Arcane adalah orang-orang yang memiliki kemampuan mistis. Lebih sederhananya, mereka tetaplah manusia, tetapi dengan bakat unik untuk memanipulasi hukum fisika.
Arcane sudah cukup lama menjadi topik diskusi, bahkan sejak awal kemudian mereka. Di Republik Shanan, hidup harmonis antara manusia dengan Arcane adalah aspek dasar kehidupan. Makannya, pembelajaran tentang hidup dalam perbedaan ini sudah diajarkan sejak dini, sejak sekolah dasar. Namun, kebanyakan masih melihat mereka seperti organisme yang berbeda.
Itulah kenapa Theodore Morgan tidak pernah memperlihatkan kalau dia memiliki kekuatan, kecuali dalam keadaan genting. Dia hanya ingin hidup sebagai remaja normal, seperti yang lain. Jauh dari kekuatan gaib, kekuatan supernatural, atau manipulasi hukum fisika.
"Prinsip kuno itu tidak akan membuatmu bertahan," Val bercelatuk, membuat Theo memelototinya tajam.
"Apa maksudmu?"
"Aku tidak akan menggunakan kekuatanku, kecuali dunia membutuhkan. Bah, itu prinsip orang-orang abad 20 sebelum bencana menghantam mereka seperti truk yang oleng. Kau tidak akan bertahan di masa kini."
Theo memicingkan matanya, sedikit kesal. "Kenyataannya, aku hidup selama lima belas tahun ini dengan memegang kuat prinsip kuno itu."
"Ya, dan lihat apa hasilnya."
Mata Val bergulir ke arah plester dan kulit membiru yang tampak di wajah Theo. Itu adalah simpulan dari kejadian kemarin. Sekelompok berandalan tiba-tiba datang ke Desa Herike—desa tempat Theo tinggal, lalu mulai berbuat onar. Mereka bahkan memalak anak-anak sekitar hingga Theo jengkel. Dia menghadapi mereka kemarin, tanpa ampun seperti julukannya, "Theo si Anjing Hitam". Enam lawan satu, empat orang adalah arcane. Dia kesulitan, tapi dia bisa menang.
"Setidaknya aku terlihat sedikit lebih liar," celetuk Theo sambil menyeringai seram.
"Lebih liar, kah? Aku malah mendengar kalau kau hampir mati kemarin."
"Tidak, itu hanya rumor bodoh, bukan masalah besar," Tegas Theo, lalu melanjutkan. "Preman kurus itu menggunakan etre jenis serangan cahaya ketika aku berbalik. Jelas tidak berhasil, malah tangannya sendiri yang terbakar."
"HAHAHAH!!!!!!" Val tergelak mendengar penjelasan Theo, "tentu saja, betapa bodohnya mereka. Siapa yang bisa menyerangmu? Theo Si Pemantul."
"Kau benar-benar punya seberkas ingatan dari saat kita SD, huh?"
Theo, sebagai arcane, memiliki kemampuan. Kemampuan spesialnya ini dia dapat ketika kelas empat SD, yang membuat seisi kelas gempar karena konsepnya yang unik.
Jika ada serangan, baik fisik maupun magis yang diarahkan padanya, selama dia bisa menyentuh serangan itu, maka dia bisa memantulkannya seperti cermin memantulkan cahaya.
Kemampuannya bukanlah kemampuan yang kuat, tapi dapat diandalkan. Didukung juga dengan dirinya yang memang jago berkelahi jalanan dan punya otak yang encer. Meski begitu, seperti yang dia katakan, sangat jarang baginya menggunakan kemampuannya. Hanya jika lawan menyerang menggunakan kemampuan mereka juga, Theo tidak akan mulai menggunakan pemantul.
"Tapi, jujur saja, aku masih berpikir kalau prinsipmu itu agak bermasalah," ujar Val, melanjutkan.
"Seperti?"
"Risiko yang kau terima tak sebanding dengan prinsip yang kau pegang. Bagaimana jika orang lain punya senjata seperti pistol?"
"Tidak akan terjadi, negara ini tidak melegalkan kepemilikan senjata api tanpa izin untuk warga sipil."
"Lalu bagaimana jika musuh menggunakan taktik licik, seperti—"
"Itu tidak akan terjadi." Theo memotong kata-kata Val. "Itulah kenapa aku tidak mau menggunakannya terlalu sering. Semakin banyak yang tahu tentang ini, semakin tinggi risiko yang aku dapat. Berandalan-berandalan itu akan mulai menggunakan arcane untuk sekadar menyerangku karena mereka sadar aku terlalu kuat. Masalahnya akan jadi lebih besar. Dengan membuat mereka berpikir kalau aku cuma siswa SMP biasa, sebetulnya aku juga menurunkan risiko munculnya lebih banyak masalah di masa depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Wolves
FantasyArcane adalah manusia, hanya saja diberkahi kekuatan supernatural untuk melakukan berbagai hal di luar nalar-menyalahi hukum fisika. Theodore Morgan adalah seorang arcane, yang mana sangat dia sesali. Orang-orang menyebutnya aneh, tapi itulah dia. D...