Selamat Membaca Dear💜
"Patah berkali-kali untuk menahan sendiri. Luka lama belum terobati, menyusul kembali goresan baru. Lelahnya menyusuri lorong ini, gelap tanpa suara."
Pandangan yang terus mencari sosok Trifea. Tepat di hadapannya. Senyuman manisnya tetap sama, mata meneduhkan yang pernah laki-laki itu lihat, dan saat ini dia dipertemukan kembali.
Faidel, dia teman sekelas Trifea dan Tata. Sejak dulu, Faidel menyukai Trifea diam-diam. Bahkan setelah lulus SMP dia masih tidak bisa melupakan Trifea. Sosok wanita kuat yang dia tahu.
Setelah pelajaran selesai, jam istirahat memang paling ditunggu. Tata segera menghampiri Faidel yang merapikan mejanya.
"Faiii, ngapain pindah. Kangen aku ya?" Goda Tata sembari menaikkan alisnya.
"Dih, mana mungkin."
"Jangan-jangan kamu sekarang bad boy yang dipindahkan ke sini. Sejak kapan kamu jadi manusia tidak berakhlak gini." Ujar Tata yang duduk di samping Faidel.
"Kapan sih Ta berubah, pikiran negatif terus." Jawab Faidel.
"Terus? Ngapain pindah?" Tanya Tata.
"Gak ada alasan." Jawab singkat Faidel.
"Bohong sekali anda. Oiya, kenalin Mimis sini dong." Panggil Tata.
Mimis pun mendekat ke arah Tata. Sedangkan Trifea sibuk dengan membuat gambaran di bukunya. Jangan heran, karena sejak kecil Trifea suka dengan menggambar bahkan dia pernah ingin mempunyai karya besar tentang lukisannya.
"Kenalin ini Mimis, bestfiee aku. Dan...."
Ucapannya terhenti, melihat kesibukan Trifea, diikuti Faidel dan Mimis.
"Itu gak perlu di kenalin pasti kamu tahu. Manusia si paling sok sibuk. FEEAAAAAA!." Teraik Tata.
Yang di panggil hanya menoleh dengan tatapan tanya.
"Siniii, sapa dong teman lama nih." Ucap Tata geram.
"Haii, Faii. Selamat bergabung di kelas ini." Ucap Trifea dan kembali ke gambarannya
Mimis dan Tata hanya bisa menggelengkan kepala heran.
"Mis kenalin aku Faidel."
"Iya kenalin, aku Mimis."
Mereka pun sudah resmi berkenalan. Misi Tata memperkenalkan sahabatnya sudah selesai. Selanjutnya tanpa Trifea mereka berdua ke kantin.
Lagi, pandangan Faidel ke Trifea tidak pernah lepas. Melihat setiap pergerakan Trifea. Dalam hatinya, dia masih sama seperti yang dia kenal dulu.
Sepulang sekolah, Trifea, Tata, dan Mimis pergi ke sebuah Mall. Di sana mereka mencari alat-alat untuk mempercantik diri. Trifea tidak terlalu menyukainya, karena dia tipe natural yang tampil apa adanya. Jadi hanya mengikuti kedua sahabatnya.
"Fee...beli lipstik biar gak pucet." Mimis menawarkan.
"Gak deh, kalian aja." Jawab Trifea
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough W
Roman pour AdolescentsYang tidak pernah terluka, tidak akan pernah merasakan susahnya mencari obat untuk meredakannya. Karena satu hal yang membekas tidak mudah untuk dihilangkan. "Seperti itu manusia, tidak pernah puas dan selalu merasa berkekurangan. Sampai lupa bahwa...