Tidak perlu memaksa untuk orang lain memahami situasimu saat ini.
Apakah sebenarnya bukan orang lain, tetapi dirimu sendiri yang tidak dekat dengan dirimu?
Selain jam istirahat ternyata ada juga yang selalu ditunggu para pelajar putih abu-abu SMA Mudha Emas, benar sekali jam kosong. Meskipun begitu, ruang kelas tergolong hening karena setiap mereka asik dengan benda persegi panjang, handphone yang selalu ada di genggaman.Di sini ada perempuan yang mencuri perhatian dengan banyaknya teman kelas sibuk dengan kegiatan masing-masing, tetapi dia lebih memilih memejamkan mata untuk mendapatkan mimpinya. Perkenalkan namanya Trifea Parka.
Akan tetapi, mimpinya tidak berlanjut. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menggoyang-goyangkan badannya sedikit keras. Trifeapun menggeliat.
“Apasih Ta?” Tanya Trifea yang mengernyitkan dahinya.
“Aku sepertinya benar sakit Fe, Arggh...” Sambil menepuk dadanya.
“Sejak kapan? Sakit banget?” Tanya Trifea malas karena mengerti maksud sahabatnya ini.
Namanya Alita Maza. Manusia random dan selalu mempunyai ide di luar prediksi yang mengajak Trifea menjadi sahabatnya secara paksa selama tiga tahun di masa SMP akan tetapi sekarang sudah melewati batas hingga lima tahun berjalan.
“He.emm” Tata menggangguk
“Emang gak bisa ya Fe reaksinya kaget gitu, minimal sok peduli.” Protes Tata memutar bola matanya.
“Hm...Btw dimana Mimis?” Tanya Trifea .
Tatapun berusaha mengingat sesuatu.
“Jadi gini ceritanya, penyebab sakit jantung ini berdetak lebih cepat dari biasa itu karena calon mantu mama bernama Agrazi. Tadikan seorang Tata memberikan minum yang seharusnya milik Trifea karena kepedulian terhadap calon suami jadi diberikan kepada Agra. Alhasil nih, Mimis si baik hati membelikan kembali minum untuk si Peakk si dingin. Akan tetapi, di tengah jalan lagi asik-asiknya melihat Agra main basket ada Pak Parmin lagi keliling sehingga aku meninggalkan sahabatku yang baik tadi sendiri. Gitulah ceritanya.” Jelas panjang Tata.
Trifea hanya bisa memandangi Tata tanpa berniat bertanya kembali. Tidak lama, seseorang datang dengan nafas sedikit tersengal.
Benar sekali, ini Mimis Dwiptani. Teman yang baru dikenal Trifea, si paling kalem, yang selalu ayo kemanapun. Dan jangan kaget kalau Mimis terpaksa gabung mereka karena paksaan Tata untuk kontrak persahabatan selama tiga tahun.
“Emang parah banget ya Ta, kamu ninggalin aku?” Tanya Mimis yang langsung mengambil posisi duduk dekat Trifea.
“Maaf ya, soalnya Pak Parmin tadi lagi keliling daripada nanti kena hukum.” Jelas Tata tersenyum tanpa dosa.
Trifea dan Mimispun hanya bisa pasrah dengan sahabatnya satu ini.
“Oiya kalian dengar gak sih tadi di toilet cewek ada siswi baru yang kayaknya mengalami perundungan.” Jelas Mimis antusias.
“Anak pindahan itu bukan? Tadi waktu balik ke sini pada heboh nyeritan siswi baru.” Ujar Tata.
“Gak tahu juga ya, tapi kasian sih seharusnya kamu kontrak juga Ta.”
“Maunya gitu Mis, tapi udah nyaman sama kalian gimana nih?" Ujar Tata.
Perbincangan yang tiada habisnya jika Trifea tidak mengakhirinya.
••••••
Di jalan pulang, Trifea tidak mendapat jemputan hari ini. Dia memilih membawa sepedanya. Pergi ke toko buku dan membeli beberapa buku fiksi kesukaannya.
Sesuatu mengganggu penglihatannya. Seorang perempuan yang memakai seragam yang sama dengannya, di gang kecil sendiri. Terduduk lesu dan terlihat sedang menangis. Yang membuat terkejut Trifea, tangannya memegang erat pisau hingga menyakiti tangannya.
Trifea meletakkan sepedanya dan menghampirinya.
“Emang apa rasanya?” Tanya Trifea memandangi perempuan itu.
Tapi tidak ada jawaban sama sekali.
“Kalau sudah merasa lega, temui aku di depan gang” Ujar Trifea yang hendak pergi.
Siapa yang mengira, perempuan yang bernama Naya tertulis di name tag bajunya ini tiba-tiba berdiri dan menghempaskan pisaunya mengenai lengan Trifea.
Trifea mengerang, darah mengalir cukup deras akan tetapi Naya meninggalkannya tanpa sepatah kata. Dia cukup terkejut dengan perlakuan Naya, akan tetapi Trifea tetap berlagak seperti biasa saja meskipun lengannya terluka. Dia keluar gang dan hendak mengobati lukanya.
Selamat Membaca💜
Karena author masih baru mengawali cerita pertama ini, mohon bantuannya kepada teman-teman untuk memberikan dukungan berupa vote dan komen ya, terima kasih;)
Jika ada kata maupun sesuatu hal yang perlu diperbaiki jangan sungkan memberi masukan ya🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough W
Teen FictionYang tidak pernah terluka, tidak akan pernah merasakan susahnya mencari obat untuk meredakannya. Karena satu hal yang membekas tidak mudah untuk dihilangkan. "Seperti itu manusia, tidak pernah puas dan selalu merasa berkekurangan. Sampai lupa bahwa...