My Little Secret : Chapter 1

656 60 15
                                    


Asap mengepul membuat langit menjadi hitam dan gelap. Suhu tempat itu seketika meningkat drastis ketika semua rumah nyaris terbakar oleh para penjajah.

Raungan kesakitan, rintihan tangis yang membuat suasana desa kecil itu menjadi mencekam. Bagaimana tidak, hal ini dilakukan sangat brutal oleh para menjajah gila itu.

Dulu mereka sampai dengan tangan terbuka, berusaha melakukan kerjasama dengan penduduk pribumi dengan berdagang. Namun, hal yang tak disangka-sangka terjadi. Mereka semakin lama mulai menguasai wilayah dan perdagangan.

Secara tidak langsung membuat para rakyat menjadi budak mereka. Seketika ekonomi menjadi jatuh, penduduk pribumi jatuh miskin dan serba kekurangan.

Hanya para menjajah kejam itu saja yang bisa hidup di atas penderitaan rakyat.

Bertahun-tahun sudah semua ini terjadi, kekejaman mereka semakin hari semakin menggila. Tak hanya menjadikan para rakyat budak. Mereka kini entah kenapa mulai membunuh dan merebut harta mereka.

Karena kekejian itu juga membuat mereka pun menjadi muak. Tak jarang terdengar suara ledakan di lain tempat yang menandakan ada pemberontakan rakyat pribumi.

Keadilan harus ditegakan, walaupun mustahil tapi dan berat banyak sekali orang-orang membentuk aliansi melawan sang penjajah. Walaupun tak diperlihatkan secara nyata, mereka benar-benar aktif dan melakukannya dengan sembunyi.

Brakk......

Suara pintu didobrak dari luar, membuat si penghuni rumah ketakutan dan berusaha untuk melindungi anak bungsunya.

"Bang Chan!!! Keluar kau!!" Teriak mereka. Wanita paruh baya itu tahu siapa yang datang. Suara senapan membuat mereka menjadi sangat ketakutan.

"Ibu takut" bisik anak berusia 10 tahun itu sembari memeluk ibunya. Wanita itu langsung menutup mulut anaknya, keringat dingin kini membasuh tubuhnya.

Suara sepatu mendekat masuk menyusuri rumah yang tak berlalu besar itu. Panggilan itu kembali terdengar membuat mereka semakin takut.

"Keluar sekarang jika tidak kalian akan mati"

Ancaman itu membuat mereka langsung berpelukan. Posisi keduanya kini ada di gudang tengah penyimpanan padi. Tepat di belakang tumpukan karung padi.

"Dor"

Suara tembakan dilepaskan, hal itu semakin membuat mereka takut dan gemetar. Namun adalah persekian detik, karung yang menyembunyikan mereka kini disingkirkan.

"Ternyata kalian di sini" kata mereka sambil tersenyum. Wanita itu memeluk putranya bersimpuh dihadapan mereka dan memohon ampun.

"Di mana Bang Chan?" Tanya pria itu. Wanita itu menggeleng, sudah berhari-hari pria itu tidak pulang ke rumah.

"Kami tidak tahu" katanya bergetar. Di saat yang bersamaan. Anak kecil yang ada di pangkuan wanita itu diambil olehnya.

"Ibu hiks, aku takut" kata anak itu menangis. Sang ibu pun berusaha bangun tapi sebuah senapan kini diarahkan pada anaknya.

"Jika kau menginginkan anak ini tetap hidup, biarkan Bang Chan yang datang dan mengambilnya dalam dua hari. Jika lewat jangan salahkan kami" katanya dengan ancaman.

Wanita itu menangis tumbang ke lantai sambil meraung berusaha memohon agar anaknya dikembalikan.

Sedangkan anak itu kini diringkus oleh mereka dan meronta menangis menginginkan kebebasan.







_____




Pria itu kini menatap bawaannya, ikat segar itu benar-benar sangat menggiurkan. Hatinya benar-benar tak sabar ketika melihat wajah ibu dan adiknya di rumah. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia akan makan enak sekeluarga.

Saat sampai, senyuman dari wajah pria itu lenyap melihat keadaan rumahnya yang sudah rusak. Pintunya rusak seperti ada orang yang sengaja mendobraknya dari luar.

Tanpa basa-basi, dia pun masuk berlari. Pandangannya kini terlihat pada seorang wanita yang duduk di lantai sembari memeluk kedua kakinya. Wajahnya pucat dan matanya lebab.

"Ibu aku pulang" katanya mendekat. Dicari saudaranya tapi hanya wanita itu yang ada di sana.

"Chan?" Tanya wanita itu tiba-tiba teringat, dia pun bangun dan berbalik. Dipeluknya tubuh sang putra sulung.

"Kau dari mana saja? Itu mencari ku ke mana-mana hiks" katanya sambil menangis. Dia kira Chan sudah dibunuh oleh para penjajah itu.

"Di mana Yuan?" Tanya Chan pada sang ibu. Seketika wanita itu menangis, membuat Chan terkejut dan cemas.

"Chan tolong selamatkan dia, penjajah itu membawanya pergi hiks" katanya. Ikan yang Chan bawa kini jatuh ke lantai. Pikirannya kini berhenti.

"Sial" gumam Chan seketika sembari melepaskan ibunya. Dia berlari secepat mungkin, dia tahu di mana adiknya sekarang.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Chan sampai di depan gerbang besar itu. Ini adalah markas para penjajah yang ada di dekat desanya. Tiga hari yang lalu Chan dan para anggota organisasi sudah mengincar tempat ini.

Aroma busuk tercium dari sana. Chan tahu itu dadi mana dan tidak bisa menyebutkannya. Pria itu berusaha membaca situasi yang sudah dipelajari ya beberapa hari belakangan ini.

Dengan lihai, dia dapat melihat ke dalam tempat itu. Rumah besar khas Barat milik sang gubernur nampak dijaga sangat ketat.

Namun pandangan Chan kini teralihkan pada orang pria muda yang memiliki wajah campuran. Pakiannya sangat rapi dan bersih sama dengan kulitnya yang bersih.

"Itu dia anaknya" gumam Chan. Saat berunding, Chan pernah mendengar jika gubernur memiliki beberapa anak dari hasil kawin dengan orang pribumi. Mungkin pria manis itu adalah salah satunya.

"Bisa-bisanya dia tersenyum ketika orang tuanya menyisa warga" gumam Chan sembari mengelapkan tangannya.

Chan terkejut ketika pria itu menoleh ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chan terkejut ketika pria itu menoleh ke arahnya. Chan langsung terjun untuk bersembunyi di bawah sana.

"Hampir saja" gumam Chan. Pria itu pun dengan gesit berlari kembali untuk mencari sang saudara.

Ketika Chan berada di belakang rumah itu. Matanya melihat lima orang dari mereka tengah menggali tanah seperti akan mengubur sesuatu.

Mata Chan terbelakak melihat tubuh mungil yang kini diseret ke sana. Penuh darah dan sudah kaku.

"Tidak" gumam Chan berusaha menatap wajahnya. Namun dia terdiam melihat siapa itu.

"Yuan? Tidak"

Chan langsung berlari menuju ke arah mereka, masa bodoh dia akan dibunuh juga.

Dengan tangan kosong Chan menyerang mereka dengan brutal. Tenaganya kini berapi-api menyerang mereka semua. Padahal dia bukanlah tahu bela diri.

Lima orang dia kalahkan, dengan cepat dia mengendong tubuh sang adik yang kini sudah penuh darah dan terbujur kaku.

"Yuan" panggilnya sambil menepuk pipi anak itu. Air kata Chan menetes deras, dia seperti tak bisa menjaga saudara satu-satunya itu.

"Tolong bangun hiks" kata Chan. Tangan anak itu kini sudah dingin yang menandakan tak ada kehidupan darinya.

"Yuan!!!!" Teriak pria itu penuh penyesalan.









TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

MY LITTLE SECRET [BANGINHO] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang