Maaf banget updatenya lama banget..
Banyak kesibukan di sini. Duh! Pusing >_<Maaf kalau banyak typo.. males ngedit.. hehe.. semoga part ini tidak mengecewakan ya..
Jangan lupa buat vomment juga!
Enjoy!
Aku menatap matanya dengan penuh rasa nyeri. Tidak bisakah dia berpikir bahwa saat ini perasaanku sedang hancur? Apakah dia sebodoh itu? Oh Tuhanku!
Aku hanya terdiam membisu menatapnya. Sebaliknya dengan Lennio, dia terus menatapku penuh mohon. Lennio perlahan menganggukkan kepalanya membuatku memiringkan kepalaku.
"Aku mengerti." Perlahan Lennio membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Berjalan lurus tanpa menoleh kebelakang.
Aku menganga saat ia mengatakan itu. Aku tidak menyuruhnya pergi. Dia yang pergi dengan sendirinya. Jadi inilah akhir dari semuanya? Akhir yang menyakitkan. Dadaku kembali sesak. Nafasku tertahankan. Tetesan demi tetesan air mata ini berjatuhan begitu saja.
Tanpa malu aku mengeluarkan suara isakanku. Air mataku semakin deras membasahi seluruh pipiku. Aku memukul dasborku dengan keras.
Aku akan gula setelah ini.
***
Aku membuka mataku perlahan. Berbagai cahaya menerobos mataku yang masih sangat sulit kubuka. Beberapa saat akhirnya aku bisa membiasakan mataku.
Oh ya. Aku ada di kamar setelah kejadian yang menyakitkan itu. Saat aku sampai dirumah tubuhku langsung ambruk dan di bantu bibi ke kamar. Aku melihat jam beker yang tersimpan rapih di nakas. Waktu menunjukan pukul setengah 11 malam. Ternyata aku tidur dengan sangat lama.
Aku menuruni ranjangku. Berjalan pelan kearah kamar mandi. Aku melihat wajahku di cermin. Oh! Wajahku sangat mengerikan. Mataku yang bengkak akibat menangis terus menerus. Rambutku yang berantakan. Penampilanku saat ini benar-benar kacau.
Semua kejadian tadi siang kembali berputar-putar dalam kepalaku. Rasa sakit itu kembali menghujani hatiku. Nyeri. Aku merasakan air mata ini akan keluar lagi. Namun aku menahannya dengan kuat. Aku tidak ingin menangis lagi.
Ini semua akan menjadi pembelajaran. Aku tidak akan mudah percaya dengan seorang lelaki. Aku tidak ingin kejadian ini terus berulang-ulang. Aku tidak boleh lemah dalam hal ini.
Ayah, dimana ayah sekarang? Aku merinduhkannya. Aku ingin memeluknya erat sekarang. Ingin menangis dalam pelukannya.
Aku berjalan keluar dari kamar mandi. Berjalan kembali mendekat ke ranjang. Aku ingin tidur kembali namun sudah sangat sulit. Aku merogoh tasku. Menemukan smartphoneku. Memeriksanya dan terdapat tujuh panggilan tidak terjawab dari Lennio. Mau apa lagi pria ini? Apa aku harus meneleponnya? Tidak! Aku tidak ingin percaya padanya lagi.
Tokk tokk..
Aku memalingkan wajahku kerag pintu. Pintu kamarku terbuka perlahan. Bibi menampakkan dirinya dari balik pintu.
"Non.. maaf mengganggu." Aku menganggukkan kepalaku dan menatap bibi dengan datar. "Bibi tidak bisa tidur. Khawatir pada non."
"Aku tidak apa-apa. Bibi bisa tidur sekarang." Balasku singkat.
"Ehm.. tapi non.. ada seseorang yang ingin bertemu non di bawah."
Aku menyipitkan mataku. Malam-malam begini? Siapa itu? Aku bangkit berdiri dan keluar dari kamar. Aku ingin tahu siapa yang datang malam-malam begini.
Pundaknya yang lebar. Bertubuh besar. Sedang membelakangiku. Berbicara dengan seseorang lewat telepon. Suara itu. Oh! Aku dialah yang sangat aku rinduhkan. Tubuhnya perlahan berbalik menatapku. Tatapannya yang terlihat sangat lelah. Kantung matanya yang besar. Oh dia disana telah bekerja sangat keras.
Aku berlari dan meloncat kearahnya. Memeluknya erat. Oh Tuhan! Ayahku kembali. Aku menangis dalam pelukkannya. Hatiku yang sakit mulai terasa lagi. Ayah membelai rambutku dengan lembut. Nafasnya terasa dipucuk kepalaku.
"Aku sangat merindukanmu ayah. Sangat!" Ucapku sambil terisak.
"Ayah juga begitu. Ada apa denganmu? Anakku terlihat kacau?"
Oh!
Aku tersenyum mendengarnya. "Tidak ada. Hanya sangat merindukan ayah. Kenapa ayah lama sekali?"
"Ada sedikit masalah disana." Ayah membelai pipiku dengan penuh sayang. "Maafkan ayah sudah meninggalkanmu lama."
Aku mengangguk. "Tak apa. Ayah datang dengan siapa?" Aku melepaskna pelukkan ku.
"Denganku." Seseorang memotong pembicaraan kami. Oh! Dari mana dia datang.
Tiba-tiba saja perutku terasa mual. Sesak itu terasa lagi. Aku menatapnya dengan datar. "Oh."
Aku menatap ayah kembali. Tidak ingin memperdulikan lelaki itu. "Ini sudah malam. Lebih baik ayah beristirahat." Aku mencoba tersenyum.
Aku menggeleng pelan. Kedua tangannya meraih pipiku. Meminta untuk menatapnya. "Ayah hanya akan mengambil beberapa helai pakaian. Lalu pergi ke hotel yang dekat dengan bandara. Ayah akan berangkat ke singapore."
Mataku memanas. Ayah barusaja kembali. Dan ia akan pergi meninggalkan ku lagi. "Jangan menangis sayang. Kali ini atah janji tidak akan lama."
Suaraku hilang begitu saja. Tidak ingin menjawab. Aku membalikkan badanku dan berlari kembali ke kamar. Aku akan di tinggalkan oleh orang-orang yang aku sayangi.
Aku membantingkan tubuh ke ranjang. Menutup diriku dengan selimut. Berharap semua ini hanyalah mimpi. Aku memejamkan mataku untuk mencoba tertidur. Aku baik-baik saja. Aku harus tegar mengahadapi semua ini.
Perlahan aku merasakan ranjangku bergerak. Seseorang duduk tepat di belakangku. Aku tidak ingin membuka mata ini. Sebuah tangan membelai rambutku dengan lembut. Lennio.
"Aku tahu kau tidak akan mendengarkanku. Tapi aku akan tetap berbicara." Aku mendengar ia menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Perusahaan ayahmu dalam masa krisi. Ratusan orang sedang menggantungkan nasibnya pada ayahmu. Dan dia bekerja keras untukmu juga. Aku bukanlah siapa-siapa kalian. Namun beliau yang sudah menjagaku, merawatku dan membesarkanku. Aku harap kau akan mengerti dengan kerja kerasnya saat ini. Aku harap juga kau akan memaklumi kesibukan ayahmu saat ini."
Dentuman keras menyerang jantungku. Saat ini benar-benar merasa egois. Maafkan aku ayah. Aku benar-benar tidak tahu kalau situasi serumit ini.
Aku merasakan kembali ranjangku bergerak. Sesuatu yang lembab menyentuh keningku dengan lembut.
"Aku harap kau juga akan memaafkanku." Bisiknya tepat di telingaku.
Jangan lupa vomment! Hehe :*
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. ITCH
RomanceAku tak bisa percaya. Aku bisa dekat bahkan menyukai pria aneh seperti dia. Dia yang memiliki kelainan. Bahkan aku sulit mempercayai hal itu. Tapi dia cukup menghiburku dari kegalauan yang sedang ku rasakan akhir-akhir ini. Belum lagi wanita gila ya...