Ellensya POV
Makan bersama kami dengan om Dellen cukup berjalan lancar. Hanya sedikit keributan yang sudah ku buat kemarin menimbulkan kekesalan untuk om Dellen. Aku jadi tertawa sendiri mengingat kejadian kemarin.
Arinna masih sibuk dengan tugasnya yang belum selesai. Aku hanya memandanginya dengan tatapan kosong.
"Woy kenapa lo senyam senyum sendiri?" Arinna berhasil membuatku kaget. Aku hanya mendesis kepadanya.
"Kagak!" Balasku sesingkat mungkin.
"Efek lo diputusin kemaren ya? Antara bahagia dan gila lo tuh!"
Aku hanya berdecak kesal. Masa Ellensya dibilang gila. Memang sih luka kemarin masih jelas sangat membekas dihatiku. Ternyata sangat sulit melupakan pria yang sudah pernah hadir dalam hidup kita. Sial! Aku kembali memikirkan hal itu!
Aku merasakan rasa nyeri didadaku. Mataku mulai memanas mengingat kejadian itu. Kata-katanya bahkan masih berputar-putar diatas kepalaku. Pria kemarin yang memutuskan hubunganku bukanlah Nathan! Nathan seorang pria yang lembut dan romantis. Pasti karna sesuatu dia berbuat begitu. Aku yakin itu!
"Woy!" Arinna membangunkanku dari lamunanku. "Mulai kan lo! Lo itu kalau lagi galau gak asik banget tau gak?!"
"Karna lo gak ngerasain yang gue rasain. Makannya lo jangan jomblo mulu!" Ledekku yang berhasil membuatnya mendelek.
"Nah! Akhirnya sekarang lo jadi jomblo juga kan? Haha" Arinna tertawa dengan puas.
"Ketawa trus sampe puas!" Aku langsung bangkit dari bangku ku dan keluar dari perpustakaan. Tak lama Arinna keluar mengkuti dan mensejajarkan langkahnya denganku.
Kami berjalan menuju kelas kami. Tak jauh dari kami aku melihat sosok pria yang selama ini aku sayangi dan belum lama ini mematahkan hatiku begitu saja. Aku melihat dia merangkul seorang wanita cantik. Nath! Kau berhasil mematahkan hatiku untuk kedua kalinya.
Aku membuang muka dan melangkah masuk duluan kedalam kelas. Aku yakin Arinna pasti binggung dengan sikapku.
Aku duduk dibangguku dan sedikit membanting tasku. Arinna duduk disebelahku.
"Gue ngerti kok prasaan lo Len." Arinna mengelus-ngelus lenganku dengan lembut. Arinna mencoba menghiburku dan berhasil membuatku tersenyum.
Aku hanya mengangguk pelan. Tak terasa aku meneteskan cairan bening yang berasal dari mataku. "Dia buang gue begitu saja Rin." Aku mulai terisak tidak peduli beberapa pasang mata mulai memperhatikanku.
"Sudahlah Len. Lupakan pria seperti dia! Masih banyak kok yang sayang sama lo. Pria di dunia ini bukan hanya dia." Arinna mulai memelukku. Ia berhasil membuatku sedikit tenang.
"Betul kata Arinna. Termasuk gue yang sayang sama lo!"
Aku langsung mendongkak melihat kearah sumber suara itu. Nico berdiri tepat disampingku. Bau maskulinnya tercium jelas di hidungku.
Tangannya meraih wajahku dan memegang pipiku. Jempolnya mengahapus air mataku yang masih bercucuran.
"Berhentilah menangis. Sekarang ada gue yang akan menjaga lo." Nico membelai rambutku. Dan tersenyum manis.
Tiba-tiba saja isi kelas menjadi ricuh melihat adeganku dengan Nico. Lagi-lagi aku tertawa melihat raeksi teman-temanku yang konyol. Haha.
"Lo terlihat cantik saat tertawa." Lagi-lagi Nico berhasil membuat kelas kembali ricuh. Ada apa dengan mereka semua. Haha. Aku jadi merasa senang. Ternyata benar kata Arinna banyak yang menyayangiku.
Dosen memasuki kelas. Kami semua sudah duduk rapih dan siap memulai pelajaran hari ini. Semua berjalan cukup lancar. Walau sesekali bayangan Nathan mengganggu konsentrasiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. ITCH
RomanceAku tak bisa percaya. Aku bisa dekat bahkan menyukai pria aneh seperti dia. Dia yang memiliki kelainan. Bahkan aku sulit mempercayai hal itu. Tapi dia cukup menghiburku dari kegalauan yang sedang ku rasakan akhir-akhir ini. Belum lagi wanita gila ya...