Satu jam berlalu sejak dimulainya ujian masuk khusus undangan, Louis kembali ke Hutan Pelatihan Leonia. Mobil diparkirkan di gedung yang sama, di posisi yang sama. Louis dan Rafi juga berjalan menyusuri trotoar yang sama, menaiki tanjakan yang sama, dan sampai di titik awal ujian yang sama seperti awal.
Semuanya sama, kecuali sekarang terdapat kubah transparan raksasa yang menutup seluruh wilayah hutan hingga batas luarnya, juga para guru yang kini duduk di bangku yang disediakan panitia, sibuk mengerjakan laporan wajib perseorangan.
"Halo, Bu Sophia. Anda masih menunggu di sini?" Sapa Louis begitu sampai di sana.
Sophie Greene menoleh, kemudian memasang senyum ramah begitu melihat Louis dan Rafi yang menghampirinya. "Oh, halo. Kalian... kelas dua?"
"Oh, maaf belum memperkenalkan diri," Louis memasang sikap sopannya, lalu menunduk sedikit. "Saya Louis Eliana Doyle, kelas dua. Di sebelah saya adalah teman saya..."
Rafi juga memasang sikap yang sama. "Claus Nala Raferty, kelas dua yang sama seperti Louis. Salam kenal."
Setelah mereka mengangkat kepala mereka lagi, Bu Sophia baru mulai berbicara.
"Salam kenal. Mungkin kalian sudah tahu. Saya Sophia Greene, di sebelah saya adalah Pak Philip Emmett dan Pak Erik Lucas." Kedua pria itu menundukkan kepala sejenak saat Bu Sophia memperkenalkan mereka. "Lalu, apakah ada sesuatu?"
Louis segera mengangkat kedua tangan sedada. "Oh, bukan sesuatu yang penting!" Katanya, lalu melanjutkan, "kami diminta oleh Sina Frisch, teman sekelas kami yang juga merupakan anggota Majalah Leonia, untuk bertanya-tanya mengenai ujian sekarang."
"Oh, tentu boleh!" Bu Sophia menjawab berseri-seri. "Apa yang ingin kalian tanyakan?"
Louis membuka tasnya. Oleh tangannya diambil sebuah buku memo kecil dan pulpen, sementara Rafi mengeluarkan ponsel untuk merekam.
"Baiklah, pertama, bisakah ibu jelaskan peran dan tugas ibu sebagai panitia ujian?"
Bu Sophia menjawab ramah. "Saya dan dua orang rekan saya berperan sebagai panitia pelaksana ujian. Tugas utama kami adalah memulai ujian masuk khusus peserta undangan, menjaga agar ujian tetap kondusif, dan membuat laporan atas hasil akhir ujian. Penilaian dari ujian sendiri akan dilakukan otomatis selama ujian berlangsung. Siapa pun yang berhasil mendapatkan objek yang diminta, dia akan lulus."
Selesai mencatat, Louis melemparkan pertanyaan lagi.
"Bagaimana dengan penilaian otomatis yang disinggung?"
"Sistem penilaian ini bergabung dengan sistem ujiannya sendiri. Ujian dilaksanakan di Hutan Pelatihan Leonia dengan peraturan yang sudah ditentukan dari rapat awal. Beberapa peraturan tidak mungkin atau sulit dijalankan di dunia nyata, sehingga kami menggunakan Divine Realm Tuan Emmett untuk mengakalinya."
"Divine Realm?"
"Kalian tahu teknik itu, bukan? Bentuk tersulit dari teknik tersulit dalam penguasaan etre. Penciptaan semesta terbatas yang terpisah dari dunia nyata dengan memenuhi persyaratan tertentu. Wujudnya disesuaikan dengan etre awal pengguna, juga manipulasi bebas dalam semesta yang diciptakan. Tuan Emmett di sini, memiliki Divine Realm di mana dia bisa menciptakan kubah yang memisahkan dunia luar dengan dunia dalam kubah. Dia bisa bebas memanipulasi isi kubah, termasuk menambahkan aturan tertentu atau menciptakan makhluk tertentu. Penambahan hukuman pun bisa dilakukan bebas, yang mana dalam ujian ini, ditentukan siapa pun yang melanggar aturan akan langsung dikeluarkan dari kubah."
"Begitu. Aku mengerti. Panitia memanfaatkan Divine Realm khusus yang bisa dimanipulasi sesuka hati untuk menambahkan aturan-aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan begitu, pengawasan pun akan lebih ringan karena sistem dunia dalam kubah akan mengeluarkan otomatis mereka yang melanggar aturan. Penilaian juga lebih mudah secara dalam aturannya, mereka yang berhasil menemukan objek akan dikeluarkan dari kubah beserta objek yang mereka dapat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Wolves
FantasyArcane adalah manusia, hanya saja diberkahi kekuatan supernatural untuk melakukan berbagai hal di luar nalar-menyalahi hukum fisika. Theodore Morgan adalah seorang arcane, yang mana sangat dia sesali. Orang-orang menyebutnya aneh, tapi itulah dia. D...