“Za anter dulu ke kantin yuk, upacara juga masih lama. Aku laper banget belum sarapan,” ajak Nadya pada Azza yang belum lama sampai. Dia memegang perutnya memelas.
“Kepagian sih berangkatnya. Kan bisa makan dulu di rumah,” protes Azza sambil mengecek kembali buku-buku pelajarannya dan tidak menghiraukan Nadya.
“Kakak aku sibuk, berangkat pagi. Jadi aku juga harus pagi-pagi. Ayo dong Za, anter ya?” bujuknya.
“Iya, ayok.” Azza memasukkan sebagian buku ke dalam tas nya lagi. Sebagian dia letakkan di bawah meja. “Eh ini apa?” tanya Azza saat menyadari ada sebuah paperbag kecil di bawah mejanya. Azza lantas membukanya dan melihat ada dua buah cupcake dan susu di dalamnya.
“Oh itu tadi dari kak Hasbi nitip Za. Katanya kasih ke kamu. Aku simpan di bawah meja. Gila! Cakep banget, aku sama Nadya sampe gemetaran bicara langsung sama kak Hasbi, Za!” jelas Nara, sekretaris kelas yang duduk di belakang Azza dan Nadya.
“Iya ih, pagi-pagi udah liat kak Hasbi. Full senyum seharian Za,” timpal Nadya yang kini kehilangan muka lapar dan memelasnya. Mukanya selalu berubah berbinar dan semangat saat membicarakan Hasbi.
Azza tertawa melihat tingkah teman-temannya itu. “Kalian naksir kak Hasbi ya? Btw makasih ya udah ambil.”
“Kita sih gak obses ya Nar,” ucap Nadya pada Nara yang kini mendekat untuk ikut pergibahan pagi-pagi ini. “Sekedar suka, gemes, kayak ke idola kita aja. Kalau masalah cinta mah nggak deh. Apalagi segila kakak-kakak yang kelas XII IPS 2 itu. Ih, serem!” jelas Nadya.
Nara mengangguk-angguk menanggapi. “Kalau boleh tahu, kamu sedeket apa sama kak Hasbi, Za? Kalian pacaran?” tanya nya menambahkan.
Azza menggeleng. “Nggak.”
“Kalau jadianpun aku dukung banget sih. Aku lihat kak Hasbi sayang banget sama kamu Za,” ucap Nadya disambut anggukan kepala lagi oleh Nara.
“Iyakah?” tanya Azza terkekeh sambil mulai memakan cupcake pemberian Hasbi.
“Iya ih. Masa gak sadar? Tapi ya Za, aku jadi khawatir sama kamu. Takutnya di apa-apain sama kakak-kakak kelas XII IPS itu,” ucap Nara khawatir.
Azza tertawa. “Gak apa-apa. Tinggal sembunyi di ketek Nadya.”
Nadya menoyor kepala Azza pelan. Kemudian tertawa bersama. Obrolan pagi itu terasa hangat dan berlanjut sampai mereka pergi ke kantin bersama-sama untuk mengantar Nadya membeli makanan.
“Udah dengar info belum?” tanya Nara.
“Info apaan Nar?” Nadya menyahut sambil memperhatikan kakak-kakak keren yang sedang duduk berkerumun di depan kelasnya di deretan kelas seberang.
“Hari ini banyak yang ikut lomba. Sebagian guru ikut ke lokasi, sebagian lagi ada yang rapat sama workshop. Hari ini kita gak ada kelas. Full santuy dong!” Nara menjelaskan antusias.
“Iya kah?” sahut Azza berbinar-binar. Nadya tak kalah heboh nya. “Kalau gitu bebas jajan walaupun belum jam istirahat?” tanyanya lagi dibalas anggukan Nara dan Nadya.
“Yess! Nanti aku traktir, kita cobain makanan kantin yang belum pernah aku beli ya Nad, Nar!” ajak Azza antusias. Yang dia ajak tak kalah antusiasnya. Perihal makanan, apalagi gratisan, siapa yang mau nolak?
••
“Za kamu oke?” tanya Nadya memastikan sambil mengelap keringat di kening Azza.
Azza tersenyum mengangguk. “Oke Nad.” Matanya tak bisa lepas dari memperhatikan beberapa murid yang berdiri di depan lapangan bersama semua guru. Salah satunya ada Hasbi. Dia terlihat diam tak bereaksi saat seorang guru menginformasikan bahwa sekitar setengah jam lagi beberapa murid berprestasi akan mengikuti sebuah kompetisi tingkat provinsi yang di adakan masih di wilayah Bandung. Yang salah satu pesertanya adalah Hasbi.
“Duh kak Hasbi idaman banget. Katanya tiap ada kompetisi kak Hasbi gak pernah gak ikut loh Za,” ucap Nadya kegirangan menatap Hasbi.
Azza tak menjawab. Dia justru merasa ada sesuatu yang menganggu Hasbi. Bahkan saat doa bersama digelar, Azza tidak bisa fokus dan semakin merasa cemas.
Hingga saat upacara bendera dan doa bersama berakhir, Azza segera berlari menyusul langkah kaki Hasbi yang tengah menuju mobil keberangkatan.
“Kak Hasbi!” panggil Azza saat Hasbi hendak masuk ke dalam mobil.
Hasbi menengok dan mengurungkan niatnya menaiki mobil. Dia beralih menghadap Azza dan memperhatikan nafasnya yang terengah-engah. “Azza? Kamu lari ke sini?” tanyanya khawatir.
Azza tersenyum sambil menggeleng dengan mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik aja. “Kak Hasbi baik-baik aja?” tanya Azza membuat Hasbi terdiam sejenak.
“Emang kak Hasbi kenapa?” tanya Hasbi tersenyum sambil membungkuk menyejajarkan wajahnya dengan Azza. Hasbi tahu Azza mencurigai sesuatu darinya. Dan dia tidak ingin menunjukkan sisi lemahnya pada Azza. Dia tidak ingin Azza khawatir.
Azza terdiam memperhatikan Hasbi. Dia menatap tepat ke arah mata Hasbi cukup lama. Dia tahu, Hasbi menyembunyikan sesuatu darinya. “Kak Hasbi semangat ya,” ucapnya. Dia tak bisa membujuk Hasbi untuk bercerita tentang keadaannya di saat seperti ini. Dia hanya bisa mencoba membuatnya membaik.
Hasbi tersenyum melihat perempuan kecil itu tersenyum manis menyemangati dirinya. Lesung pipi samar dan mata yang sedikit sipit itu terlihat jelas saat Azza tersenyum. Hal yang selalu Hasbi suka.
“Jawab dong,” protes Azza saat Hasbi tak kunjung menjawab ucapannya.
Hasbi terkekeh sambil mengelus kepala Azza pelan. “Udah, sana ke kelas. Jangan lari-lari. Jangan kecapean Za. Kamu harus jaga kondisi,” pesan Hasbi lembut. Dia membenahi tasnya.
Seseorang dari dalam mobil memanggil Hasbi mengisyaratkan mobil akan segera berangkat. Sekali lagi, Hasbi berpamitan dan melambaikan tangan.
Azza membalas lambaian tangan Hasbi dan memperhatikan mobil melaju meninggalkan area parkir sekolahnya yang sangat luas. Dia menghela napas panjang dan berpikir keras apa yang terjadi dengan Hasbi. Memar-memar di badan dan raut wajahnya selalu menyimpan rahasia yang sampai saat ini belum bisa Azza pecahkan.
Setelah beberapa saat berdiri menyaksikan kepergian tim lomba itu, Azza berjalan kembali ke kelas. Di sepanjang lorong-lorong panjang gedung sekolah, banyak mata yang memperhatikan Azza. Bahkan tak sedikit yang terdengar sambil berbisik-bisik. Azza tidak peduli dengan sekitar. Dia tahu, ini karena dia akrab dengan Hasbi yang jadi incaran di sekolahnya ini.
“Halo Pak,” sapa Azza sambil sedikit membungkuk saat berpapasan dengan kepala sekolahnya.
“Eh, Azza? Gimana kamu sehat? Papa sama Mama sehat?” sapa kepala sekolah ramah. Dia adalah salah satu kolega orang tua Azza yang terbilang cukup dekat dan sering berkomunikasi. Kabarnya, disamping pekerjaannya sebagai kepala sekolah, dia juga berbisnis dan bekerja sama dengan salah satu bisnis papa Azza.
“Sehat Pak, Alhamdulillah. Mama papa juga baik.” Azza tersenyum sopan. “Bapak ikut antar yang lomba juga ya?” tanya Azza.
“Iya, Bapak kan supporter nomor satu,” jelasnya sambil tertawa. “Kamu mau ikut?” ajaknya tiba-tiba.
Tatapan Azza seketika berbinar mendengar tawaran kepala sekolahnya. “Wah, emang boleh Pak?” tanya Azza memastikan.
“Boleh, ayo ikut Bapak sama guru-guru lain. Hari ini juga gak akan ada pembelajaran. Sebagian guru ada rapat dan workshop seharian, sebagian lagi ikut ke tempat mereka lomba. Kalau mau ikut, Bapak tunggu di parkiran sama guru-guru lain. Barangkali ada barang yang mau di ambil dulu,” jelas Bapak kepala sekolah menjelaskan.
Azza sangat antusias dan mengiyakan lantas segera pergi ke kelas untuk mengambil tasnya dan berpamitan pada Nadya sahabat sebangkunya.
“Emang bener definisi lu punya duit, lu punya kuasa. Enak betul ikut jalan-jalan sama guru,” ucap Nadya malas. Dia menghembuskan napas panjang saat tahu Azza akan ikut ke tempat lomba yang berarti rencananya makan-makan di kantin jadi batal.
“Yaudah ayo ikut juga,” ajak Azza.
“Emang boleh?” tanya Nadya antusias.
“Gak tahu,” balas Azza sambil tertawa.
Nadya terdiam sebal. Lantas kembali tertawa saat Azza berjanji akan mentraktirnya besok hari. Dia melambaikan tangan tinggi-tinggi saat Azza sudah sampai daun pintu.
“Titip semangat buat kak Hasbi ya Za. Kamu hati-hati, jangan kecapekan!” teriak Nadya yang dibalas acungan jempol dari Azza.__________
Halo Assalamu'alaikum readers 💐
Yeay, udah part 7 aja nih 😍
Gimana menurut kalian ceritanya? Yuk beri aku kritik dan saran agar ceritanya jadi lebih baik di kolom komentar.Jangan lupa untuk dukung aku dengan vote, komen, share dan follow akun wattpadku ya. Kamu juga bisa mampir ke akun media sosial aku :
Instagram : @alfattah.studio
TikTok : @alfattah.studioTerima kasih banyak, and see you next chapter 💐🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending
Teen FictionAzza, Hasbi dan Albar dipertemukan oleh takdir yang membuat mereka nekat melawan sulitnya kehidupan. Sifat dewasa dan kebijaksanaan perlahan tumbuh mengiringi perjuangan para remaja itu dalam mempertahankan mimpi, menyambung hidup, dan berlari-lari...