Selamat Membaca Dear💜
•
•
•
"Persediaan sabar masih bisa menampung keadaan yang berat ini."Jangan lupa vote dan comment ya, wajib🤭
———
Suara mobil terdengar jelas di samping rumah Trifea. Padahal rumah itu sudah lama tidak di huni, bahkan sejak pertama kali Trifea di sana. Tetapi keadaan rumah tersebut terlihat rapi bahkan jika ada orang daerah sana melalui rumah itu banyak yang bilang sudah berpenghuni meskipun tidak pernah tahu siapa pemiliknya.
Suara bel rumah Trifea berbunyi beberapa kali. Dia yang sedang berganti pakaian setelah mandi pun cepat-cepat menyelesaikannya. Hari ini juga menjadi hari kedua dia libur sekolah.
Dia melangkahkan kaki keluar rumah,"Siapa orang yang mengganggu ini?" Trifea bergumam.
Berjalan sedikit cepat dengan membenarkan handuk yang dikenakan di kepalanya karena sudah mandi. Tanpa ada rasa curiga Trifea langsung membuka pintunya.
"Faidel—, kenapa ke sini?" Trifea terkejut.
"Aku mau kasih kamu nasi goreng, ini aku yang buat sendiri." Jawab Faidel memamerkan bingkisan yang dia bawa.
Trifea dengan muka datar, "terima kasih Fai aku sudah masak." Ucap Trifea yang hendak menutup pintu.
Faidel menahannya," Fea aku minta maaf kalau kemarin sedikit menyebalkan." Ujar Faidel sambil memohon
Trifea memutarkan bola matanya merasa aneh. Padahal tidak perlu dibesarkan masalah kecil seperti ini, dia berpikir sejenak. Akan tetapi, dia tidak tahu arti dan maksud lain dari Faidel yang tiba-tiba datang. Dia merindukan Trifea dan membuat alasan seperti itu.
"Aku tidak suka memperbesar masalah Fai, sudah kamu pulang."
"Kamu tidak kasihan, aku jauh ke sini membawa masakan sendiri dan tidak di suruh masuk." Ucap Faidel melirik ke dalam.
Cukup. Trifea tidak tahan seperti ini. Dia mempersilahkan Faidel masuk, terlihat bersemangat. Faidel duduk di sofa ruang tamu sedangkan Trifea mengambil alat makan. Tamu satu ini memang tidak sopan, sudah tidak terima malah meminta makan bersama.
Faidel memperhatikan setiap sisi rumah ini, sangat sepi. Di mana kedua orang tua Trifea, tidakkah mereka tinggal bersama. Selama dia mengenalnya belum pernah melihatnya secara langsung. Hanya satu kali, itu pun dari samping Faidel menduga itu Ayahnya.
"Harus Fai mau makan di sini?" Tanya Trifea membawa piring dan sendok.
Faidel mengangguk tersenyum miring,"harus Fe, capek aku masaknya." Jawab Faidel yang membuka wadah nasi gorengnya.
Mereka sarapan bersama, tidak ada pembicaraan hanya fokus mengunyah. Tidak sia-sia usahanya pagi ini meminta resep Mamanya. Terdapat kesempatan Faidel mencuri pandang ke arah Trifea, parasnya memang memiliki aura yang sangat misterius bercampur dengan kecantikannya, indah.
"Habis ini pulang Fai."
"Baru kali ini Fe aku main di usir sama yang punya rumah." Faidel yang merasa aneh.
Tringg! Tringg! Tringg!
Bel kembali berbunyi. Tamu mana lagi yanh berkunjung. Trifea hingga berdecak kesal dalam hatinya. Biasanya tidak berisik seperti ini. Haruskah dia menuliskan tidak menerima tamu di sini. Faidel yang mendengar itu pun merasa terganggu karena waktu berdua dengan Trifea terpotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough W
Teen FictionYang tidak pernah terluka, tidak akan pernah merasakan susahnya mencari obat untuk meredakannya. Karena satu hal yang membekas tidak mudah untuk dihilangkan. "Seperti itu manusia, tidak pernah puas dan selalu merasa berkekurangan. Sampai lupa bahwa...