20. Meri Pick Me!

3 3 0
                                    

“Loh, mama belum berangkat? Tumben banget,” ucap Azza saat menuruni anak tangga dan menuju ruang makan. Mama Azza tengah sibuk di dapur bersama Bi Maryam. Pemandangan yang sangat jarang terjadi.

“Eh, sayang, udah siap? Iya hari ini mama berangkat siang,” jawab Mama Azza sambil menata makanan yang sudah matang di meja.

Azza tersenyum memperhatikan mamanya yang cekatan memasak bersama Bi Maryam. Momen itu sangat jarang terjadi bahkan bisa terhitung jari dalam kurun waktu satu tahun.

“Papa gimana Ma?” tanya Azza sambil menyicipi makanan di meja.

“Papa masih di jakarta. Katanya besok baru pulang,” jelas Mama Azza.

Azza menghela napas panjang. “Nanti Papa dirumah, Mama sibuk. Ya kan?” tanya Azza.

Mama Azza seketika mematung mendengar ucapan Azza. Begitu juga dengan Bi Maryam yang tahu arah pembicaraan Azza dan mamanya itu. “Kita liburan Minggu ini, kamu mau?” tanya mama Azza mengalihkan pembicaraan.

Azza seketika berbinar mendengar ucapan mamanya dan mengangguk mantap.
“Hari ini mau mama antar?” tanya Mama Azza.

“Yah, Azza udah janjian sama kak Hasbi. Katanya mau jemput Azza. Hari ini pembukaan pekan lomba antar kelas ma. Mama sih gak bilang kalau hari ini masuk siang,” ucap Azza cemberut.

Mama Azza mengusap kepala Azza lembut sambil tersenyum. “Yaudah, sama Hasbi aja. Besok-besok bisa sama Mama.”

••

Azza tersenyum sambil melambaikan tangan menghampiri Hasbi yang sudah tiba di depan rumahnya. “Kak Hasbi lagi seneng?” tanya Azza sambil menerima helm yang diberikan Hasbi. Dia terus memperhatikan Hasbi yang sejak bertemu tak menghentikan senyumnya.

“Bagaimana mungkin aku gak seneng kalau liat kamu, Za? Apalagi rambut di kepang dua gitu, gemes tau!”

“Biasa aja,” jawab Hasbi mencoba mengelak.

Azza yang tahu Hasbi berbohong malah mencoba menggoda Hasbi dengan mengikuti arah wajahnya yang kesana-kemari memalingkan pandangan. Wajah Hasbi memerah. “Ih kak Hasbi blushing!!” terak Azza kegirangan. “Ada apa nih? Ayo cerita sama Azza!” bujuk Azza menggoyang-goyangkan lengan Hasbi.

“Azza suut!” titah Hasbi panik. “Udah diem ya. Pakek helmnya. Kita berangkat sekarang,” ucap Hasbi sambil mengambil helm di tangan Azza dan memakaikannya pada Azza.

Azza menyerah dan menurut begitu saja. Mereka memutuskan untuk segera berangkat ke sekolah tanpa menyadari dari lantai dua rumah Azza, mama Azza tersenyum memperhatikan.

••

“Udah sarapan?” tanya Hasbi sambil menatap Azza yang tengah merapikan rambutnya. Mereka tengah berjalan di lorong sekolah setelah tiba dan memarkir motor seperti biasa. Suasana sekolah sudah ramai. Hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi semua siswa. Satu pekan kedepan, mereka akan melaksanakan banyak perlombaan dan tidak ada pelajaran seperti biasa.

“Udah, tapi Azza ke kantin dulu ah. Mau beli makanan,” ucap Azza. “Eh bentar, Azza mau ke toilet dulu.”

“Yaudah kak Hasbi ke perpustakaan sebentar ya. Nanti ke sini lagi. Kita ke kantin bareng,” ucap Hasbi yang dibalas anggukan Azza.

Mereka berpisah di sana. Azza berbelok menuju toilet perempuan yang letaknya di belakang gedung-gedung sekolah dan cukup sepi. Belum sampai Azza ke area toilet, seseorang menarik tangan Azza keras.

“Hey, apa ini?” ujar Azza panik.

“Diem Lo!” bentak seorang perempuan yang menyeret Azza.

Azza terdiam memperhatikan tiga orang perempuan bertubuh tinggi dengan masing-masing rambut terurai. Satu berkacak pinggang, satu menyilangkan tangan di dada, satu lagi masih memegangi tangan Azza erat. Azza tertegun cukup lama. Dia tahu di depannya adalah kakak kelas dari kelas XII IPS bernama Meri. Orang yang terkenal dengan obsesinya pada Hasbi.

“Lepasin kak,” ucap Azza berusaha melepaskan tangannya.

“Diem Lo. Sok cantik banget,” ucap Meri yang menyilangkan tangannya di dada. Dia menatap Azza sangar dan berjalan mendekat.

“Ada perlu apa ya?” tanya Azza tenang. Dia tahu arah permasalahan ini akan sampai ke mana. Mirip seperti cerita-cerita anak SMA yang dia baca di novel-novel favoritnya.

“Lo jangan kegatelan bisa gak? Apa-apaan berangkat pulang bareng Hasbi? Cantik Lo kayak gitu? Hah?” tanya Meri sambil memegangi pipi Azza kasar.

Azza berusaha melepaskan tangan perempuan itu dari wajahnya namun dicegah dengan keras. Kini kedua tangannya dipegangi dengan erat oleh kedua perempuan lainnya.

“Memangnya ada yang larang Azza berangkat atau pulang sama kak Hasbi? Ada ketentuannya kalau kita gak boleh bareng-bareng?” tanya Azza masih dengan nada tenang.

“Ya kalo gue bilang jangan ya jangan! Kegatelan jadi cewek. Minta digarukin? Idih, dasar,” tegas Meri sambil melepaskan pipi Azza kasar.

Azza menghela napas panjang. “Apa hak kakak larang Azza? Kakak siapa emang?” tanya Azza sinis. Dia mulai geram dengan kejadian ini.

“Wah, berani Lo sama gue?” tanya Meri belagu sambil tertawa sinis.

Azza memejamkan matanya malas menanggapi. “Udahlah kak. Kakak juga tahu betul kakak sendiri gak punya hak larang orang buat deket sama kak Hasbi. Keluarganya bukan, pacarnya bukan, kenapa pula larang Azza deket sama kak Hasbi? Kalian begini kekanak-kanakan banget tahu gak?”

Satu tamparan mendarat di pipi area hidung Azza.

“Hey!” seseorang berteriak marah.
Kejadian itu begitu cepat terjadi. Azza melenguh kesakitan setelah ditampar keras oleh Meri. Dia merasakan ngilu di hidungnya. Sementara itu, tiga perempuan itu berdiri mematung memandang siapa yang datang. Hasbi. Dia berdiri marah menatap Azza yang hidungnya mengalirkan darah.

Kedua perempuan yang memegangi Azza segera melepaskan genggaman erat dan kasarnya. Mereka gelagapan menatap Hasbi yang tampak menyeramkan.

“Azza!” Hasbi menghampiri Azza yang kini tengah memegangi hidungnya yang berdarah cukup banyak. Dia melepas jaketnya dan memberikannya pada Azza. “Tahan pakai ini Za.” Dia bergerak cepat dengan dada cemas. Azza tidak boleh terluka. Azza sangat lemah. Ini bisa sangat berbahaya.

Azza segera menerima jaket Hasbi dan mencoba menghentikan pendarahan di hidungnya. Namun tak berselang lama, Azza merasakan pusing hebat. “Kak Hasbi, Azza ... Azza pusing,” ucapnya terakhir kali sebelum kemudian jatuh pingsan.

“Azza ... Azza!” ucap Hasbi berteriak sampai mengundang beberapa orang disekitar sana. Dia mencoba menyadarkan Azza tapi nihil. Orang-orang mulai berdatangan. Hasbi segera meminta pertolongan.

“Kalian,” ucap Hasbi marah menatap ketiga perempuan yang masih diam mematung. Mereka semakin ketakutan saat Hasbi beranjak berdiri dan menatap mereka tajam. “Masuk ruang OSIS sekarang!” bentaknya keras.

“Hasbi .. Hasbi, maaf. Aku gak sengaja,” ucap Meri yang menampar Azza dengan gelagapan. “Dia juga kok yang mulai. Aku cuma marah aja.”

“Udah bully orang, masih berani bohong? Kamu pikir aku gak lihat?” tanya Hasbi penuh penekanan. “Oke kalau gak mau ke ruang OSIS dulu gak apa-apa. Aku yang akan langsung laporkan ke BK,” tegas Hasbi sambil menatap tajam ketiga perempuan itu.

Hasbi segera membawa Azza menuju ruang UKS dibantu beberapa orang disekitar. Kabar tentang kejadian ini dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru sekolah tak terkecuali ke kelas Azza.

“Hey! Azza pingsan dibuli si Meri pick me! Kak Hasbi marah banget, gila. Ngeri aku liatnya!” teriak Alda, salah satu teman sekelas Azza saat masuk kelas mengabarkan berita yang tengah trending topik itu.

“Apa?” Nadya tersentak kaget. “Dimana Azza sekarang?” tanya Nadya.

“UKS Nad,” jawab Alda.

"Dasar! Awas Lo ya Meri pick me!" geram Nadya sambil berlari cepat menuju ruang UKS bersama beberapa teman sekelasnya. Apa yang dia khawatirkan ternyata benar-benar terjadi. Meri, siswa kelas XII IPS yang terkenal dengan sebutan pick me itu benar-benar berlaku kasar akhirnya.

__________

Halo Assalamu'alaikum readers! 💐🤍

Apa kabar hari ini? Sehat selalu yaa ..
Gimana nih sama part ini, suka gak? Boleh kirim saran-saran juga di kolom komentar ya. Bantu aku dengan vote, komen, share dan follow akun wattpadku. Kamu juga bisa berkunjung ke sosial media aku :

Tiktok : @alfattah.studio
Instagram : @alfattah.studio

Terima kasih banyak dan ses you next chapter 💐😍

Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang