Part 16

457 28 1
                                    

Sebelumnya author mau ngucapin terimakasih kepada para pembaca setia yang sudah memberi voment. Tanpa kalian author hanya penulis amatir yang pengalamannya masih di bawah kata 'minim'. Da aku mah apa atuh? :') oke!

Part ini ada flasback dari Lennio. Semoga bagian ini tidak busuk-busuk amat. Huhuhu ='))

Selamat membaca. Enjoy!

***

Lennio POV

Tidak! Aku pasti sudah gila untuk memilih tidur di sampingnya. Aku tidak bisa melakukan hal ini. Aku tidak ingin melukainya nanti. Aku harus menunggu waktu yang tepat untuk semuanya.

Aku mulai mendengar dengkurannya yang begitu halus. Perlahan aku melepaskan tanganku dari pinggangnya yang kecil. Namun gadis ini malah melilit tanganku dengan posisif. Sekarang apa yang sedang dia mimpikan? Bercinta denganku?

Apa yang aku pikirkan?

Aku kembali berusaha melepaskan tangannya. Setelah terlepas, aku membenarkan posisi tidurku menjadi duduk. Dengan perlahan aku membelai rambutnya yang tergerai dengan indah. Bagaimana pun aku harus melindunginya. Aku tidak menginginkan hal buruk terjadi pada dirinya. Aku akan berjanji Ellen.

Aku kembali mengingat saat ibuku selalu mengelus dan mencium puncak kepalaku sebelum aku tidur. Setiap malam aku selalu meminta ibuku menceritakan sebuah cerita seram. Memang sedikit aneh seorang anak lelaki meminta ibunya menceritakan sesuatu. Walaupun terkesan manja, namun itulah aku. Itulah aku, yang tak pernah bosan mendengar suara ibu yang begitu merdu do telingaku. Pada akhirnya aku takut untuk tidur sendiri dan merengek pada ibu untuk menemaniku tidur. Aku tersenyum kecut setiap mengingat hal itu. Sial! Kali ini aku benar-benar menrinduhkannya.

Aku mengecup puncak kepalanya dan mulai beranjak dari ranjangnya. Aku kembali duduk di depan laptop yang belumku bereskan. Menatap kosong kearah laptop.

Dinginnya malam hari membuat tubuhku menggigil walaupun aku sudah menggunakan mantel tebal. Saat ini memang keluarga kami hendak pulang ke kota kami. Ayah memilih malam hari agar jalanan tidak terlalu ramai sehingga kami bisa sampai lebih cepat. Ayah mulai mengendarai mobilnya dan mulai menjauhi hotel yang sudah kami tempati. Selama di perjalanan kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Ugh! Aku sangat benci sekali situasi yang sangat sepi seperti ini. Dari belakang aku menarik baju ibu meminta ibu untuk mengarang cerita seram. Namun ibu menolak permintaanku secara halus. Tapi ibu menyalakan lagu yang ngebeat dari tip. Begini lebih baik dari pada harus saling berdiam diri. Perasaan yang janggal terus menerus merasuki diriku.

"Ayah ibu, kenapa kalian diam saja?" Tanyaku polos.

Ibu menghela nafas dengan kasar dan ini tidak seperti biasanya. "Tidak apa-apa sayang. Kita hanya lelah." Jawabnya, tentu saja jawabannya tidak membuatku puas.

"Jika lelah, kenapa kita harus pulang larut malam? Kita kan masih punya banyak waktu." Mulut ini kembali berbicara padahal situasi begitu tidak nyaman.

"Lennio Alexander! Bisa kah kau diam! Kita kembali karna ayah memiliki segudang kesibukan di kantor!" Ayah membentak dan berhasil membuatku terdiam. Ada perasaan nyeri menyelimuti hati ini saat ayah membentakku. Ayah yang biasanya berbicara dengan penuh perasaan terhadapku, namun kini suaranya yang meninggi membuatku tidak mengenalnya.

"Mas! Jangan kasar terhadap Lennio! Dia masih kecil! Lagian kau yang menjanjikannya untuk liburan seminggu penuh, tapi baru 2 hari kamu sudah mengajak pulang!" Suara ibu yang meninggi tidak kalah dari ayah. Aku mulai takut dengan keadaan seperi ini. Aku tidak ingin ayah bertengakar dengan ayah. Aku takut. Semuanya karena aku. Aku yang terlalu banyak bicara.

MR. ITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang