#21 - Ujian Masuk Leonia: Final (2)

9 5 0
                                    

Sophia Greene sudah mengatakan kalau di dalam ujian masuk khusus peserta undangan akan ada musuh yang menanti peserta.

Theo awalnya tidak terlalu memperhatikan. Jika ada musuh, dia bisa menghindarinya. Syarat utama ujian adalah mendapatkan objek yang ditentukan dalam kurun waktu empat jam, dengan petunjuk berupa teka-teki yang disediakan, bukan mengalahkan musuh tertentu untuk mendapat poin tertentu.

Tapi bagaimana jadinya, bagaimana jika salah satu syarat untuk memperoleh objek itu adalah dengan mengalahkan lawan tertentu?

Ketika melihat makhluk itu berdiri di depan dengan tinggi dan besarnya yang di luar kata "biasa", Theo merasakan bulu kuduknya berdiri.

"Sial, dia lagi....."

Hanya sekejap setelah Theo menggerutu, makhluk-makhluk itu terlepas, berlari menyerang kedua peserta yang masih terkejut membatu. Tris tak melepaskan pandangan, tak menurunkan kewaspadaan, tapi dia juga bingung bagaimana cara menghadapi mereka.

"Theo, apa rencananya?"

Tapi berbeda dengan Tris, Theo malah lebih tergemap. Pikirannya penuh oleh bagaimana cara mengalahkan dua makhluk buas itu hingga dia tak sadar akan keadaan sekitar. Tubuhnya beberapa kali diguncangkan oleh Tris, tapi dia tetap tak bergeming. Hingga ketika dua makhluk buas itu sudah sangat dekat, Tris tak memiliki pilihan. Dia dekap erat dada Theo. Petir biru menyala di kakinya, yang mana membawa mereka bergerak secepat kilat menghindari serangan kedua makhluk itu.

Kesadaran Theo kembali setelah Tris membawanya bersembunyi di balik sebuah rumah. Dia masih terbelalak, napasnya terengah-engah, keringat dingin bercucuran, dia celingukan seolah lupa dirinya ada di mana. Matanya lalu bergulir, melihat gadis yang tengah berdiri dengan mata emas memelototinya tajam.

"Tris?"

Tris mengangkat tangannya tinggi, begitu tinggi hingga menghalangi matahari yang menyorot langsung muka Theo. Telapak tangan lalu meluncur, diayunkan keras menjadi tamparan yang terdengar menggema ke sepenjuru desa, membuat Theo semakin ternganga kebingungan.

"Oh, sepertinya ada yang bertengkar," ujar Mira setelah mendengar gema tamparan itu. "Dekati mereka, tapi biarkan mereka berbicara," suruh Mira, diikuti oleh hewan manipulasinya yang mendekati asal suara dengan berjalan pelan.

Theo, di sisi lain, kembali menatap Tris yang tampak jengkel. Kerah pemuda itu ditarik kuat hingga tubuhnya terangkat dari tanah.

"SADAR, BODOH. KITA DI TENGAH PERTARUNGAN!!!!!!!!!!!"

Jeritan keras Tris langsung menusuk telinga Theo seperti sengatan lebah. Kerahnya dilepaskan kembali. Theo membuka rahangnya beberapa kali ketika merasa telinganya berdengung. Dia lirik Tris, ekspresinya belum berubah.

"Kau pintar, Theo, lebih pintar dari yang aku bayangkan," Tris mulai berkata-kata, "tapi itulah yang menjadi kelemahanmu. Inilah kenapa terlalu pintar itu kadang menyebalkan. Kau tidak melakukan apa-apa, kau mencoba menghitung segala kemungkinan dulu sebelum bertindak. Kau langsung mencari cara bagaimana untuk selamat sekaligus mengalahkan beruang itu. Kenapa tidak satu-satu? Cari cara untuk selamat, baru kalahkan mereka. Bukankah itu lebih sederhana?"

Theo menatapnya, lalu memalingkan muka. Dia tahu dirinya salah, tapi dia tidak bisa menemukan cara. "Mereka berbeda, Tris. Mereka hewan buas, aku tidak bisa menebak alur serangan mereka. Jika itu manusia, aku bisa menemukan cara, tapi jika hewan-hewan itu...."

"Maka biar aku saja yang melawan, kau rebut objek yang kita cari dari si gadis ular, bagaimana?"

Theo—yang seketika dibuat menarik napas—langsung menoleh menatap Tris.

"TIDAK, ITU IDE BURUK!!!!" Dia ingin melanjutkan, tapi kerahnya langsung ditarik lagi oleh Tris.

"Maka bangunlah. Kita datang ke tempat ini bersama, melawan para penyerang itu bersama. Kau sudah membuatku maju sejauh ini, tidak lucu kalau kau yang malah duluan menyerah," ujar Tris dengan suara tegas dan dingin. Dia melepaskan lagi kerah Theo. Kali ini, Theo berdiri kembali seperti biasa. "Aku punya satu usul: pergilah kau ke tempat tinggi, akan aku tahan monster-monster itu paling lama sekitar tiga menit. Selama tiga menit itu, carilah kelemahan mereka, pola serangan mereka, lalu rencanakan alur serangan balik. Dengan begitu kita akan menang, bagaimana?"

Midnight WolvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang