalan pergi.
Tangan kokoh Delleh menahanku dan langsung menarikku hingga aku duduk di pangkuannya.
Jantungku kembali berdegup kencang. Apa yang di lakukan benar-benar membuat hidupku tidak tenang.
"A.. apa yang kau lakukan?" Suaraku yang nyaris hilang karna tegang.
Dellen menghembuskan nafas beratnya hingga mengenai wajahku. "Kau harus mengenalku Ellen." Tatapannya berubah menjadi tajam.
Aku mengangkat kedua alisku. "Yaelah om aku memang mengenalmu. Namamu Dellen dan kau alergi wanita. Betul kan?" Jawabku penuh percaya diri.
Dellen langsung mencubit pipiku dan aku hanya meringgis kesakitan. "Bisakah kau serius?"
Hmm. Baiklah aku akan diam. Aku melipat kedua tanganku dan menatapnya dengan serius. Tapi sejujurnya aku tidak nyaman duduk di pangkuannya. Aku menggerak-menggerakkan badanku mencari posisi nyaman. Tapi Dellen malah mengerang keras.
"Arghhhh!!! Bisa kah kau diam?" Bentaknya yang langsung mengangkat tubuhku dan mendudukan ku disebelahnya. "Jika kau tidak nyaman kau bisa pindah kan? Tak perlu menggesekan pantat mu pada... ehmm." Dia hanya berdehem membuatku mengkerutkan dahi.
Aku langsung mengerucutkan bibirku. Lagian mau ngomong aja susahnya minta ampun. "Makannya cepatlah kata kan." Ketusku.
Sorot mata Dellen kembali tajam dan sangat sangat sangatlah serius. Jantungku kembeli berdegup kencang. Plis deh jangan sekarang dong jantung.
"Namaku bukanlah Dellen yang sering kau sebut."
"Hahh? Maksudmu?" Ini baru membuatku bingung.
"Lenio Alexsander Brammanthio itu nama asli ku. Dellen yang kamu maksud hanyalah panggilang ayahmu Dek'Len maksudnya sebagai adik, dik, dek tau semacamnya." Dia berhasil membuatku ternganga lebar.
What the he...
"Berarti selama ini aku memanggilmu dengan dedek Len? Ewwww" Gumam ku pelan.
Aku benar-benar baru mengetahui hal ini. "Kenapa ayah tidak pernah menjelaskannya kepadaku? Sebenarnya apa yang dirahasiakan kalian sih?" Tanyaku bingung.
"Ayahmu adalah sahabat baik ayahku. Hingga kejadian itu menimpaku." Dellen membuang nafas beratnya.
"Kejadian apa?" Potongku.
"Saat weekend tiba, aku memaksa kedua orang tuaku untuk berlibur. Karna aku benar-benar merinduhkan mereka yang selalu sibuk dengan urusan mereka sendiri, sedangkan aku selalu ditinggal bersama pembantuku." Dellen memejamkan matanya beberapa detik. "Mereka menyetujuinya karna komunikasi kita yang rengang akibat kesibukan mereka. Kami berlibur, tertawa, bercanda lepas. Saat itu aku benar-benar senang karna kami terlihat seperti keluarga yang normal." Aku melihat Dellen yang mulai berkaca-kaca. Matanya memerah menahan cairan yang akan keluar dari matanya. "Saat perjalanan pulang, ibu dan ayahku bertengkar hebat. Aku tidak tau apa penyebabnya. Dan saat it.. saat.." Di dalam hati Dellen pasti menyimpan sebuah kesedihan yang sangat amat mendalam.
Aku memeluk Dellen. "Jangan dilanjutkan jika itu membuatmu semakin sedih." Aku merasakan pundak Dellen yang mulai bergetar.
Aku melepas pelukannya dan menatapnya kembali. "Saat itu hujan besar membuat jalan menjadi licin. Emosi ayahku semakin memuncak lalu membanting setirnya dan membuat mobil kami terjatuh kedalam jurang." Air matanya keluar membasahi pipinya yang terlihat kokoh. Aku langsung menghapus air matanya dengan jempolku.
"Ke dua orang tuaku meninggal di tempat sedangkan keadaanku kritis dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Ketika aku sadarkan diri. Orang yang pertama kali aku lihat adalah ayahmu." Matanya meredup membuat hatiku terasa sesak melihat keadaannya yang aku baru tahu saat ini.
"Ayahmu yang mengurusku saat itu. Walaupun ada pengacara keluarga tetapi ayahmu selalu ada untukku. Ayahmu membantu, mangajari aku menjalani perusahaan ayahku. Aku tidak pernah meminta apapun kepada ayahmu, tetapi ayahmu selalu memberikan semuanya. Setiap malam aku selalu memimpikan kejadian itu. Kejadian yang menjadikan hidupku mimpi buruk beberapa tahun setelahnya."
Tatapan Dellen memberikan kesan yang kelam. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika kejadian itu menimpaku. Apa bisa aku sekuat dan setegar Dellen.
Aku kembali memeluknya dengan penuh perasaan. "Tenanglah ada aku yang akan selalu ada untukmu. Sama seperti ayahku yang saat itu selalu ada untuk mu dan menjagamu."
Aku melonggarkan pelukan ku dan menatapnya dengan lekat. Lalu menyapu bibirnya dengan bibirku dengan lembut.
"Orang tuamu pasti bangga melihat anaknya yang sudah berhasil membangun kembali perusahaan keluarganya."
Ucapku kembali mengecup bibirnya dan memeluknya dengan penuh perasaan.
tbc
mau numpang nanya nih..
berhubung 'Dellen' bukan nama asli melainkan sekedar panggilan saja. para readers inginnya Dellen tetap dipanggil 'Dellen' atau berubah menjadi 'Lennio'?
author lagi galau --"

KAMU SEDANG MEMBACA
MR. ITCH
RomansAku tak bisa percaya. Aku bisa dekat bahkan menyukai pria aneh seperti dia. Dia yang memiliki kelainan. Bahkan aku sulit mempercayai hal itu. Tapi dia cukup menghiburku dari kegalauan yang sedang ku rasakan akhir-akhir ini. Belum lagi wanita gila ya...