22. Puncak Dilema

182 32 9
                                    

" Hoon, kamu...serius?"

" Iya."

" Aku nggak salah denger, kan? Kamu barusan bilang... "

" Aku menyerah, Karina."

Dan pada saat itu juga, semua yang keluar dari mulut Sunghoon, seolah terdengar tidak nyata.

" Nggak mungkin."
Sunghoon tiba-tiba menyerah?
Sunghoon yang menyukainya lebih dari apapun tiba-tiba menyerah.
" Kamu pasti nggak serius, kan?" Karina menolak untuk percaya.

" Aku serius, Karina."

" Tapi kenapa??!"

" Bukankah semuanya sudah jelas?"

" Tapi aku belum milih siapa-siapa, Hoon!!! Kenapa kamu nggak mau dengerin aku, sih?!"

" Justru bagus kan kalau aku mundur? Jadinya kamu nggak perlu repot-repot memilih."

" Nggak bisa begitu, Hoon!!"

" Dengar." Sunghoon menangkup wajah Karina. " Aku menyerah karena aku nggak bisa terus-terusan menginginkan sesuatu yang bukan untuk aku, Kar. Sekeras apapun aku mencoba, kalau itu bukan untuk aku, selamanya pun aku nggak akan bisa memilikinya."

" Tapi setidaknya kamu berusaha, Hoon! Kamu aja belum tahu hasilnya bakal kayak gimana! Tapi kamu udah nyerah duluan!!"





" Kenapa kamu bersikap kayak gini?"

" Apa?"

" Kenapa kamu bersikap seolah-olah kamu nggak rela kalau aku mundur?"

Aku..?
Nggak rela?

" Kenapa kamu bersikap seolah kamu nggak mau aku nyerah dan terus memperjuangkan kamu?"

Ucapan Sunghoon berhasil membuat Karina tersadar.
Bahwa apa yang Sunghoon katakan tentangnya itu benar.

Kenapa dia bersikap seperti itu?
Kenapa dia bersikap seolah tidak rela melepaskan Sunghoon?

Apa mungkin karena perasaan aneh yang ia rasakan saat ini?
Perasaan yang sulit untuk dia jelaskan.
Perasaan yang membuatnya merasa aneh dan gelisah.

" Jangan buat aku berharap, Karina. Kalau kamu memang memilih Jeno, tolong biarin aku pergi."

" Sebentar, Hoon."
Kesampingkan dulu soal perasaan aneh itu. Ada hal yang lebih penting, yang ingin Karina dengar.
" Kamu serius mau nyerah?"

" Iya. Seperti yang aku bilang tadi."

" Jadi kamu beneran rela kalau aku milih Jeno???"

Kali ini ada sedikit jeda saat Sunghoon hendak menjawab pertanyaan Karina.
" Iya, kalau memang dia yang kamu mau."

Bohong.

Karina tahu Sunghoon berbohong.
Sorot mata itu menjelaskan semuanya.

Sunghoon jelas masih menginginkannya.

" Aku tanya untuk yang terakhir kalinya, Park Sunghoon. Kamu beneran mau nyerah?"

" Semuanya sudah aku pikirkan baik-baik, Karina. Dan finalnya, aku memutuskan untuk menyerah. Apapun resikonya, aku terima."

Karina tidak menyangka Sunghoon sampai senekat ini mengorbankan perasaannya.

Karina tahu rasanya pasti sangat sakit.
Tapi Karina tidak bisa berbuat apa-apa.
Karina tidak mungkin memaksa Sunghoon untuk mengubah keputusannya.
Karina tidak punyak hak.

" Oke. Kalau itu keputusan kamu." Karina melangkah mundur. Menyisakan jarak yang cukup jauh diantara keduanya.
" Kalau kamu mau nyerah, silahkan. Aku nggak akan maksa kamu untuk tetap bersaing sama Jeno."

I'm a (play) Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang