Pergi

21 3 0
                                    

Selamat Membaca Dear💜



Saat ini, detik ini juga awanku benar-benar mendung. Hujan sementara namun auranya belum bisa kembali cerah.

Tanpa suara, masih hening. Semuanya selesai menyantap makanan. Pikiran Trifea masih saja bertanya mengenai sosok yang ada di hadapannya.

"Kak Fea, kenapa nanti tidak menginap saja? Nanti tidur sama Ara." Tawar Ivara memecah keheningan.

Ivara duduk di sebelah Trifea. Gadis kecil itu merasa nyaman di dekat Trifea.

"Maaf ya, Kakak harus pulang." Jawab lirih Trifea

"Sepertinya kamu sudah akrab dengan Avi. Ayah senang melihatnya." Ujar Ariem tersenyum.

Trifea pun hanya bisa menghela nafas. Terpaksa, selalu dengan kata ini dia bisa di sini.

"Ada apa Ayah mengundang ku malam ini?" Tanya Trifea.

"Ayah tidak ingin memaksamu untuk tinggal di sini Fe. Tetapi Ayah berharap kita bisa berkumpul. Kamu sudah terlalu lama hidup sendiri, bukankah lebih baik kamu pulang." Ujar Ariem.

"Aku lebih nyaman dengan keadaan saat ini Yah, maaf."

"Baik Ayah menghargai keputusanmu, karena saat ini kita sudah berkumpul. Ayah ingin mengenalkan anak laki-laki yang akan melanjutkan usaha Ayah nanti."

"Apa maksud Ayah?" Sontak Trifea terkejut dengan ucapan Ariem.

"Dia saudara kamu, memang untuk usia lebih tua kamu satu tahun Fe tapi dia sudah cukup dewasa kelak dia yang akan membantu Ayah. Silahkan kalian berkenalan."

"Kenalin Kak, nama aku Zeyvan Pratariem." Zeyvan mengulurkan tangannya.

Entah mengapa dia diam bukannya Trifea membalas jabatan tangan Zeyvan. Untuk pertama kalinya tepat di depan Ayahnya air mata itu mengalir.

Zeyvan yang melihat itu pun langsung bingung. Karena terlalu lama Trifea tidak membalas, akhirnya Ariem menurunkan tangan Zeyvan. Ariem terlihat kesal.

"IKUT AYAH SEKARANG!" Bentak Ariem.

Trifea mengikuti langkah Ariem. Menuju tempat yang masih sama. Gudang di mana Ibunya pernah menyiksa dan mengurungnya di sini.

Plakk!

"Kapan kamu akan dewasa?" Tanya Ariem emosi.

"Kapan aku dewasa? Apa pernah ayah menanyakan bagaimana perasaanku Yah. Dewasa yang seperti apa yang ayah inginkan."

"Kamu benar-benar tidak tahu malu sama seperti ibumu. Memang benalu!" Teriak Ariem.

"Ayah, kenapa Ayah setega ini, aku mohon dengarkan aku sebentar. Selama ini aku hanya diam Ayah, bahkan ketika Ayah dan Ibu membawa Avi ke rumah sakit aku ditinggal sendiri di rumah sebesar ini. Setelah itu, Ibu tidak kembali saat itu juga aku hanya bisa menurut apa yang Ayah katakan."

"MEMANG SEHARUSNYA!"

"Tapi apa ayah pernah berpikir tentang aku, ayah menikah tanpa bertanya padaku. Bahkan hari ini, ternyata ada sosok yang baru aku tahu. Mengapa baru sekarang? Kami hampir seumuran Ayah, berarti Ayah telah selingkuh sej..."

Plak!

Plak!

Dua tamparan lolos mengenai pipi Trifea. Kemudian Ariem mengambil tali, mengikat tangan Trifea karena lemah dia hanya bisa diam. Menahan perih sekujur tubuhnya.

"Ayah, kenapa Ayah memilih wanita itu? Apa karena dia mempunyai anak laki-laki yang sangat ayah inginkan? Kenapa ayah melakukan ini pada ibu?" Tanya Trifea semakin lirih.

Enough WTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang