My Little Secret : Chapter 6

461 55 3
                                    

Hembusan udara hutan membuat rambut Lino bergerak. Sepanjang perjalanan dia merasa aneh. Setiap orang yang lewat menatapnya lekat. Hal itu membuat dirinya merasa tidak percaya diri.

"Lino kenapa?" Tanya ibu Chan, pria manis itu menggeleng pelan. Wajahnya masih pucat sama seperti sebelumnya.

"Tidak ada ibu" jawab si manis sembari tersenyum. Wanita itu lalu memegang tangan mungilnya kemudian membawanya menuju ke ladang yang ada di tengah hutan.

Tak seperti biasanya, Lino kini mudah sekali lelah. Padahal baru memetik beberapa semangka tapi pinggangnya sudah sakit.

"Kau berkeringat nak" gumam wanita itu sembari mengusap dahinya. Lino mengambil air kemudian meneguknya hingga kandas. Seperti energi yang dimiliki olehnya sudah habis.

"Kau pulang saja ya, sepertinya kau sakit lagi" ujarnya cemas. Lino langsung menggeleng, perasaan takut datang ketika mengingat apa yang selalu terjadi padanya.

Jika Chan ada di rumah, mungkin dia akan melakukan itu lagi dan lagi sampai ibu mereka datang.

"Aku baik-baik saja" kata si manis lalu bangun mengambil sebuah keranjang. Wanita itu menatap dirinya, seperti ada yang berbeda dari Lino.

"Ibu Bang" panggil seseorang dari kejauhan. Wanita itu pun menoleh dan menatap si pemanggil. Seorang ibu-ibu lengkap dengan pakaian bertani melambai ke arahnya.

"Lino ada teman ibu, kau diam di sini ya" katanya dengan semangat. Si manis mengangguk lalu wanita itu berlari pergi meninggalkan dirinya.

"Kau sangat cepat panen" kata wanita itu. Ibu Chan tersenyum dan mengangguk, dia pun membawa sebuah semangka segar untuk sang teman.

"Wah terima kasih banyak" jawabnya. Wanita paruh baya itu tersenyum pelan dan mengangguk.

"Itu pria berambut cokelat yang kau ceritakan?" Tanya wanita itu yang melihat Lino di sana.

"Iya aku mengasuhnya kasihan dia" katanya kemudian. Wanita itu pun menoleh ke arah ibu Chan dengan tatapan aneh nan mencurigakan.

"Apa kau menikahkan dia dengan anak mu?" Tanyanya. Ibu Chan menggeleng kebingungan.

"Tidak, kenapa?" Tanya wanita itu.

"Jika aku tidak salah lihat, sepertinya dia tengah hamil" katanya. Mendengar itu membuat wanita itu terkejut.

"Apa maksud mu? Dia baik-baik saja" katanya.

"Orang-orang yang sempat melihat anak itu mengatakan hal yang sama, apa kau tidak sadar dengan perutnya yang buncit itu?" Tanyanya. Wanita itu terdiam, tapi memang benar dia merasa aneh juga. Proporsi tubuh Minho nampak agak berbeda dari pertama kali mereka bertemu.

"Tidak, sepertinya kalian salah. Aku Setiap waktu bersama Lino, dia tak pernah bertemu dengan pria lain apalagi melakukan itu" katanya. Wanita itu hanya bisa mengangguk saja, entah apa yang sebenarnya terjadi.



_____

Karena obrolannya tadi membuat Ibu Chan menjadi tidak tenang. Ketika berjalan menuju ke rumah dia terus menatap ke arah Lino.

"Ibu boleh aku makan saat sampai?" Tanya si manis. Wanita itu tersenyum lalu mengangguk sembari mengusap rambut cokelat indah miliknya.

Lino benar-benar makan sangat lahap, sejak sampai wanita itu tak pernah melepaskan pandangannya. Pikirannya seperti buyar sekarang.

"Lino apa kau punya teman pria sekarang?" Tanyanya tiba-tiba. Lino terkejut namun dia langsung menggelengkan kepalanya.

"Lino maaf sebelumnya, tapi aku sangat penasaran dengan apa yang orang-orang katakan di luar sana" gumamnya sembari bangun dan duduk di samping Lino.

Lino tiba-tiba menunduk, apalagi saat wanita itu memegang perutnya. Seketika matanya berkaca-kaca.

"Ternyata benar" gumam wanita itu menatap mata berair dan kecewa. Lino meremas ujung baju sang ibu asuh.

"Ibu" panggilnya dengan mata berair. Wanita itu pun juga ikut menangis. Siapa yang tega melakukan ini pada pria polos seperti dirinya. Lino masih kecil, dia baru 15 tahun.

"Katakan siapa yang melakukan ini pada mu" katanya. Lino diam tak berani mengatakan apapun. Tapi sepertinya saat ini dia tak bisa sembunyikan lagi, perutnya sudah membesar dan kadang dia merasakan gerakan aneh di dalam sana.


Suara keributan terdengar dari kamar tempat Lino diam saat itu. Perasaan takut dan sedih bercampur aduk. Dirinya sangat takut dengan apa yang akan terjadi setelah ini.

Karena terus ditekan oleh wanita itu membuat Lino mengatakan semuanya. Bahwa semua ini karena Bang Chan, kakak angkatnya. Jujur Lino bingung, di usianya yang sangat belia ini dia sudah menanggung beratnya kehidupan.

"Tidak!! Aku tidak sudi" Teriak Chan membuat Lino terkejut. Pria manis itu kini memberanikan dirinya untuk mengintip di jendela.

"Kau harus bertanggung jawab, kasian Lino" kata wanita itu. Lino kembali menyingkir dan duduk di kasur. Dia takut, sangat takut. Selama hidupnya dia sangat jarang mendapatkan perkataan kasar dan kekerasan fisik.

Tapi saat bertemu dengan Chan, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat.


🔞

Lino meringis saat Chan menubrukan tubuhnya dengan kasar ke tembok. Ini sudah kesekian kalinya dia melakukan ini.

"Kak aku tidak bermaksud" kata Lino berusaha menjelaskan apa yang terjadi. Chan yang sudah kalut kini merenas rambut Lino dengan kasar.

"Jangan harap kau akan bahagia" kata Chan tiba-tiba. Minho yang sudah penuh air mata hanya bisa tersengal-sengal dan tubuh bergetar hebat.

"Nghhhhh" Lino kini dihantamkan kembali ke tembok. Tubuhnya berusaha menjauh dari sana. Celananya kini diturunkan dari belakang hingga terlepas.

"Nghhhh nghhhh nghhhh"

Lino berusaha bergerak saat sebuah benda masuk ke analnya. Benda besar berubar yang membuat dirinya mengandung bayi.

"Kau suka kan? Aku tahu" kata Chan sembari menekan tubuh Lino hingga menempel di tembok. Lino terengah-engah sembari menahan desahan di bibirnya. Rasanya sakit dan sangat tak nyaman. Perutnya juga terasa mual karena dirinya ditekan seperti itu.

"Kak ahhh aku ingin muntah" kata Minho. Chan kini menarik tubuh Minho ke pelukannya. Tangan Chan kini masuk ke pakaian Lino dan menggerayangi tubuh bagian depan pria itu.

"Ahhh ahh kak" dia merasa geli saat Chan menekan putingnya dengan keras dan memainkan tempat itu.

"Kau mau apa lagi?" Tanya Chan. Lino terbelakak ketika pria itu semakin menghentakan miliknya lebih dalam. Tubuh Lino berkeringat dan memanas. Semakin lama gerakan Chan semakin brutal.

"Ahh ahh ahh" Lino terengah-engah saat Chan melepaskan tubuhnya hingga jatuh ke lantai. Setelah memakainya, Chan pergi keluar dari sana meninggalkan pria manis itu.





Akhirnya Chan menikahi Lino, walaupun terpaksa mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih.

"Mulai sekarang nama mu adalah Minho, bukan Lino lagi" kata Chan saat proses di lakukan. Lino hanya mengangguk saja, tak memiliki daya untuk menolak atau menyangkal.

Di sisi lain, seorang wanita berdiri di belakang sana melihat semua acara dilaksanakan. Chan tiba-tiba menatapnya dengan sebuah senyuman.

"Minho kenapa masih menangis?" Suara lembut itu membuat si manis menoleh. Rupanya itu adalah ibu mertuanya. Minho menggeleng dan tersenyum.

"Aku hanya sedikit mual ibu" katanya. Wanita itu kini duduk di samping Minho sembari mengusap tengkuk sang menantu yang sempat dirinya asuh.

"Di awal kehamilan memang begitu, ibu juga merasakan hal yang sama dulu" katanya berusaha memberikan Minho semangat.









TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

MY LITTLE SECRET [BANGINHO] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang