Nanon baru saja terbangun dari tidurnya hari ini ia bersiap untuk datang ke kampus menjalani pekerjaannya sebagai Rektor Kampus.
Nanon baru saja tiba di kantor dengan Lookjun yang memberikan beberapa dokumen yang akan di tanda tangani.
"Tuan, kemungkinan akan ada Wakil Rektor yang akan menemani Tuan Nanon disini." Cetus Lookjun yang membuat Nanon mengernyitkan dahinya sambil menoleh kearah Lookjun.
"Siapa orangnya? Apakah ayahku kenal dengannya?" Tanya Nanon yang hanya di jawab senyuman oleh Lookjun sambil menjawab. "Sebentar lagi ia akan tiba disini, Tuan."
"Baiklah. Kau bisa kembali bekerja ke ruanganmu, Lookjun." Seru Nanon yang membuat Lookjun meninggalkannya sendiri di ruang kerjanya kemudian tak lama kemudian pintu ruangannya terketuk.
"Masuk." Teriak Nanon sambil mengecek dokumen yang di berikan oleh Lookjun kepadanya tadi.
Tak lama datang seorang wanita berpakaian seragam kantor masuk ke dalam ruangan Nanon yang membuat dirinya terkejut dengan keberadaan wanita tersebut. "Selamat pagi, Tuan Kirdpan."
"I--ibu." Cetus Nanon beranjak dari posisi duduknya kemudian kini memasang wajah penuh kebencian kepada wanita di hadapannya sambil berkata. "Mau apa kau kesini? Kalau kau kesini hanya untuk merusak kebahagiaanku lebih baik pergi dari sini."
"Kamu makin kasar ya. Sepertinya Khunakorn mengajarkanmu hal yang tak baik selama ini." Katanya sambil berjalan mengelilingi ruang kerja Nanon.
"Tidak usah menyebut dirinya tak baik. Setidaknya ia tidak meninggalkanku seperti dirimu yang hanya mengincar kekayaan demi cinta katanya. Naif." Ketus Nanon membuat wanita di hadapannya terkekeh.
"Bukankah dirinya sama saja denganku? Dan yang lebih parah lagi dia selingkuh dengan ibu dari kekasihmu, lebih menyakitkan mana berselingkuh dengan orang lain atau dengan orang terdekat sudah pasti orang terdekat bukan?" Tatap wanita itu remeh sambil mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakannya dengan pemantik api dan mengepulkan asap rokok itu keatas.
Nanon mengepalkan kedua tangannya menahan kesal hingga tak lama kemudian ia kembali bertanya kehadapan wanita di hadapannya. "Butuh nominal berapa kau datang kesini? Bukankah suamimu kaya raya dan bisa membuat dirimu bahagia?"
"Brengsek."
"Kenapa? Saya salah bicara seperti ini kepada anda? Kalau saya boleh memilih lebih baik saya mati dan tidak perlu di lahirkan oleh anda. Anda kesini mengincar harta warisan bukan? Disini tak ada pembagian harta warisan." Dingin Nanon kepada wanita di hadapannya.
Tanpa berkata apapun wanita paruh baya itu pun keluar dari ruangan Nanon dengan wajah kesal membuat Lookjun yang baru saja keluar dari ruangannya terkejut kemudian ia masuk ke dalam ruangan Nanon sambil bertanya. "Tuan--"
"Lain kali jangan ajak orang asing kesini." Dingin Nanon dengan matanya yang menatap kearah komputer lalu kini menoleh kearah Lookjun yang berdiri di depan pintu dengan berkata lagi. "Mengerti kan Lookjun?"
Lookjun hanya menganggukkan kepala sambil pamit keluar dari ruang kerja Nanon. Gadis itu pun kembali lagi ke ruangannya untuk bekerja sedangkan Nanon kini menempelkan kepalanya kearah kursi kerjanya sambil memijat pelipisnya ia pun memukul-mukulkan tangannya kearah meja kerjanya tanda kesal.
Bright yang baru saja hendak masuk ke dalam kampus terkejut dengan keberadaan Nyonya Jane May, mantan istri Tuan Khunakorn sekaligus ibunya Nanon yang datang tanpa di undang ke kampus tersebut hingga mereka pun berpapasan. "Bright Vacchirawit? Kau sedang apa disini?"
"Kebetulan saya bodyguard Tuan muda, Nyonya." Sopan Bright membuat wanita tersebut menganggukkan kepala sambil berkata. "Selama bertahun-tahun kau bekerja dengan keluarga ini hanya menjadi seorang kacung. Apakah kau tidak lelah?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BEETHOVEN
FanfictionDua hati yang telah terkubur selama bertahun-tahun perlahan kembali terbuka ketika di hadapkan dalam sebuah situasi yang tak terduga. Memunculkan kembali memori-memori terdahulu yang memang sudah di pastikan takkan terbuka lagi. Ohm Pawat seorang c...