Part 3

828 47 0
                                    

Ellensya POV

Rasa senang karna kemarin masih terasa dalam diriku. Entahlah dekat om Dellen aku merasa tidak ada beban di hati. Dia lumayan menghibur. Entah, jin apa yang telah memasuki diriku hingga berani berbuat seperti itu.

Kemenanganku kemarin membuahkan hasil yaitu om Dellen menutup mulutnya tentang kejadian kemarin. Mudah sekali ternyata mengalahkan om Dellen. Aku kira dia pria yang susah ditaklukkan. Padahal tidak sama sekali. Haha.

"Oy! Lo senyam senyum sendiri! Nico tuh manggil lo dari tadi."

Aku melihat Nico yang ternyata sudah duduk manis di sampingku. Nico hanya tersenyum melihat tingkahku.

"Sepertinya hati mu sudah membaik." Suara khasnya dikeluarkan.

"Ya. Gue udah baikan berkat kalian. Thanks ya." Senyum menghiasi wajahku yang cantik. Hehe.

"Gue turut senang." Nico tersenyum padaku dan aku pun membalas senyumannya. Pria yang baik.

Kami saling bercanda dan tertawa bersama. Berkat mereka juga aku jadi bisa sedikit melupakan kejadian kemarin. Candaan Nico sesekali berhasil membuatku tertawa terbahak-bahak. Dia pantas menjadi pelawak. Tapi siapa sangka kemarin Nico berhasil menjatuhkan Nathan.

Kami bertiga bangkit dan berjalan menuju kelas kami. Semua jajanan dibayarkan oleh Nico dengan alasan untuk menghiburku. Padahal dengan kedatangan mereka pun itu sudah sangat menghibur.

Aku berjalan mendahului Arinna dan Nico ke dalam kelas. Aku melihat diatas mejaku tergeletak sebuah mawar merah. Siapa yang meletakannya?

Arinna dan Nico melihat mawar itu. Mereka bertanya dan aku hanya menggelengkan kepalaku.

"Siapa yang menyimpan bunga diatas meja lo?" Tanya Nico penasaran.

"I don't know Nic."

Arinna melihat sekeliling kelasku. Dia pasti sedang mengira-ngira siapa yang menyimpan bunga ini. Sedangkan aku merasa sedang tidak dekat dengan siapapun kecuali Arinna dan Nico.

Seorang dosen memasuki kelas kami. Aku langsung memasukan bunga tersebut kedalam tasku. Sedangkan Arinna dan Nico kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

Pembelajaran berjalan lancar. Seperti biasa saat dosen menerangkan ada anak yang memperhatikan, melamun, ada juga yang bermain-main. Aku sih memilih melamun saja. Aku malas memperhatikan pelajaran yang membosankan seperti ini. Hehe.

BRAK!!!

Aku tersentak saat bu Rani menggebrak meja yang berhasil membuat seisi kelas menjadi hening. "Ellen! Simpulkan semua yang sudah saya terangkan barusan?!"

Aih! kenapa harus aku. Seisi kelas menatapku agar aku tetap menjawab. Bagaimana ini? Aku tidak tau. Bahkan aku tidak mendengar apa yang beliau jelaskan barusan. Matilah kau Ellen!

KRINGGGG!!

Bel penyelemat akhirnya berbunyi juga. Aku mengusap dada tenang. Keberuntungan memang selalu memihakku.

"Ellen, pertemuan berikutnya kamu jelaskan semuanya didepan!" Dengan cuek bu Rani keluar dari kelas. Masabodoh untuk pertemuan nanti.

Drrttt drttt

Handphone ku yang berada di saku celana bergetar. Membuat sedikit badanku ikut bergetar juga. Hehe. Aku melihat nomer yang tidak ku ketahui. Aku langsung menekan tombol hijau.

"Hallo."

"Cepatlah keluar. Saya sudah menunggu mu dari tadi." Suara yang sangat ku kenal. Om Dellen.

"Mau apa om ke sini lagi? Om mau aku cium lagi ya?" Ucapku jahil sambil terkekeh.

"Sial! Cepatlah!"

MR. ITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang