My Little Secret : Chapter 8

475 50 18
                                    

Setelah sang ibu datang, Chan langsung pergi keluar untuk kembali melakukan tugasnya. Demam Minho masih tinggi hingga membuatnya masih lemas.

"Kenapa aku peduli?" Gumam Chan ketika sampai di depan tempat bekerjanya. Di depan sana sudah ada seorang wanita yang  sangat dia kenal. Wanita itu terlihat sangat subringah ketika bertemu dengan Chan.

"Chan" panggilnya ceria, di salah satu tangannya nampak sebuah tas kecil dari karung.

"Ada apa? Kenapa kau sangat ceria" katanya.

"Aku sangat merindukan mu, kenapa kau tak datang tadi malam?" Tanyanya. Chan membalas senyuman itu, dia lalu mengangguk pelan.

"Semuanya baik-baik saja kan?" Tanya Chan lagi sembari melepaskan pelukan si wanita. Senyuman antagonis nampak di bibir wanita itu.

"Aku sudah menemukannya" katanya. Chan menaikan salah alisnya kebingungan. Apa maksud dari semua itu?

"Ini obat penggugur kandungan, dengan sekali minum bayi itu akan lahir sebelum waktunya" jelasnya. Chan menatap botol kaca berisi cairan itu.

"Apa bisa? Tiga bulan lagi waktunya" kata Chan agak ragu. Wanita itu mengangguk sembari mengalungkan kedua tangannya di leher Chan.

"Kau ingin mengakhiri hubungan itu kan? Setelah selesai, taruh saja dia di asrama tahanan perang. Lagipula dia bukan orang negeri ini, jadi itu memang tempat untuknya" kata wanita itu. Chan pada akhirnya mengangguk setuju tanpa berpikir jernih.

Membuat pria itu menderita adalah keinginannya, sekeras apapun Chan berusaha rasa dendam membara selalu ada di dalam hatinya.









Chan memastikan semuanya aman, kini Minho sepertinya sudah pulih dari demam yang dia alami seminggu yang lalu.

"Chan apa kau bisa tinggal di rumah malam ini, ibu ada pekerjaan di rumah paman" kata wanita paruh baya itu ketika mereka duduk di meja makan. Chan menatap pria manis itu lalu mengangguk.

"Iya tentu" kata Chan. Seperti Tuhan memberikan jalan untuk dirinya.

Setelah semua aman dan sang ibu meninggalkan rumah. Chan memulai eksekusi. Pria itu menuangkan cairan ke segelas air yang ada di atas nakas samping ranjang.

Chan selama ini tahu, tiap malam sebelum tidur Minho akan minum segelas air lalu tertidur.

"Aku akan merokok sebentar di luar" katanya setelah selesai memakai pakaiannya. Minho mengangguk dan mengambil air di gelas berisi air seperti biasanya.  Chan melihat saat Minho meminum semuanya hingga kandas.

"Pastikan kau tidak menganggu ku" katanya sembari keluar kamar dan menutup pintu. Bibir Chan tersenyum miring sembari mengunci pintu dari luar sana.

Di sisi lain, Minho mulai merebahkan dirinya dan berbaring di kasur. Setelah makan malam dirinya kini merasa sangat mengantuk.

Seperti biasa dirinya mulai memejamkan mata, semakin lama dia mulai larut dalam kantuk. Namun, perlahan dia merasa tidak nyaman di perutnya.

"Kenapa tiba-tiba perut ku sakit?" Guman Minho mengusap perutnya. Semakin lama, nyeri yang dirasakan semakin bertambah hebat.

"Bukan waktunya kan?" Gumam Minho menahan sakit. Pria manis itu kini berusaha bangun mencari pertolongan. Rasanya perutnya seperti ditusuk-tusuk berulangkali dari dalam.

"Kak!! Kak Chan ahh" Teriak Minho berusaha membuka pintu. Keringat dingin nampak bercucuran dari tubuhnya saat pintu tak bisa dibuka dari dalam.

Tangan Minho berusaha menggedor pintu, berteriak meminta pertolongan.

"Ahhhhh" dia merasakan sesuatu mengalir di kakinya. Matanya terbelakak melihat darah segar keluar dari sana. Minho menangis sambil berteriak ketakutan.

"Kak Chan ahhha!! Ibu!!" Teriak Minho. Seketika tubuh Minho roboh karena tak kuat menahan sakit.

"Nghhhh ahh" dia seperti ingin mengeluarkan sesuatu. Berulangkali dia berusaha, dengan sekuat tenaga Minho melepaskan celananya.

"Ahhh ahhh ahh" dia melihat lubangnya kini mengeluarkan darah. Tapi seperti ada ingin keluar.

"Nghhh ahhh  ahhhh!!" Teriak Minho kesakitan. Dirinya tak mengerti apa yang terjadi, tapi rasa sakit itu semakin lama membuat dia gila.

"Hiks apa yang terjadi?" Dia menangis melihat keadaannya saat ini. Minho refleks membuka kedua kakinya, tangannya meremas semua yang ada di sampingnya. Sesuatu keluar, semburan darah nampak dari bawah sana.

"Hiks apa yang terjadi?" Minho tertegun melihat bayinya keluar. Bayi kecil dengan warna kulit yang sudah biru. Tak ada respon apapun darinya, Minho sangat bingung harus melakukan apa. Dia terus berusaha membangunkan bayi kecil itu, namun sia-sia.




"Minho!!" Teriak Chan dan ibunya saat melihat keadaan Minho. Wajah pria itu kini sangat pucat penuh dengan darah di tubuhnya. Napas Minho juga terengah-engah terkesan pendek.

"Apa yang terjadi?" Tanya wanita itu mendekat. Minho tak bisa bicara, dirinya kini menangis sembari menatap seorang bayi di pangkuannya.

"Ibu dia kenapa hiks" kata Minho menangis. Wanita itu syok, bayi kecil itu sudah tak bernapas dan membiru.

"Katakan apa yang terjadi?" Tanya wanita itu kini menangis. Minho pun mulai menceritakan semuanya. Di sisi lain, Chan melihat begitu banyaknya darah di sana merasa ngeri.

"Ayo kita ke tempat pengobatan" katanya.

"Bayinya lahir sebelum waktunya, berat badannya sangat kecil" kata dokter itu. Minho hanya diam saja tak menjawab sembari diobati oleh mereka.

"Untuk beberapa saat perut mu akan terasa sakit" kata sang dokter. Minho mengangguk, walaupun tak mengerti apa yang terjadi tapi dia sangat sedih saat bayinya harus meninggal. Padahal hanya dia yang menemani Minho tiap saat jika sang ibu tidak ada.

"Ini obatnya, dalam beberapa minggu semuanya akan kembali" katanya. Chan kini menggendong Minho turun dari tempat periksa.



Minho kini memeluk kedua kakinya, dirinya kini masih terpukul. Semuanya benar-benar berlalu dengan cepat. Suara pertengkaran juga terdengar dari luar sana. Di mana mertuanya dan Chan bertengkar.

"Ini semua karena kau ceroboh, kenapa kau meninggalkan Minho sendirian?"

"Aku juga punya tugas lain ibu"

"Aisss kenapa kau tak punya hati nurani, dia istri mu" kata wanita itu. Chan meremas kedua tangannya emosi.

"Aku tak pernah menganggapnya begitu, dia hanya pembunuhan adik ku" Teriak Chan.

"Chan!!" Tiba-tiba tamparan mengenai pipi Chan.

"Sudah cukup, aku tak ingin membahas ini. Semuanya memang terjadi karena dia memang pembawa sial. Sesuai kesepakatan kita, aku akan menaruh anak itu di asrama penjajah. Biarkan dia di sana dengan kaumnya" kata Chan.

"Tega kau! Dia baru saja melahirkan, di sana tempat yang sangat mengerikan" kata wanita itu menangis.

"Ibu tolong, berhenti. Dia sama sekali tak memiliki hubungan darah dengan kita, jadi biarkan dia tinggal di sana" kata Chan.

"Tidak!!" Teriak wanita itu emosi. Tiba-tiba seseorang muncul di tengan kedua pertengkaran ibu dan anak itu.

"Ibu biarkan aku pergi" kata Minho tiba-tiba berdiri di depan mereka.











TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

MY LITTLE SECRET [BANGINHO] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang