#12 - Ujian Masuk Leonia: Kilau (1)

10 6 0
                                    

Venneri, nama yang tidak asing lagi di telinga orang-orang, terutama bagi mereka penggemar teknologi.

Nama Venneri sudah sejak lama terkenal, bahkan sejak sebelum perang dimulai. Mereka adalah pionir kemajuan teknologi dunia dengan memelopori penciptaan teknologi kecerdasan buatan interaktif. Segala pujian dan kontroversi telah mereka dapatkan, terutama pada kabar burung kalau merekalah yang membayar peneliti untuk membedah para arcane di masa pra-perang, juga yang menjadi alasan utama kenapa perang manusia-arcane terjadi di tahun 2008.

Rumor buruk soal mereka langsung mereda ketika perang. Seorang anak dari keluarga Venneri ternyata juga merupakan seorang arcane. Terlebih lagi, dia memiliki etre tipe penyerang, yakni manipulasi listrik. Dia termasuk ke dalam kelompok orang yang memelopori perdamaian antara manusia dengan arcane, juga orang yang menandatangani pakta perdamaian yang menjadi dasar pembangunan Republik Shanan.

Setelah perang, keluarga Venneri kembali ke bisnis lama mereka. Mereka menjadi keluarga yang membangun ulang teknologi untuk Shanan. Sepuluh tahun membangun, Venneri kembali menjadi nama yang terkenal sebagai pelopor perkembangan teknologi pasca-perang. Mereka lalu membangun sebuah perusahaan sebagai pusat dari seluruh usaha mereka bernama NovaTech Industries atau NTI.

Kepemimpinan perusahaan NTI telah berganti beberapa kali, selalu berputar di kalangan keluarga. Pemimpin perusahaan saat ini, Gian Izzo Venneri, merupakan pria yang luar biasa. Selain berhasil melanjutkan perkembangan teknologi Shanan yang merupakan tujuan awal Venneri, dia juga memberikan banyak beasiswa dan perlombaan dengan tema teknologi. Theo, sebagai maniak teknologi, juga merupakan salah satu orang yang menerima beasiswa itu.

Entah apa yang terjadi di wilayah internal keluarga Venneri, tapi jika Louis memberi peringatan untuk tidak mendekati mereka, maka Theo tahu masalahnya bukan main-main. Keluarga konglomerat seperti mereka memang sering kali terkena badai, tapi sampai melibatkan orang lain, itu yang berbahaya.

"HEAAAA!!!!!!!!!!!!"

Gadis petir itu meluncurkan tendangan tajam ke tanah seperti ayunan kapak. Listrik menyambar, mengalir ke tanah. Harusnya listrik itu menyebar, menghilang di tanah sebagaimana sistem pertanahan seharusnya. Itulah yang Theo pahami, tapi petir dari wanita itu berbeda. Petir itu merambat dengan arah yang jelas, seperti peluru kendali jarak jauh. Rambatannya sangat cepat. Sekejap saja Theo mengedipkan mata, petir itu sudah ada di bawah kakinya. Sontak, refleks Theo membuatnya langsung melompat menghindar.

Petir menyambar dari dalam tanah, keras meledak hingga tampak seperti menara bercahaya emas yang menjulang ke langit. Theo berguling, menghindari sambaran lanjutan, tapi wanita itu tak memberinya kesempatan.

Dengan kaki petirnya, wanita itu bergerak secepat kilat menuju ke hadapan Theo. Dia menarik kakinya ke belakang, berniat menendang Theo dari depan, tapi Theo punya refleks yang bagus. Ketika gadis itu mengayunkan lutut, Theo menahannya dengan kedua tangan, hanya menepuk agar wanita itu kehilangan momentum, lalu dilanjut dengan tinju keras yang diarahkan ke perut dan muka.

Sayangnya, wanita itu tidak hanya bisa mengayunkan kakinya. Dia tepis kedua tinju Theo, lalu dilanjut dengan tendangan biasa dari kaki kirinya.

"GUHA!!!!"

Theo tersungkur kembali ke atas tanah. Tendangan gadis itu sama sekali tak diimbuhi petir. Itu tendangan biasa, tapi diarahkan tepat ke dada samping. Tenaganya juga tidak biasa. Theo mencoba bangkit, tapi butuh berapa detik hingga dia bisa kembali bernapas, itu pun dengan sakit berdenyut di dadanya.

"Luar biasa......" Theo berbicara sambil menekan dadanya yang sakit, "bahkan keluarga konglomerat pun tahu bagaimana caranya bertarung, huh?"

"Karena dari keluarga seperti inilah aku bisa bertarung. Beda denganmu, anjing kampung liar yang sok mencoba untuk menjadi lebih."

Midnight WolvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang