Part 5

719 46 1
                                    


Dellenio POV

Wanita itu kembali setelah sekian lamanya. Aku sangat yakin yang melakukan ini semua adalah hal yang disengaja. Bunga itu pasti dia yang menaruhnya. Lalu tiba-tiba muncul dihadapanku dan Ellen. Apa dia masih mengenalku?

Saat dia masih kecil, wanita itu telihat cantik di balut dengan dress bewarna pastel berlari sambil membawa balon. Tanpa sadar aku tersenyum sendiri mengingat hal itu. Tapi kenapa aku melihat wajahnya yang penuh dengan kebencian dan kepicikan membuatku sedikit mendapat kengerian melihatnya.

Apa yang telah kau lakukan Dellen? Kau telah meninggalkan Ellen sendirian padahal saat ini dia sedang terpuruk. Aku merasa bersalah telah menjatuhkannya dari punggungku dan berkata keras padanya. Hatinya pasti sedang terluka.

Kenapa Ellen berbuat seperti itu padaku? Ia tahu aku memiliki hal aneh yang terdapat pada diriku. Kenapa dia selalu sengaja melakukan hal itu? Jangan bilang perlakuannya itu hanya untuk menghibur hatinya.

"Damn!"

Aku langsung membalikan arah kembali ke rumah Ellen. Itulah saat ini yang harus aku lakukan. Sesuatu pasti akan terjadi padanya dalam waktu dekat atau jauh. Ya! Sesuatu pasti akan terjadi. Aku yakin pada hal itu.

Mobilku kembali memasuki pekarangan luas setelah gerbang yang menjulang tinggi terbuka otomatis. Setelah memarkirkan mobil aku langsung memasuki rumah Ellen yang klewat megah. Aku berlari sana sini memcari bi Inah.

Aku melihat bi Inah sedang berada di pekarangan belakang sedang menyiram berbagai bunga hias yang cantik.

"Bi, dimana Ellen?"

Bi Inah menoleh kearahku matanya sedikit membulat. "Tuan balik lagi? Nona sedang dikamarnya. Setelah jatuh dari punggung tuan dia langsung menangis. Suaranya nyaring banget, tuan."

Tanpa membalas perkataan bi Inah aku langsung membalikan badan dan mencari kamar Ellen. Sial! Rumah ini terlalu besar hingga sulit menentukan arah yang akan tujuh.

"Tuan! Kamar non Ellen dilantai dua yang pintunya ngejeblak gede tuan!" Teriak bi Inah. Tanpa mengubrisnya aku langsung menaiki tangga dan melihat pintu utama yang lebih besar dari yang lain. Itukan kamar Ellen?

Perlahan aku mendekat dan membuka handle pintu perlahan. Aku memasuki ruangan yang berdominasi putih dan biru langit membawakan nuansa sejuk.

Aku melihat Ellen yang terbaring lemas diranjang kingsizenya. Aku mendekatinya perlahan gadis cantik ini sedang tertidur lelap. Matanya yang bengkak sepeerti kodok membuatku sedikt merasakan nyeri didada. Aku tidak bisa menjaganya.

Ada apa dengan mu Dellen?

Melihatnya seperti ini rasanya aku ingin sekali memeluk dan membelai rambutnya. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Menyentuh atau disentuh wanita pasti akan menimbulkan bentol dan gatal-gatal. Kau memang pengecut Dellen.

Aku harus membiarkannya istirahat. Saat ini itulah yang di butuhkan. Aku berjalan menuju meja belajarnya yanh dekat jendela. Ada terdapat foto-foto saat Ellen masih kecil. Ellen pasti tidak akan menyangka bahwa aku sudah mengenalnya sebelum dia lahir.

Untunglah aku membawa laptopku jadi saat ini aku bisa mengerjakan pekerjaanku disini. Aku harus memeriksa beberapa laporan yang sudah dikirim Jessica. Aku pun langsnung menyalakan laptopku dan segera membuka email. Tak ada email masuk yang berasal dari Jessica.

Dengan cepat aku langsung saja menelepon Jessica. "Hallo" suara anggun yang berada diseberang sana.

"Jessica mana laporan yang kamu kirim?"

"Tadi sudah saya kirim pak."

"Saya tidak menerimanya! Cepat kirim sekarang! Saya membutuhkannya detik ini!" Suaraku meninggi menahan kesal. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Berkas itu sangat penting.

MR. ITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang