Ellensya POV
Selama 1 minggu aku berhasil menghindari Dellen dari kehidupanku. Aku masih tidak merasa nyaman setelah kejadian waktu itu. Betapa malunya aku saat melihat Nico yang masih tetap baik. Aku sudah beberapa kali meminta maaf pada Nico dan Arinna tapi mereka selalu bilang kalau itu bukanlah masalah besar. Aku jadi merasa tidak enak.
Untunglah hari ini tidak ada jadwal kuliahku jadi aku bisa menghindar dari semuanya. Arinna dan Nico terlalu baik terhadapku. Aku jadi semakin merasakan tidak enak pada mereka. Saat ini biarlah aku beristirahat full dirumahku yang kelewat megah.
Aku membuka pintu kamarku dan bau yang sangat menggoda mengarahkan ku untuk segera pergi ke dapur. Aku sudah melihat ayah yang sedang duduk dimeja makan sambil membaca koran. Lalu munculah bi Inah yang membawakan 2 piring nasi goreng yang menggugah selera.
"Eh.. non Ellen sudah bangun. Sini, bibi sudah buatkan sarapan untuk non dan tuan." Bi Inah melambai-lambaikan tangannya kearahku. Aku pun langsung duduk disebelah ayah.
Ayah yang masih terlihat sangat sibuk memancarkan aura yang sedang tidak mau diganggu. Tapi siapa lagi kalau bukan Ellen yang mengganggu ayah. Hehe.
Aku menggoyang-goyangkan lengan ayah yang tetap pada posisi membacanya. "Ayah.." rengekku yang sama sekali tidak disauti ayah. "Ayah." Beliau masih diam dan fokum membaca. "AYAH!!!" Teriakku yang langsung membuat ayah mendongkak kearahku tak lupa bi Inah juga yang lari terbirit-birit kearah kami.
"Ada apa non?" Tanya bi Inah yang tampak panik. Aku hanya mengendus pasrah. "Aku kan manggil ayah bukan bibi." Balasku sewot bi Inah pun langsung balik badan dan menjauhi kami.
"Kamu kenapa teriak-teriak seperti itu? Mau membuat ayah jantungan?" Tanya ayah sambil melipat korannya dan menaruhnya diatas meja makan.
"Tidak apa-apa cuma mau ngucapin selamat pagi ayah." Ucapku sambil membuat ayah sedikit kesal.
"Ah Dellen! Kemarilah." Panggil ayah yang sontak membuatku melihat pandangan ayah. Tentu saja orang itu sudah berjalan kearah kami dan duduk diseberang ayah. Sejak kapan dia disini. Kedatangannya sangat tiba-tiba sekali.
"Slamat pagi pak direktur dan hallo nonna." Sapanya yang terlihat formal.
Kalian mau tau kesan pertamaku melihat Dellen? Semakin tampan. Sungguh! Dengan setelannya yang santai memakai celana jins dan kaos hitam polos ditambah menggendong tas sport yang terlihat semakin maskulin. Rasanya aku ingin memeluknya.
"Dellen jangan mencoba menggoda anak saya ya." Ucap ayah yang langsung membuatku mencubit tangannya. Ayah hanya terkekeh. Dellen? Sama gilanya dengan ayah.
"Semoga saja tidak pak. Tapi saya lebih berharap jika dia memang tertarik pada saya."
Uhukkk uhukkk..
Jawaban yang memalukan. Aku langsung mengambil air minumku yang meneguknya sampai habis lalu melotot kearah Dellen. Reaksi ayah hanya tertawa puas mendengar jawabannya.
"Dellen kau sudah sarapan?" Tanya ayahku sambil mengangkat satu alisnya yang tebal.
Dellen hanya mengangguk. "Ya pak."
Ayah langsung menghabiskan makanannya secepat kilat. Lalu bangkit berdiri. Si ayah baru juga selesai makan nanti perutnya melilit.
"Ayah mau kemana?"
"Ayah ada urusan Ellen. Ayah harus brangkat ke kantor." Balas ayah sambil melirik jam tangannya.
"Tapi kan sekarang hari libur yah. Masa ada kerjaan sih? Istirahat saja di rumah." Kalian harus memaklumi aku cerewet kepada ayah karna aku menyayanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. ITCH
RomanceAku tak bisa percaya. Aku bisa dekat bahkan menyukai pria aneh seperti dia. Dia yang memiliki kelainan. Bahkan aku sulit mempercayai hal itu. Tapi dia cukup menghiburku dari kegalauan yang sedang ku rasakan akhir-akhir ini. Belum lagi wanita gila ya...