Part 13

644 37 5
                                    

Ellensya POV

Sudah beberapa hari Dellen mengantar dan menjemputku ke kampus. Jika aku menolak pasti dia langsung memelototiku menceramahi ku dengan ganas mirip emak-emak deh pokoknya.

Perubahan sifatnya sangatlah drastis. Dulu saja saat aku dan Dellen pertama kali bertemu, dia selalu memandangku dengan tatapan tak suka. Coba lihatlah sekarang, sudah ku bilang dia mirip emak-emak.

Eh.. aku panggil dia Dellen apa Lennio ya?

Lebih baik aku memcari aman, sebut saja dia 'om'. Huehehe.

Mobil om berhenti tepat di gerbang kampusku. Aku langsung membuka safebeltku. "Makasih ya om." Aku tersenyum semanis munggkin agar dia bisa mengingat senyumanku. Huekss.

Aku membuka pintu mobil dan mulai menginjakan kakiku ke aspal. Om menarikku kembali hingga masuk kembali ke dalam mobilnya.

"Call me Dellen or Lennio. Understand?"

Aku memgangguk pura-pura mengerti. Padahal aku bingung harus memanggilnya apa. "Okelah Len.. Lennio. That's much better." Aku langsung beranjak pergi dari hadapannya.

Aku berjalan lemas menuju kantin. Arinna bilang kalau dia dan Nico sudah menggu kehadiranku dari tadi.

Seperti biasa kedatanganku selalu membuat Arinna heboh sendiri. Sedangkan Nico dengan kalemnya tersenyum kearahku. Aku pun tersenyum kearah mereka berdua.

"Wahh wahh coba lihat kemarin yang tidak datang ke kampus wajahnya tampak kusut. What's happend with you darling?" Cerocos Arinna.

"Nothing. Just nightmare."

Mata Arinna membelalak. Mulai lagi deh lebaynya. "Tell us!" Ucapnya antusias.

Sejujurnya aku malas menceritakannya. Mau tak mau aku mencerikatakan semenjak kedian bertemu dengan wanita aneh di toilet sampai mengapa Lennio bisa tinggal bersamaku. Tapi tentu saja aku tidak akan mencerikan tentang masalalu Lennio. Setelah menceritakannya aku, Nico dan Arinna pergi ke kelas.

Aku menaruh tasku dan membanting pantatku di kursi. Membuang nafasku dengan kasar merasa lelah dengan keadaan. Aku menggunakan kedua tanganku untuk menopang kepalaku. Aku jadi tidak bersemangat memikirkan semuanya.

Suara langkah yang berisik karna sepatu highhillsnya langsung membuat semua mata yang ada di kelas tertuju padanya. Termasuk aku juga.

Entah hanya imejanasiku atau bukan aku melihat bidadari masuk ke kelasku. Tubuhnya yang sempurna, kulitnya yang putih mulus dan tentu saja wajahnya tak kalah cantik dari putri khayangan. Aku menelan ludahku membayangkan bagaimana dia bisa mendapatkan tubuh sesempurna itu.

Ishh. Sadarlah Ellen! Tentu saja aku juga tidak kalah cantik. Haha.

"Hallo. Selamat siang semuanya." Oh my to the God! Suaranya benar-benar indah. Aku jamin semua orang yang disini tidak akan mengedip saat melihatnya.

Bidadari itu tersenyum menunjukan giginya yang putih dan deretan gigi yang rapih. "Perkenalkan nama saya Amanda Cornelia whitenessy. Kalian bisa panggil saya bu Amanda. Saya yang akan menggantikan pak Anwar selama beliau tidak ada." Ucapnya kembali tersenyum.

"Gak enak dipanggil ibu, mending yayang!" Celetuk salah satu mahasiswi langsung disambut dengan sorakan dan lemparan gulungan kertas dari berbagai arah.

Dasar konyol!

Bu Amanda langsung melanjutkan ke pembicaraan tentang materi. Jujur saja aku tidak bisa fokua ke pelajaran.

Aku malah memperhatikan gerak-geriknya yang tampak anggun. Jangan kalian pikir aku ini kelainan ya! Hanya saja bu Amanda benar-benar wanita sempurna. Mungkin memandanginya selama 24 jam engga akan bosan kali ya.

MR. ITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang