21. "Lucky"

3 2 0
                                    

“Jangan maksain Za. Istirahat aja dulu di sini,” ujar Hasbi sambil memberikan air minum lagi pada Azza. Disampingnya ada beberapa orang yang ikut khawatir dengan kondisi Azza.

“Udah baikan kok, gak apa-apa,” ucap Azza sambil mengambil air minum dari Hasbi dan meminumnya. Dia menatap orang-orang di sekelilingnya sambil tersenyum.

Ini kesekian kalinya Azza dibujuk untuk tetap diam di UKS dan kesekian kalinya pula dia menolak. Hasbi yang sudah tak tahu lagi harus berkata apa hanya duduk pasrah memperhatikan Azza yang tersenyum merasa menang.

“Permisi, maaf ganggu mau ke Ketua OSIS,” ucap seseorang tiba-tiba dari arah pintu. Dia memasuki ruangan dengan sedikit tergesa-gesa. Semua orang mengangguk mengiyakan. “Hasbi, briefing jadi kan?” tanyanya pada Hasbi.

“Iya jadi. Kabarin sepuluh menit lagi mulai ya,” ucap Hasbi sambil memperhatikan jam di tangan kirinya.

Laki-laki yang datang bertanya itu mengangguk lalu berpamitan sambil tersenyum. Semua orang balas tersenyum.
“Maaf Za, kak Hasbi gak bisa jagain. Banyak yang harus di siapin nih,” ucap Hasbi dengan wajah malas.

“Gak apa-apa kok, semoga lancar semuanya,” ucap Azza tersenyum. Ekspresinya berusaha meyakinkan Hasbi meski dia masih merasa lemas akibat cukup banyaknya darah akibat tamparan keras Meri yang meleset ke area hidungnya yang sangat sensitif.

“Kak Hasbi jangan khawatir. Ada Nadya yang jagain Azza,” ucap Nadya menimpali sambil memegang lengan Azza dari samping. “Nadya jamin Azza baik-baik aja,” ucapnya lagi meyakinkan Hasbi yang masih tampak gusar dan khawatir.

Hasbi mengangguk dan tersenyum. “Oke Nad, titip Azza ya. Kalau tetep mau ikut pembukaan acara di aula utama, pastiin duduk di tempat yang nyaman. Bawa minum aja gak apa-apa kok,” pesannya pada Nadya yang kemudian diacungi jempol penuh semangat oleh Nadya.

Hasbi berpamitan dengan sedikit lega karena banyak teman-teman Azza di sana. Dia merasa setidaknya Azza tidak sendirian dan ada orang yang menjaga. Banyak hal yang harus dia urus. Mulai dari briefing acara, sampai kasus Meri dan teman-temannya yang sudah ada di ruang BK sekarang.

Azza bersama teman-temannya pulang ke kelas. Pembukaan acara pekan lomba ini akan diadakan sekitar satu jam lagi. Di sepanjang perjalanan, Nadya tak melepaskan tangan Azza. Dia terus mengomel dan berpesan agar Azza harus banyak minum, jangan jalan cepat-cepat, dan wejangan lainnya.

Azza hanya tersenyum. “Kamu lebih bawel dari ibu yang ngomelin anaknya Nad,” ucapnya tertawa.

Nadya hanya ikut tertawa. Di sepanjang jalan, banyak orang yang menatap Azza sambil berbisik-bisik. Banyak yang tersenyum dan simpati karena kejadian tak terduga itu menimpa Azza, banyak juga yang hanya diam dan memperhatikan.

“Akhirnya kelakuan si Meri itu kepergok langsung sama kak Hasbi. Puas banget aku,” ucap Nadya menggerutu sambil emosi. “Kamu tahu Za? Dia itu sering banget ngelabrak adik kelas bahkan cuma karena hal sepele. Main bully aja terus,” tambahnya.

“Terus selama ini dibiarin gitu?” tanya Azza penasaran.

Nadya membenahi rambutnya. “Iya dibiarin. Soalnya tiap ada yang lapor, atau ada yang nyebar desas-desus selalu aja dilabrak. Mainnya ramean. Koneksinya sampe geng-geng diluar sekolah,” jelas Nadya sebal.

“Pantesan,” timpal Azza.

••

Pembukaan acara pekan lomba antar kelas sudah dilaksanakan dan diresmikan dengan beberapa sambutan dari kepala sekolah, penanggung jawab, ketua pelaksana dan penjelasan teknis oleh staff OSIS. Semua siswa-siswi masih berada di aula utama karena akan ada beberapa penampilan seni.

Azza duduk bersebelahan dengan Nadya yang sejak tadi terus menerus menanyakan keadaannya. “Kak Hasbi nyanyi loh Nad,” ucap Azza berbisik.

Nadya yang mendengar informasi itu terperanjat kaget. Matanya berbinar seketika. “Wah? Beneran?” tanyanya cukup keras membuat beberapa orang refleks memandanginya. Nadya cengengesan.
Azza mengangguk.

“Kok gak ada di informasi susunan acara sih?” tanyanya heran. Dia mendekatkan badannya pada Azza agar pembicaraannya itu lebih jelas.

“Soalnya emang kak Hasbi gak mau diumumin di susunan acara. Katanya biar spesial,” ucap Azza sambil memperhatikan panggung di depan sana yang sudah ramai dengan staff OSIS yang menyiapkan perlengkapan penampilan seni.

“Iya, dan kamu lebih spesial buat kak Hasbi,” ujar Nadya menggoda.

“Hah? Apaan? Kok jadi gitu?” tanya Azza heran sambil menoleh ke arah Nadya.

“Ya karena kamu udah dikasih tahu duluan. Kurang spesial apalagi coba?” ucap Nadya senyam-senyum. “Ayolah Za, jadian aja. Kalian nunggu apalagi coba?” tanya Nadya semakin menggoda Azza.

Azza terdiam melotot ke arah Nadya. “Apa sih Nad, kak Hasbi itu sahabat Azza. Bahkan udah kayak kakak sendiri. Gak ada cinta-cintaan. Lagian aku juga gak ada niatan nyari pacar. Emang takdir aja yang bikin kita ketemu dan sedeket ini,” jelas Azza mengelak.

Nadya tertawa. “Iya deh iya, si paling kakak.” Tawanya semakin kencang. “Kamu aja yang belum nyadar Za. Aku yakin kok kak Hasbi emang punya perasaan lebih sama kamu,” ucap Nadya tak berhenti senyam-senyum.

Azza menatap Nadya greget. “Serah kamu deh,” ucapnya sebal namun hanya mendapat balasan tawa dari Nadya.

“Ya, acara selanjutnya kita akan menampilkan beberapa kreasi dan seni dari teman-teman berbakat kita. Dan sebelum itu, kita punya satu penampilan spesial yang pasti bikin kalian kaget,” ujar pembawa acara di depan panggung sana membuat semua siswa-siswi berseru riuh. Bisik-bisik penasaran mulai terdengar memenuhi seisi lapangan.

“Nah, ini kayaknya!” seru Nadya bersemangat. Dia memegangi tangan Azza erat sambil membenahi duduknya sambil menatap ke depan panggung antusias.

Azza hanya tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Hari ini, ketua OSIS kita akan bawa sebuah lagu spesial untuk kita semua! Tepuk tangannya mana?!” seru pembawa acara bersemangat yang disambut rih tepuk tangan dan teriakkan bersemangat khususnya dari para siswi. Ruang aula yang sangat besar itu dijejali teriakkan saat Hasbi datang dari arah belakang panggung membawa sebuah gitar akustik sambil tersenyum.

Nadya yang duduk bersama Azza di bagian depan penonton itu tak kalah histerisnya. “Waaah gila kak Hasbi bisa-bisanya senyum secakep itu!” seru Nadya ditengah gemuruh teriakkan bersemangat penonton.

Nadya hanya tertawa melihat tingkah sahabatnya itu dan kembali menatap ke arah panggung dimana Hasbi mulai membenahi posisi mikrofon dan kursi untuk dia duduk.

“Koreksi dikit, lagu ini spesial buat seseorang,” ucap Hasbi tiba-tiba sebagai opening sambil tertawa ringan yang disambut gemuruh lebih kencang lagi dari arah penonton.

MC yang mendengarnya langsung tertawa dan menutup mulut malu karena menjadi pusat perhatian seketika.

“Za, buat kamu itu!” Nadya berseru sambil memegang erat lengan Azza. Yang dipegangi hanya tersenyum dan mengelak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Nggak-nggak, aku tetep persembahkan lagu ini untuk dinikmati semua.” Hasbi tersenyum di panggung utama itu sambil mengisyaratkan agar semua orang tenang.

Suasana aula utama itu seketika hening saat Hasbi mulai memetik senar gitarnya. Suara musik yang cozy mulai mengalun diiringi lagu berjudul Lucky dari Jason Mraz. Dan mendekati reff lagu, semua ikut bernyanyi sambil melambaikan tangan. Tak terkecuali Azza yang ikut bernyanyi dengan senang bersama Nadya. Dia tak menyadari, hampir di sepanjang lagu, Hasbi tak memalingkan pandangan darinya.

Lagu berakhir dengan tepuk tangan meriah. Hasbi mengakhiri penampilannya dengan membungkukkan badannya memberi hormat. Dia berjalan menuju pinggir panggung tempat staf OSIS berkerumun sambil tersenyum.

Azza ikut memandangi arah jalan Hasbi sambil tersenyum bangga. Dia begitu yakin, suatu hari nanti Hasbi akan berhasil menjadi seorang musisi sebagainya mimpinya. Terlepas dari bagaimana sulitnya jalan yang harus dia tempuh saat ini.

Acara dilanjutkan dan berselang dengan pengumuman dadakan dari salah satu guru yang memberitahukan kepada seluruh siswa-siswi bahwa akan diadakan festival pendidikan besar-besaran se-Jawa Barat yang salah satu acaranya adalah kompetisi antar sekolah. Banyak perlombaan yang akan dilakukan. Mulai dari seni, keagamaan, olah raga, juga sains.

Azza yang tengah memperhatikan Hasbi dari jauh sambil tersenyum bangga mulai merasa khawatir sebab ekspresi Hasbi yang tiba-tiba berbuah muram saat mendengar pengumuman kompetisi itu. Azza tahu yang Hasbi rasakan. “Kak Hasbi ...” Ucapnya penuh kekhawatiran.

_______________

Halo assalamu'alaikum readers 😍💐

Aaa greget akuuu. Let's see how lucky Azza is. Dicintai Hasbi diem-diem kayak ginii. Jadi pengeeen 😭🤣

Ikuti terus cerita lengkap novel Happy Ending ini ya. Bantu dukung aku dengan vote, komen, share dan follow akun Wattpadku. Mampir juga di sosmedku yuk!

Instagram : @alfattah.studio
Tiktok : @alfattah.studio

Terima kasih banyak dan see you next chapter 😍💐

Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang