Pengecut

26 3 2
                                    

Selamat Membaca Dear💜

Jangan lupa bantu vote dan komen juga ya;)

"Boleh mematahkanku berkali-kali hingga tidak ku temukan jalan untuk bangkit kembali. Tetapi jangan pernah berpikir aku akan diam jika orang-orang terdekatku di usik."

-----

Lorong sekolah sudah sangat sepi. Trifea mampir sebentar di kamar mandi. Menatap dirinya lekat di cermin. Bukankah hal-hal yang tidak diinginkan sering terjadi.

Trifea mulai melangkahkan kakinya keluar. Akan tetapi, terdengar suara lirih di dalam kamar mandi. Awalnya dia berpikir pendengarannya bisa saja salah. Sekolah sudah sangat sepi tidak mungkin masih ada yang belum pulang.

Langkahnya berhenti, Trifea kembali memaski kamar mandi di periksalah satu-satu toilet yang ada. Terdapat satu yang tertutup. Tidak tahu tiba-tiba jantungnya berdegup kencang.

"Haruskah aku buka, apakah ini ulah hantu?" Batin Trifea.

Penuh dengan bimbang. Suaranya berhenti tidak ada lagi yang terdengar. Dengan perlahan-lahan Trifea mengarahkan tangannya ke pintu itu.

"Tata—" Teriak Trifea lalu masuk tanpa ragu.

Sebelum pulang, memang mereka akan berkumpul di tempat Tata. Tetapi Trifea sudah mengatakan bahwa dirinya tidak bisa ikut dan tidak perlu ditunggu. Apa yang sedang terjadi?

"Ta, ya ampun kenapa bisa disini? Kenapa tidak pulang?" Trifea penuh pertanyaan sembari memeluk Tata.

Saat ini keadaan Tata hampir sama ketika bertemu di sebuah gang beberapa hari lalu. Akan tetapi, kondisi saat ini lebih parah. Bajunya basah kuyup, tangan diikat, rambut berantakan, mulut yang tertutup karena di bekap sehingga tadi hanya terdengar lirih tangisannya, dan wajahnya memerah padam seperti bekas di tampar.

Tidak ingin bertanya lebih jauh, melihat keadaan Tata seperti ini. Dia membantu Tata berdiri.

Di bopong tangan sebelah kanan, "Ta, langsung pulang aja ya, pakaian kamu basah semua nanti sakit."

Tata menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mau pulang seperti ini Fe." Jawabnya lirih.

Dengan langkah berat juga, Trifea untuk pertama kalinya mengajak Tata ke rumahnya. Di dalam mobil, tidak ada pembiacaraan. Raut wajah dan tangan Tata putih pucat karena kedinginan.

Sampai di rumah, Tata sekilas memandangi rumah sahabatnya ini. Melangkah kembali memasuki rumah. Memang tidak besar tetapi rumah Trifea sangat unik dan minimalis. Semuanya tersusun rapi.

"Ini kamar aku Ta, itu kamar mandinya. Kamu mandi dulu ya aku akan mengambilkan pakaian untuk ganti."

Tata mengangguk dan memasuki kamar mandi. "Fe handuk nanti jangan lupa ya." Teriaknya.

Sekilas Trifea menoleh ke sumber suara. Tata memang manusia langka yang dikenalnya, tergolong perempuan yang pintar berpura-pura kuat. Padahal sering menangis juga jika disakiti.

Setelah bersih-bersih semuanya, Tata mamakai baju yang di siapkan Trifea, sangat pas menurutnya. Trifea mengajak Tata makan terlebih dahulu sebelum memberikan pertanyaan yang sudah menumpuk di kepalanya.

Enough WTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang