"Lino" panggilnya dengan lembut membuat pria manis itu menoleh pelan. Tangannya masih basah karena tadi dia membantu untuk mencuci piring kotor.
"Iya nyonya?" Tanyanya dengan lembut. Wanita itu tersenyum dengan aura keibuannya lalu mendekat ke arah si manis berambut cokelat.
"Sudah ku katakan kan? Jangan panggil nyonya" katanya. Lino menunduk, lalu dia mengangguk perlahan.
"Baik ibu" panggil Lino canggung. Dia pun menyodorkan makanan pada Lino. Sepiring bubur hangat dan segelas air.
"Tolong bawa ke kamar Kak Chan ya, semalam dia mabuk berat" katanya. Lino agak terkejut, jujur dirinya masih takut dengan pria itu.
"Iya ibu" jawabnya sambil menunduk. Pria manis itu pun membalikan badannya dan berjalan menuju kamar Chan.
Mata Lino berusaha mengintip di balik pintu yang agak terbuka. Nampak seorang pria kini berbaring di kasur dengan lelap. Lino melangkah masuk ke dalam dengan perlahan sembari membawa makanan di tangannya.
Tanpa mengatakan apapun, dia menaruh semuanya di atas nakas lalu langsung berlari keluar dari sana.
"Apa masakannya enak?" Tanya wanita itu ketika mereka kini makan bersama. Lino makan dengan lahap, sejak wanita itu menyelamatkannya dia terus makan enak. Walaupun sederhana tapi dirinya sangat menikmati.
"Iya ibu" jawab si manis. Wanita itu pun tersenyum melihat Minho. Wajahnya cantik dan matanya besar. Dari pikirannya dia sudah tahu dari mana anak ini berasal.
"Apa ibu tidak membenci aku?" Tiba-tiba bibir mungil itu bertanya. Wanita itu langsung terkejut dan seperti bisa membaca pikirannya.
"Tidak" Jawabnya sambil tersenyum pelan. Lino tiba-tiba tersenyum dan mengangguk. Saat dia akan kembali makan, tiba-tiba seseorang menarik dirinya dari belakang membuat Lino jatuh ke lantai.
"Kenapa ibu memberikan sampah ini makanan?" Tanya pria itu dengan nada tinggi. Mata Lino berkaca-kaca karena sup panas itu tak sengaja ikut tumpah di bajunya.
"Chan kenapa kau sangat kasar?" Teriak sang ibu angkat bicara sembari membantu Lino bangkit. Chan nampak sangat kesetanan mengambil makanan yang ada di atas meja dan membuangnya ke arah Lino.
"Ini makan semuanya, kau sama rakusnya dengan ayah mu" katanya. Lino di sana sudah menangis ketakutan. Melihat itu sang ibu bangun bersama Lino.
"Sudah cukup Chan, dia masih polos dan lugu. Jadi jangan libatkan dia" katanya. Pria itu lalu mendengus kesal dan menarik tangan sang ibu pergi dari sana.
_____
Tangan mungil itu kini digenggam kuat oleh wanita paruh baya yang dia panggil ibu. Lino menatap ke sekeliling, suasana sangat indah ternyata jika ditelusuri lebih dalam.
"Ibu kita akan ke mana?" Tanya si manis pada wanita itu.
"Ke sungai, air di rumah sudah habis jadi kita akan mengambil beberapa kendi" katanya. Lino pun mengangguk, dirinya kini menghirup segarnya udara. Membuat hatinya tenang dan sejuk.
Beberapa orang kini juga menyapa dirinya. Namun melihat Lino mereka agak kaget dan terkejut. Fisik Lino seperti berbeda dan mencolok karena itulah dia menjadi pusat perhatian.
Di sisi lain, Chan kini sudah diberikan gelar kehormatan sebagai seorang pahlawan desa. Karena kerja kerasnya memimpin para pemuda desa melawan penjajahan.
"Chan! Selamat ya" Suara lembut itu terdengar ketika Chan kini mengobrol dengan teman-temannya. Nampak seorang wanita mendekat ke arahnya. Rambutnya panjang dan wajahnya juga cantik.
"Yungi apa yang kau lakukan di sini" gumam Chan. Beberapa orang di sana nampak menatap pria itu dengan tertawa.
"Chan peperangan sudah berakhir, sebaiknya kau ajak pacar mu pergi bersenang-senang" gumam salah satu orang diantara mereka. Chan diam dan memeluk wanita itu. Karena sibuk, mereka jadi tak pernah menghabiskan waktu bersama.
"Ayo kita jalan-jalan" ujar Chan sembari menggenggam tangan wanita itu dengan erat. Keduanya pun pergi dari kerumunan pria muda tersebut.
Keduanya menghabiskan waktu bersama, mulai dari jalan-jalan ke hutan sampai berbelanja ke pasar. Tak terasa hari mulai sore membuat pasangan muda itu sekian harus berpisah.
"Aku akan mengantar mu pulang ya" kata Chan sembari mengusap rambut hitam legam panjang milik sang kekasih. Wanita itu terlihat cemberut dan sedih.
"Aku masih ingin bersama dengan mu" gumamnya. Chan memeluk wanita itu dengan sayang. Sembari mengobati rasa rindunya.
"Apa boleh aku pergi ke rumah mu?" Tiba-tiba Yungi mendongkakan kepalanya menatap sang kekasih.
____
"Yungi?" Tanya seorang wanita ketika mereka masuk ke dalam rumah. Si cantik pun berlari dan memeluk wanita paruh baya yang akan menjadi calon mertua kelak. Di belakang mereka kini ada Chan yang tersenyum.
"Kau semakin cantik nak" puji ibu Chan.
"Tentu saja" kata pria Bang itu yang kini duduk di kursi kayu ruang tamu. Tiba-tiba sesosok pria manis keluar dari dapur dan menatap mereka.
"Rambut cokelat? Dia.." Tiba-tiba Yungi menunjuk ke arah Lino. Pria manis itu menunduk sembari meremas jemarinya takut. Entah siapa wanita asing ini.
"Ini Lino" kata sang ibu memperkenalkan pria campuran itu.
"Ohh ya, dia cantik" kata wanita itu tiba-tiba dengan tatapan tajam ke arah si manis.
"Lino apa kau tidak mengantuk?" Tanya wanita itu ketika semua kacang tanah sudah dikupas dari kulitnya. Lino nampak menggeleng pelan sembari membereskan sampah-sampah kulit kacang.
"Ibu tidurlah, kita lanjutkan besok saja ya" katanya Lino penuh perhatian. Wanita itu mengangguk, kegiatan mereka dari pagi memang sangat padat.
"Ibu masuk saja, aku yang akan membersihkannya" kata si manis. Wanita itu menguap beberapa kali dan mengangguk berjalan meninggalkan dapur menyisakan Lino seorang.
"Setelah itu kau tidur ya nak" gumamnya saat sampai di depan kamar. Pria manis itu kini mengambil sapu dan membersihkan semuanya. Malam itu benar-benar sangat sunyi, hanya suara jangkrik yang terdengar dari luar rumah.
"Kreettt"
Suara itu membuat Lino terkejut, dia meneguk salivanya saat melihat Chan masuk ke dalam rumah. Lino pun menuduk tanpa mengatakan sepatah kata apapun pada Chan.
Pria itu kini berjalan ke dapur melalui dirinya. Hanya mereka berdua, membuat Lino menjadi semakin takut. Dia dengan cepat berusaha melarikan diri.
Saking paniknya sampai membuat tubuh Lino tak sengaja menyenggol gelas yang ada di atas nakas hingga jatuh ke lantai.
"Astaga!!" suara keras itu membuat dirinya terkejut. Dia pun langsung menjongkok dan membereskannya. Tiba-tiba Lino mengerang kesakitan saat rambutnya ditarik dari belakang.
"Kau seperti ingin menghancurkan rumah ini" kata Chan dengan kasar. Lino menggeleng memohon ampun, tapi melihat itu Chan semakin naik pitam.
"Sampah seperti mu harus diberikan pelajaran" katanya sambil menarik tangan Lino pergi ke sebuah ruangan.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE SECRET [BANGINHO] ✔️
FanfictionSebelum baca wajib follow akun author !!! Sebuah rahasia yang disimpan oleh Bang Chan. Seorang pria pribumi yang memiliki dendam yang kuat kepada para penjajah karena kematian sang adik. Suatu hari, dia menyelinap ke rumah salah satu penjajah yang s...